Jumat, 27 Februari 2009

Dibebaskan, Dipulihkan, dan Diberkati


Setiap orang pernah mengalami tawar hati. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang bisa kecewa, gagal, kalah, terluka, atau jatuh ke lembah kelam. Selama manusia masih hidup di dunia, godaan dan cobaan bisa saja muncul sewaktu-waktu. Bahkan ada yang mengalaminya silih berganti. Belum selesai beban yang satu, datang beban yang lain. Derita yang dialami baru saja berlalu, muncul derita yang lain. Akibatnya, ada orang yang tidak kuat menahan penderitaan. Ketidaktahanan menimbulkan kepahitan hati. Pahit hati bisa timbul dari perkara sederhana seperti enggan beribadah, malas bersekutu, pasif menghadapi hidup, emosi berlebihan, bahkan sampai apatis, benci, dan dendam. Seseorang bisa frustasi dan mengundurkan diri dari hubungan sosial sampai mengalami ketidakberdayaan secara fisik, mental dan rohani.
Sebenarnya, segala frustasi dan beban berat itu sudah disediakan solusinya. Jalan keluar yang cukup akurat dan pasti adalah datang kepada Tuhan. Tuhan Yesus sendiri sudah memberikan garansi bahwa Ia akan memberikan jalan keluar.
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Matius 28:11
Ini berarti beban yang diderita manusia seperti masalah ekonomi, sakit fisik, masalah rohani, bahkan beban yang menurut seseorang sudah memberatkan, semuanya bisa diangkat Tuhan. Tuhan kita adalah Tuhan yang konsisten. Firman-Nya kekal dari dulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Kata "letih lesu" bisa diartikan frustasi, putus asa, kesal secara badani dan rohani, tidak menemukan jalan keluar. Bahkan ada yang mendefinisikan persoalan hidupnya sangat pelik seperti benang kusut. Keseluruhan yang kusut bisa diuraikan Tuhan bahkan masalah yang sangat pelik dan buntu, bisa diselesaikan oleh-Nya.
Satu hal yang menggembirakan, ajakan Tuhan ini ditujukan untuk semua orang tanpa memandang miskin atau kaya, pria atau wanita, sehat atau cacat, intelek atau marginal, besar atau kecil. Semuanya bisa diterima Tuhan dengan tangan terbuka. Firman ini tidak ditujukan untuk malaikat, tetapi manusia. Tidak juga untuk penghuni kerajaan surga, tetapi kita yang masih hidup di dunia. Itulah ajakan eksklusif tetapi universal, tegas tetapi penuh kasih. Tidak ada manusia atau lembaga di dunia ini yang dapat menandingi garansi Tuhan tersebut.
Mengapa masih banyak manusia yang terus bergelut dengan derita dan berlinangan air mata? Ada 2 jawaban yang bisa saya berikan. Pertama, manusia tidak datang kepada pribadi yang tepat, yaitu Tuhan Yesus. Orang sering lari kepada seseorang yang dianggap bisa memberi jawaban instan. Seseorang yang dirasa bisa menyembuhkan secara cepat, masuk akal dan mendapat rekomendasi orang terdekat. Akibatnya banyak orang melangkah di jalan yang salah. Mereka pergi ke dukun, paranormal, pengobatan alternatif, "orang pintar", peramal nasib serta kuasa gelap lainnya yang dikemas secara modern. Semua itu menjauhkan manusia dari Tuhan. Akibatnya seseorang mengandalkan pikirannya sendiri, mengagungkan kuasa dunia dan menomorduakan Tuhan yang setia dan penuh kuasa. Kedua, Allah hendak memurnikan. Pencobaan berat terkadang Tuhan izinkan supaya manusia lebih dekat dengan-Nya. Derita juga bisa timbul sebagai latihan. Artinya dengan tempaan yang terjadi, manusia akan lebih mantap lagi kadar keimanannya. Dengan kondisi ini, manusia memahami, menyadari, dan akhirnya mencari Allah saja sebagai sumber jawaban. Namun sayang sekali, banyak manusia justru menggerutu, bersungut-sungut yang akhirnya menumbuhkan akar pahit dalam hidupnya. Kenyataannya, kepahitan tidak membawa manusia kepada hal yang lebih baik, melainkan semakin memperburuk keadaan.
Arti Kata Diangkat Tuhan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata "diangkat" berasal dari kata dasar "angkat", yang artinya dibawa ke atas. Diangkat merupakan kata kerja pasif. Artinya ada subyek yang melakukan sesuatu. Lawan katanya adalah mengangkat, yang berarti orang tersebut melakukan aksi atau usaha untuk membawa sesuatu ke tempat yang lebih tinggi. Kata diangkat menegaskan ada seseorang atau alat yang membawa sesuatu ke atas.
Dari konteks kehidupan rohani orang Kristen, ada istilah khusus untuk kata diangkat. Ada pribadi yang membawa seseorang ke atas. Pribadi itu adalah Tuhan Yesus. Tuhanlah yang aktif mengangkat manusia yang sudah jatuh dalam lembah gelap, bahkan dalam jurang kehidupan yang paling dalam. Walaupun menurut manusia beban itu sudah terlalu berat dan tidak mungkin ada jalan keluar, atau tidak seorang pun mampu mengangkatnya, ada satu pribadi yang punya kuasa. Dialah Tuhan Yesus Kristus, pribadi yang mampu menaikkan orang yang jatuh, mendengarkan orang yang sungguh-sungguh minta tolong, mengubah secara drastis kehidupan seseorang, bahkan dengan kasih-Nya manusia bisa mendapat berkat yang spektakuler, artinya sampai melampaui segala akal (Flp. 4:7). Pengertian diangkat Tuhan memunyai tiga unsur utama, yaitu:

