Selasa, 14 April 2009

Tiga Tokoh Dalam Kesengsaraan Tuhan Yesus

  1. Imam-iman Kepala, Imam-iman Besar, Ahli-ahli Taurat, orang Farisi dan Tua-tua Israel. Tokoh-tokoh ini adalah manusia yang mengorbankan kebenaran demi tradisi dan agama (religius). Mereka takut agama Yahudi terancam ditinggalkan oleh pengikutnya oleh karena semakin banyak orang yang mengikuti Tuhan Yesus. Mereka kalah pamor dengan Tuhan Yesus. Setiap hari Tuhan Yesus semakin terkenal dan mereka semakin kehilangan muka di hadapan rakyat. Melihat mujizat dan kuasa yang Tuhan Yesus lakukan selama pelayananNya 3,5 tahun bukan membuat mereka percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah, tetapi malahan semakin membuat mereka gelisah dan merasa dikalahkan. Tuhan Yesus mencelikkan orang buta, menyembuhkan orang pincang, yang bisu disembuhkan, mengusir orang yang kerasukkan setan, meredakan angin ribut, menyembuhkan orang kusta, memberi makan 5000 orang dan membangkitkan orang mati. Semua mujizat ini bukan membuat mereka menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan satu oknum Sang Penguasa dan Pencipta Alam Semesta. Sebaliknya mereka merasa disaingi, apalagi ketika Tuhan Yesus menyatakan diri sebagai Sang Pengampun Dosa mereka pun memutuskan bahwa Tuhan Yesus telah menghujat Allah. Apakah Anda sedang bertahan terhadap tradisi yang tidak sesuai dengan kebenaran? Apakah Anda sedang mempertahankan agama yang tidak sesuai dengan kebenaran? Ahli-ahli Taurat, ahli-ahli Farisi, para Imam-imam Besar dan Imam-imam kepala juga mempertahankan agama mereka. Mereka berjuang dengan gigih untuk mempertahankan tradisi Yahudi dengan mengorbankan kebenaran. Rasanya memang aneh jika kebenaran dikorbankan untuk agama, tapi inilah yang terjadi pada saat itu. Apakah hidup Anda sesuai dengan kebenaran atau sesuai dengan tradisi dan agama Anda? Kenapa mereka membenci Tuhan Yesus? Tidak lain karena mereka merasa sakit hati. Tuhan Yesus pernah mengecam mereka: “Celakalah kamu…”. Oleh sebab apa? Oleh karena para imam-imam besar, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi adalah orang yang munafik. Mereka menjalankan kehidupan rohani mereka dalam kepicikan. Mereka adalah orang–orang yang religius. Sifat dengki mereka ini pun diketahui oleh Pilatus saat mereka membawa Tuhan untuk diadilinya (Mat 27:18, Mark 15:10). Tuhan Yesus dating ke dunia bukan mengajarkan cara agama yang baik kepada umat manusia. Tuhan datang untuk membebaskan manusia dari kungkungan dan belenggu agama (bersifat religius) membius manusia. Jangan pikir kalau sudah melayani di Gereja berarti sudah rohani, kalau sudah bisa doa berjam-jam, kalau sudah bisa puasa sudah rohani, atau kalau sudah sebagai Majelis sudah cukup rohani. Awas apakah Anda sedang bermain-main dengan religius? Kalau Anda menjalankan pelayanan tidak dengan rasa hormat dan takut akan Tuhan, kalau tidak dengan rasa syukur oleh sebab Tuhan mau pakai kita melayaniNya, kalau untuk memuliakan golongan atau kalangan sendiri maupun untuk pribadi, kalau dengan motivasi-motivasi yang tidak murni maka Anda sedang menjalani kehidupan rohani Anda seperti ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan para imam-imam Besar. Hidupmu sama seperti batu kuburan yang dicat putih. Luarnya kelihatan bagus tapi dalamnya jorok, busuk dan kotor. Dalam rekan-rekan sepelayanan kami ada satu istilah yang cocok sekali mengambarkan hal ini yaitu: “Muka nabi pikiran kotor”. Orang type apakah orang-orang ini? Mereka adalah orang yang tidak bisa dinasehati. Hati mereka telah ditutupi oleh agama dan menjadi bebal. Telinga mereka ringan untuk mendengarkan teguran. Sekali ditegur/dinasehati langsung sakit hati, bukannya bertobat. Orang-orang seperti ini biasanya menyimpan sakit hati mereka menjadi dendam, iri dan dengki. Orang-orang seperti ini juga banyak dijumpai di dalam gereja dan pelayanan. Mereka tidak mau bertobat malah mengalang kekuatan/massa, menghasut orang lain, menyebarkan gossip dan kesaksian palsu untuk memojokkan orang yang telah menegurnya. Para imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat berupaya dengan gigihnya untuk membunuh Tuhan Yesus dengan memanggil saksi-saksi palsu di pengadilan Mahkamah Agama dengan maksud memberatkan tuduhan terhadapNya. Mereka menghasut orang-orang untuk membebaskan Barabas dan menyalibkan Tuhan Yesus (Mat 27:20, Mark 15:11). Mereka baru akan berhenti jika bola akhir mereka berhasil masuk gawang yaitu membunuh Tuhan Yesus. Mereka menyangka bahwa mereka telah berbakti kepada Allah karena membela agama Yahudi. Kalau kita tidak sungguh-sungguh mengenal kebenaran, maka kita akan menjadi musuh kebenaran.
  2. Orang ke-2 yang ingin kita lihat adalah salah satu murid Tuhan Yesus yang sudah cukup terkenal. Ia adalah Yudas Iskariot. Kalau bicara mengenai Thomas kita ingat bahwa dia adalah Sang Peragu. Kalau bicara tentang Yudas Iskariot maka kita pun tahu bahwa ia adalah Seorang Pengkhianat. Dipilih oleh Allah untuk hidup sezaman dengan Tuhan Yesus merupakan hal yang sangat beruntung sekali. Dari zaman Adam dan Hawa, Allah telah merencanakan suatu keselamatan bagi umat manusia. Keselamatan ini yang terus diteliti dari tahun ke tahun, abad demi abad oleh para nabi dalam PL. (I Pet 1:10 Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu). Allah menjanjikan datangnya seorang Pembebas yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel saat itu. Oleh sebab itu bangsa Israel memiliki paham Mesianic. Para Nabi bernubuat demi nama Tuhan tentang keselamatan ini. Misalnya Nabi Yeremia, Zakaria, Yesaya, dll. Mereka hanya menyampaikan pesan dari Allah namun tidak pernah melihat, merasakan dan hidup sezaman dengan tokoh yang mereka nubuatkan. Mereka menanti dan menanti siapakah tokoh yang akan muncul untuk menyelamatkan bangsa Israel, namun mereka tidak pernah sampai pada zaman itu. Yohannes pernah berkata: “Membuka tali kasutNya pun aku tak layak” Siapakah Yudas Iskariot? Dia adalah orang yang sangat beruntung yang bisa mengecap, merasakan, mengalami dan melihat sendiri dalam hidupnya siapakah Sang Penyelamat ini. Dia bisa mempelajari pengajaranNya secara langsung. Dan yang lebih istimewa adalah bahwa tokoh yang dikirim oleh Allah itu tidak lain adalah inkarnasi dari salah satu Oknum Tritunggal..!! Tokoh yang dikirim oleh Allah itu tidak lain adalah Anak Allah yang berkuasa mengampuni dosa orang banyak. DIA adalah ALLAH sendiri Sang Pencipta..!! Inilah perbedaan Kekristenan dengan agama-agama lain. Saya sebut dengan kata “Kekristenan” bukan kata “agama Kristen” karena Tuhan Yesus bukan datang untuk mengajarkan agama kepada umat manusia. Ini perbedaan pertama, perbedaan yang lain adalah konsep keselamatan pada agama lain yang tidak jelas dijelaskan dalam Kekristenan. Penyelamatan yang dilakukan Allah adalah pekerjaan yang luar biasa. Kenapa? Karena untuk mewujudkannya melibatkan keberadaan Allah sendiri. Allah sendiri yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia. Pada agama lain siapa yang menyelamatkan siapa? Tidak lain adalah diri sendiri menyelamatkan diri sendiri. Pertanyaannya adalah: Apakah bisa….? Buatlah kebaikan pada orang lain, semoga kamu diterima disisiNya, atau semoga di kehidupan lain bisa lebih baik. Ini seumpama orang terjebak dalam lubang perangkap binatang di tengah hutan – bisakah dia menyelamatkan dirinya kalau tidak ada orang yang di atasnya yang mengulurkan tangan, tali atau tongkat kepadanya? Siapakah yang dapat hidup bersama dengan Allah yang suci jika masih berdosa? Dan siapakah yang berhak mengampuni dosa manusia selain Allah? Konsep keselamatan dalam Kekristenan sangat jelas sekali karena itulah yang Allah firmankan dalam Alkitab. Yudas Iskariot hidup sezaman dengan Sang Penyelamat, dan dipanggil menjadi murid merupakan anugerah yang terbesar. Namun sekalipun merupakan anugerah dan keberuntungan, Yudas Iskariot sama sekali tidak