1. Dibebaskan dari Keterpurukan
Terperosok berarti jatuh ke dalam lubang. Lubang itu bisa dangkal, dalam, atau sangat dalam. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia bisa saja terperosok dalam lembah hitam, hutang piutang, terbelit masalah beruntun, ditimpa kemalangan yang tidak kunjung berhenti, mengalami kebangkrutan, memakai obat terlarang, berjudi, tipu-menipu, penyakit, bahkan sampai ancaman yang tidak bisa ditangani sendiri. Untuk menolong orang yang tertimpa berbagai masalah seperti itu, seseorang harus diangkat, dan kemudian dibawa ke atas, ke tempatnya semula. Sekali lagi, hanya Tuhan Yesus yang sanggup melakukannya.
Tuhan punya banyak cara untuk mengembalikan seseorang ke tempat semula. Bisa melalui keluarga, kerabat, hamba Tuhan, anak kecil, orang yang belum dikenal, bahkan rival orang tersebut. Selain manusia, Tuhan juga bisa menggunakan binatang, tanaman, air, udara, petir, banjir, gempa, angin, perahu, uang, rumah, mobil sampai barang mutakhir yang belum terpikirkan sebelumnya. Kesimpulan sementaranya adalah Tuhan bisa memakai apa saja untuk mengangkat atau memulihkan keadaan seseorang. Ingat, ketika Yunus dijatuhkan di samudra raya, Tuhan memakai ikan besar untuk menelannya. Jika tidak ditelan ikan besar, riwayatnya mungkin sudah berakhir karena dia tidak bisa bertahan di lautan. Tuhan memakai ikan untuk mengembalikan Yunus ke posisinya semula. Pada awalnya dia di darat, ketika jatuh, dia jauh di kedalaman lautan, bahkan dalam doanya dia berkata bahwa dia berada di tempat yang dalam, terkurung arus gelombang, dikepung air samudra, kepalanya dibelit rumput laut, di dasar gunung-gunung, dan tenggelam ke dasar bumi. Namun Tuhan memakai ikan besar tersebut untuk memuntahkan Yunus. Yunus bisa kembali ke daratan dalam keadaan hidup. Ada banyak orang yang ketika mengalami musibah seperti banjir, gempa, kecurian, usahanya hancur dan bangkrut karena ditipu, mengalami putus asa karena miliknya telah musnah semua. Orang-orang yang hancur hatinya menjadi terpuruk, tidak berdaya bahkan tidak punya semangat hidup lagi. Namun tidak sedikit dari mereka ketika berteriak kepada Yesus dengan hati hancur, akhirnya diangkat Tuhan sehingga tidak mati mengenaskan tetapi punya semangat baru. Pengangkatan Tuhan bisa membebaskan orang dari keterpurukan dan kejatuhan.

2. Dipulihkan
Seseorang yang diangkat Tuhan dari keterpurukan akan dikembalikan, dibebaskan dari kesesakan, ancaman, ketakutan, bahkan kematian, bisa tetap bertahan hidup sampai memunyai harapan baru. Kata dipulihkan artinya mendapatkan kembali apa yang pernah dipunyai dalam hidupnya. Kalau ada orang sakit kemudian menjadi sembuh, itu berarti sudah dipulihkan kembali karena posisi awalnya adalah sehat. Kalau seseorang diangkat dari kejatuhan atau keterpurukan artinya diselamatkan oleh pengangkatan Tuhan. Walaupun harus memulai dari nol, yang penting dia selamat dulu dan sudah mencapai titik aman.
Ada seorang pemuda yang mencoba menjadi pengusaha. Dalam waktu cepat dia berhasil dan sukses. Tidak heran, dia menjadi kaya, punya banyak rumah dan mobil. Suatu hari, dia terbelit hutang sehingga dikejar-kejar kreditor. Mobil dan rumah terpaksa dijual semua, sampai akhirnya dia tidak memunyai harta lagi. Istrinya kabur dan teman-teman dekatnya pergi menjauh. Tragisnya lagi, penyakit pun datang menyerang. Kejatuhan itu dikarenakan hidupnya jauh dari Tuhan. Ia terikat kebiasaan buruk seperti berjudi, mabuk-mabukan, menipu, dan main perempuan. Ketika sadar dan berseru kepada Tuhan, ia sungguh-sungguh menyesali perbuatannya dan berjanji ingin dekat dengan Tuhan dan melayani-Nya. Akhirnya dia diselamatkan. Perlahan-lahan sakitnya disembuhkan. Tuhan mengirimkan seorang dermawan untuk melunasi hutang-hutangnya sehingga dia tidak dikejar-kejar kreditor lagi. Dia telah diangkat Tuhan dari kejatuhan. Kemudian, ia mulai mendapat pekerjaan baru. Karena penyertaan Tuhan, pekerjaannya berjalan lancar dan kariernya maju pesat, sampai dia bisa membeli rumah dan mobil lagi, dan istrinya akhirnya kembali lagi. Dari cerita ini, kita bisa lihat bahwa Tuhan bukan hanya mengangkat tetapi juga memulihkan dan mengembalikan ke posisi semula.
Saya coba menggambarkan dengan lebih sederhana. Ketika sampai di puncak kejayaan hidup, seseorang kita andaikan memunyai A, B, C, D, dan E. Nah, ketika terperosok dan jatuh, milik orang tersebut nyaris habis, hanya tinggal A-5, B-10, dan C-2, sedangkan D dan E sudah tidak ia miliki. Pada saat diangkat Tuhan, dia sampai pada kondisi A, B-3, C-1, D, dan E-1. Ketika dipulihkan, dia mendapatkan A, B, C, D, dan E. Kita dapat melihat bahwa ia kembali ke kondisi semula.
Itu adalah bahasa matematis dan rumusan umum. Dalam keseharian, kita menemui orang sakit. Kalau sudah sembuh, dia berarti sudah pulih. Kalau seseorang sudah jatuh, kemudian bertobat, diangkat dan akhirnya kembali ke posisi normal. Itu artinya ia sudah dipulihkan. Intinya, seorang yang dipulihkan berarti dikembalikan ke keadaan normal. Dipulihkan juga menggambarkan orang yang berada dalam keadaan A. Karena khilaf, ia membuat kesalahan sehingga dalam kondisi A-1 atau A kurang, bisa juga menjadi nol, bahkan minus. Namun setelah dipulihkan, orang tersebut kembali ke posisi semula, yaitu A. Semua itu hanyalah gambaran analogis semata.
Kondisi di atas tidak berbeda jauh dengan perumpamaan anak yang hilang (Luk. 15:11-32). Cerita itu menjelaskan tentang seorang muda yang ingin melihat dunia luar. Ia pun nekat meminta warisan kepada bapanya. Karena mencari "dunia", dia pun mendapatkan "dunia". Dia mengalami jahatnya dunia ini, dengan ciri-ciri:
  • Temannya senang kalau dia memunyai harta
  • Jika sudah tidak ada harta, tidak ada lagi yang mau mendekat
  • Lupa diri seperti berfoya-foya, mabuk-mabukan, dan mengumbar hawa nafsu
  • Melakukan kesenangan sesaat
  • Melakukan perbuatan sia-sia
  • Mengalami keputusan dunia yang kejam
Namun ketika anak bungsu tersebut kembali ke rumah, dia disambut bapanya dengan sukacita. Itu merupakan pengangkatan sang bapa pada anaknya yang telah jatuh. Anak ini pun mengalami pemulihan ketika ia didandani dan diterima kembali sebagai anak, seperti sebelum mengalami kejatuhan.