mempergunakan waktu dan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Dia malah menganggap sepi saja semua anugerah ini. Yudas ini dipercayai Tuhan Yesus untuk mengelola kas dan keuangan. Ia adalah seorang bendahara. Namun dia adalah seorang pencuri. Dia sering kali memakai uang kas untuk kepentingan diri sendiri. Dia adalah orang yang cinta uang dan tamak yang pandai memoles kejahatannya dengan kemasan Kekristenan (penipu dan pandai berdalih) (Yoh 12:1-8). Apakah Tuhan Yesus tidak tahu bahwa dia sering melakukan pengelapan uang? Tidak! Tuhan Yesus tahu semua yang dilakukannya, namun Tuhan Yesus tetap memberikan kepercayaan untuk menjadi bendahara kepadanya. Kenapa? Sering kali kita juga melihat bahwa orang yang melakukan KKN tetap selamat dari jeratan hukum. Orang yang melakukan kejahatan hidupnya malah semakin makmur, seakan-akan Allah malah berpihak kepada mereka. Tetapi apakah Allah memang demikian? Baca Amsal 24:19-20, Maz 37 dan Rom 12:19! Jika Yudas Iskariot masih dipercayai untuk memegang kas itu tidak lain adalah supaya dia menyadari kejahatannya dan segera bertobat. Ini adalah waktu kesabaran dan kemurahan Tuhan dinyatakan. Namun sering kali kita menyia-nyiakan waktu ini. Kita malah semakin menambah kejahatan kita dengan waktu hidup kita. Orang-orang seperti ini hanya menimbun murka Tuhan untuk dinyatakan pada waktunya. Yudas Iskariot adalah Bendaharawan Yang Tidak Jujur. Tokoh Yudas juga adalah tokoh yang menjual Gurunya seharga 30 keping perak. Inisiatif untuk menjual Gurunya datang dari dirinya sendiri, hal ini terbukti dengan kepergiannya untuk menawarkan diri kepada para imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah untuk menangkap Tuhan Yesus. Tuhan sudah memberikan peringatan kepadanya dengan menunjukkan kepada ke-11 murid lainnya siapa yang akan mengkhianatiNya dalam Perjamuan Paskah. Teguran terakhir ini dari Tuhan Yesus ini juga ditolak dan dianggap sebagai perlawanan oleh Yudas. Maka sesudah teguran itu Alkitab mencatat bahwa Iblis segera menguasai orang yang menjadi tawanannya. Sesudah itu Yudas Isakariot segera menemui imam-imam kepala dengan meminta imbalan uang jika menyerahkan Gurunya tanpa sepengetahuan orang banyak. Bagaimana melakukan tanpa sepengetahuan orang banyak? Jawabnya secara rahasia dan tipu muslihat. Hal ini mencakup waktu yang tepat dan tempat yang biasa dikunjungi oleh Tuhan Yesus. 30 keping perak saat ini kurang lebih sama dengan UMR seorang buruh. Dengan harga Rp.500.000-an dia menjual Gurunya yang memang belum dianggapnya sebagai Tuhan. Panggilan yang paling tinggi dari Yudas Iskariot untuk Tuhan Yesus hanya “Rabbi” sementara murid-murid lainnya memanggil Tuhan Yesus dengan sebutan “Tuhan”. Akhir hidupnya adalah binasa dengan perut terbelah yang sebelumnya diawali dengan peperangan psikologis yang hebat di dalam dirinya. Ia menjadi peringatan yang keras buat kita sebagai pengikut Tuhan Yesus supaya bersungguh-sungguh. Yudas tidak pernah bersungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus. Dia tidak pernah memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan dan tidak memiliki Roh Kristus. Yudas Iskariot adalah mewakili orang yang rela menjual iman kepercayaannya hanya demi materi.