3. Diberkati Tuhan
Diberkati Tuhan bisa berarti dibebaskan, dipulihkan, dan ditambahkan anugerah, kelimpahan, dan kekayaan secara fisik, psikis maupun rohani. Artinya, ia mengalami kemurahan secara tubuh, jiwa, dan roh. Kalau kita rumuskan menjadi dari A, B, C, D, E, F kini menjadi A, B, C, D, E, F, G, H sampai Z dan masing-masing bisa plus 10, 100, bahkan sampai tak terhingga.
Cara Allah tidak bisa didefinisikan dengan akal manusia. Bahkan untuk menggambarkan seorang yang diberkati Tuhan, banyak orang tidak bisa membedakannya. Ada orang yang terlihat berkelimpahan walaupun tidak bertuhan, namun masih merasa kekurangan. Sebaliknya, ada juga orang yang hidupnya kekurangan dan hatinya senantiasa gelisah karena tidak diberkati secara jasmani dan rohani. Ada orang yang hidupnya pas-pasan, monoton, dan selalu menggerutu tidak pernah bahagia karena tidak diberkati secara jasmani dan rohani. Dalam hal ini ada kekayaan sejati yang tidak muncul, yaitu kekayaan rohani.
Kalau demikian halnya, bagaimanakah berkat Tuhan itu? Berkat Tuhan yang utama adalah damai sejahtera. Seseorang yang memunyai damai sejahtera selalu menjalani hidup dengan ucapan syukur baik dalam kelimpahan, pas-pasan maupun kekurangan. Sekalipun berkekurangan, ia akan bersyukur karena bisa dekat dengan Tuhan. Banyak sekali mukjizat Allah terjadi dalam hidupnya hingga banyak kesaksian keluar dari bibirnya. Orang seperti ini banyak memberkati orang lain. Tidak heran akhirnya ia mendapat tambahan berkat jasmani yang tidak pernah diduga sebelumnya. Pendek kata, ia menerima berkat Tuhan hari lepas hari. Orang yang sudah diberkati secara jasmani dan mengalami damai sejahtera dalam hatinya mampu menjadi saluran berkat bagi orang lain sehingga hidupnya juga selalu berkelimpahan. Dalam bab-bab selanjutnya, kita akan belajar banyak dari kisah kehidupan Daniel, Yusuf, dan Yunus.

Yang Kita Suka dan Tidak dari Orangtua

Kita tahu ayah dan ibu ingin anaknya berprestasi. Mereka meminta kita belajar dengan baik, kadang mengharuskan kita ikut pelajaran tambahan. Tetapi mengapa Ayah dan Ibu tidak mau mengerti bahwa kita bisa stres, lelah, dan bosan dengan semua kegiatan itu?

Setiap orangtua pasti ingin anak-anaknya memiliki masa depan yang baik. Karena tuntutan pelajaran di sekolah semakin tinggi, kita pun harus belajar keras jika ingin berhasil dalam persaingan. Jujur saja jika kita sering stres, lelah fisik dan psikis. Kalau sudah begitu, tanpa disadari kita uring-uringan dan barulah untuk mencari perhatian agar orangtua mengerti keadaan kita.