  3. Tokoh ke-3 yang menjadi sorotan menjelang saat-saat kesengsaraan Tuhan Yesus adalah Pontius Pilatus. Pilatus adalah seorang wali negeri Yehuda yang memiliki kuasa yang besar. Atas keputusannyalah maka Tuhan Yesus disesah dan disalibkan oleh imam-imam kepala, imam-imam besar, ahli Taurat dan lain-lainnya. Ia adalah orang Romawi yang diangkat oleh Kaisar Tiberius. Sebagai wali negeri, Pontius Pilatus memiliki kuasa penuh atas hidup dan matinya seseorang. Setelah Makamah Agama (Imam Besar Kayafas) mendapati Tuhan Yesus – yang menurut mereka telah menghujat nama Allah, IA dihajar oleh ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala bahkan mereka mempermainkan Tuhan Yesus dengan menutup mukaNya dengan kain lalu memukul dan meninjuNya sambil berkata, “Cobalah katakan kepada kami, siapakah yang telah memukulMU”. Setelah puas, mereka mengirimkan Tuhan Yesus kepada Pontius Pilatus. Dalam mengadili Tuhan Yesus, ia sendiri tidak mendapati kesalahan apapun. Namun atas desakan orang banyak yang telah dihasut oleh imam-imam kepala, imam-imam besar dan ahli Taurat, akhirnya Pilatus menjatuhkan hukuman mati untuk Tuhan Yesus dengan disalibkan. Dalam memutuskan perkara ini Pontius Pilatus melakukan tindakan ABS (asal bapak senang). Padahal sebagai wali negeri ia memiliki kuasa penuh terhadap orang yang di wilayahnya. Ia bahkan sanggup merubah hasil keputusan Sanhedrin. Alasan tindakannya menjatuhkan hukuman salib ini bukanlah ingin menyenangkan pembesar-pembesar Yahudi tetapi karena ia takut kedudukan dan posisinya terancam jika terjadi keributan di daerah kekuasaannya. (Mat 27:24). Sekalipun sudah dinasehati oleh isterinya untuk tidak mencampuri urusan orang yang tak berdosa, Pilatus tidak mengindahkannya. Isterinya sudah mendapat peringatan berupa mimpi buruk, namun dia tidak mengubrisnya. Pilatus lebih mengutamakan posisi dan jabatannya ketimbang memihak kepada yang benar. Pilatus rela menjual kebenaran demi kedudukannya. Akhirnya diambilnyalah sebaskom air dan mencuci tangan di hadapan orang banyak sebagai tanda bahwa ia tidak bersalah atas keputusannya. Apakah dengan cara ini bisa menghapus dosanya karena memutuskan untuk membunuh Tuhan Yesus? Tentu tidak! Kita juga sering melakukan praktek-praktek seperti yang dilakukan oleh Pilatus. Kalau posisi jabatan kita terancam masihkah kita berpegang kepada kebenaran? Apakah kita tetap setia ketika diancam PHK jika tidak membuat laporan palsu? Orang-orang seperti Pilatus sering kita jumpai sehari-hari. Mereka akan melakukan segala cara demi mempertahankan kedudukan, pamor dan nama, bahkan kalau perlu nyawa orang lain dikorbankan juga tidak apa-apa. Akhir dari hidup Pilatus memang tidak dicatat dalam Alkitab secara jelas, namun menurut catatan tradisi, Pilatus menjadi terobsesi dengan tindakannya. Ia selalu melihat tangannya dan menemukan bahwa tangannya berlumuran darah. Dan setiap kali ia melihat tangannya yang berlumuran darah, ia akan mengambil sebaskom air lalu mencuci tangannya di situ. Lalu beberapa jam kemudian Pontius Pilatus mendapati tangannya berlumuran darah kembali dan ia pun kembali menyiapkan sebaskom air dan membasuh tangannya di situ. Hal ini terus berlangsung dan berulang-ulang dia alami bahkan di saat ia memimpin persidangan. Hukuman Tuhan kepadanya sangat ngeri. Kemudian kedudukannya digeser dan digantikan oleh Marcellus. Ia terobsesi sepanjang hidupnya sampai akhirnya ia bunuh diri dengan menggunakan pedangnya sendiri di penjara Roma. Para imam-imam besar, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan orang Farisi mewakili orang yang lebih mengutamakan tradisi agama daripada kebenaran. Yudas Iskariot mewakili orang yang lebih mencintai uang dan bersedia menjual iman kepercayaannya. Dan Pontius Pilatus adalah mewakili orang yang mengutamakan nama dan kedudukan dari pada kebenaran. Apakah Anda termasuk salah satu dari mereka..?