Akibatnya terbayang, kan? Orangtua kadang salah menafsirkannya, kita pun kena marah dan mendapat hukuman dari ayah dan ibu. Tidak jarang, kita mengalami tindakan kekerasan, bahkan tak jarang sikap dan kata-kata orangtua menyakitkan hati.

Kira-kira, sifat apa yang kita suka dari ayah dan ibu? Dengan kelebihan dan kekurangannya, kira-kira seperti apa orangtua ideal yang kita inginkan?

Aku ingin orangtuaku:

  • Menerima aku apa adanya. Paling kesal kalau kita harus melakukan sesuatu yang tidak kita minati. Misalnya, ayah dan ibu ingin kita pintar bermain musik, padahal kita merasa lebih baik asyik kalau disuruh les melukis.
  • Bersikap adil dan tidak membeda-bedakan. Anak laki-laki dan perempuan memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, baik di rumah maupun di sekolah. Kalau anak perempuan mendapat tugas membersihkan rumah atau menyapu, anak laki-laki juga bisa mengerjakan tugas yang sama.
  • Membantu memecahkan masalah. Di mata kita, orangtua adalah pelindung yang siap membantu bila kita mendapatkan masalah. Bila sedang sedih, kita berharap ayah atau ibu dapat menghapus kesedihan itu. Kita akan sangat senang jika orangtua mencarikan jalan keluar pada setiap kesulitan, bukan malah memarahi.
  • Menjadi sahabat dan pendengar yang baik. Paling sedih kalau ayah atau ibu mencela dan meremehkan pendapat kita. Padahal kita ingin pendapat kita dihargai dan didengar. Kalau orangtua bisa berperan sebagai sahabat dan pendengar yang baik, pasti kita lebih terbuka dan jujur dalam mengungkapkan kebutuhan dan perasaan.
  • Menyediakan waktu. Asyik sekali punya kesempatan bermain dan bercanda bersama ayah dan ibu. Meski ayah dan ibu sibuk bekerja, kita berharap mereka menyediakan waktu luang biar sebentar. Contohnya ayah dan ibu cuti bekerja saat kita libur panjang.
  • Memberi hukuman bijaksana. Paling tidak enak bila ayah atau ibu marah dengan menggunakan kata-kata kasar atau hukuman fisik. Kesedihan dimarahi seperti itu sangat membekas di hati, Kita lebih suka kalau ayah dan ibu menerapkan hukuman, misalnya, menegur dengan halus, tanpa harus melukai fisik dan perasaan kita.
  • Mengungkapkan kasih sayang. Di masa kecil, kita senang sekali dipeluk dan dicium. Pelukan, ciuman, dan kata-kata lembut dari ayah dan ibu adalah ungkapan kasih sayang yang sangat menyenangkan. Kita akan langsung merasakan betapa ayah dan ibu menyayangi kita.

Aku sedih bila ayah dan ibu:

  1. Membanding-bandingkan perilaku dengan saudara atau anak lain.
  2. Menghardik dengan sebutan "bodoh" atau "jelek".
  3. Mengancam akan meninggalkan aku seorang diri.
  4. Memarahiku di depan umum atau di depan teman-teman.
  5. Mengusir dari rumah.
  6. Menghukum secara fisik hingga membekas.
  7. Melukai perasaan lewat kata-kata kasar dan menyakitkan hati.
  8. Mengunci di tempat tertutup dan gelap.
  9. Menghancurkan mainan kesayangan.
  10. Tidak memberi kesempatan untuk menjelaskan perbuata yang dianggap salah.

Trik komunikasi dengan ayah dan ibu

  • Jika ayah atau ibu sedang berbicara, jangan pernah memotong pembicaraan.
  • Jika kita salah, segera minta maaf den memberi penjelasan yang jujur.
  • Jangan ragu menunjukkan rasa sayang lewat kata-kata, pelukan, atau ciuman.
  • Ungkapkan perasaan jika ayah atau ibu menerapkan hukuman yang menyakitkan. Tentu saja setelah suasana tenang.
  • Sebelum meminta sesuatu, usahakan memenuhi kewajiban terlebih dulu seperti belajar, berdisiplin, dan bertanggung jawab.
Jika ada masalah yang ingin dibicarakan, cari waktu yang tepat jangan di saat ayah dan ibu sedang lelah.