Sekilas tentang Yudas Iskariot


1. Peringatan Paskah selalu mengingatkan kita kepada dua nama penting selain Yesus sendiri, yaitu Pontius Pilatus dan Yudas Iskariot. Peristiwa penangkapan terhadap Yesus tak terlepas dari peran serta Yudas Iskariot. Kitab Perjanjian Baru secara keseluruhan ada 40 ayat yang mencatat tentang penghianatan Yudas. Mungkin tidak ada ibu yang mau memberi nama anaknya “Yudas”, sebab nama ini selalu diassossiasikan dengan ‘penghianat’. Padahal sebenarnya nama Yudas itu bagus sekali: Praise = pujian bagi Tuhan (dalam bahasa Ibrani: Yehuda, Yuda). Dalam Alkitab ada empat orang yang memiliki nama Yudas, Yudas dari Damsyik, teman Saulus; Yudas Barsaba, seorang tokoh gereja kuno; Yudas anak Yakobus, murid Yesus dan Yudas saudara kandung Yesus.

2.
Yudas adalah anak dari Simon Iskariot (Yoh 6:71). Nama Yudas adalah nama yang umum dan sering ditemukan baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Di antara kedua belas murid pun ada dua yang memakai nama Yudas. Iskariot menunjuk pada bahasa Ibrani "seorang laki-laki Kerioth" atau Carioth, yang adalah kota Judah (Bdk. Joshua 15:25). Dapat dipastikan bahwa interpretasi ini akurat, meskipun dikaburkan saat ditranslasi ke`dalam bahasa Yunani, dan derivasi lain yang juga disarankan (seperti dari Issachar). Tempat kelahirannya adalah Keriot, ditunjukkan oleh nama di belakang Yudas. Mungkin juga menunjukkan asalnya yang berbeda dari 11 murid Yesus yang semuanya adalah orang Galilea karena Kerioth adalah kota suku Yehuda. William Barclay memberi tafsiran yang sangat menarik. Yudas adalah satu-satunya murid Tuhan Yesus yang berasal dari Yudea, sebuah propinsi elite, pusat pemerintahan yang terletak di atas pegunungan. Kesebelas murid yang lain berasal dari Galilea, propinsi "kelas dua". Nama belakang Iskariot besar kemungkinan berkaitan dengan sebuah kelompok pejuang perlawanan radikal Yahudi terhadap penjajah Romawi. Karena keradikalannya dalam memperjuangan keinginannya kelompok ini biasa disebut sebagai "Kaum Pembawa Pedang”. Beberapa pendapat mengatakan bahwa fakta ini memiliki pengaruh dalam karir Yudas di antara para murid, bahwa Yudas berusaha menarik simpati dari saudara-saudaranya tersebut. Alkitab tidak menceritakan tentang tingkat pendidikan Yudas, tetapi pada umumnya seorang laki-laki Yahudi memperoleh pendidikan di sinagoge-sinagoge. Sistem Pendidikan sudah lama dikenal, baik dikalangan masyarakat Yahudi ataupun non-Yahudi. Masyarakat Yahudi, terutama keluarga memberikan perhatian yang sangat besar dalam pendidikan terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama adalah agar mereka memelihara iman monotheisme mereka dan memelihara hukum Taurat, sesuatu yang seringkali diabaikan ketika Israel berada dalam masa kejayaannya. Tidak dicatat pula oleh Alkitab kapan Yudas lahir dan berapa umurnya saat Yesus memanggil kedua belas murid. Sejarah dunia hanya mencatat perkiraan tahun kematiannya,yaitu sekitar tahun 29-33 M

3. Yang selalu menjadi pertanyaan kita ialah, “Mengapa Yesus memilih Yudas untuk menjadi muridNya, apakah Dia tidak mengetahui karakter Yudas?” Yesus sebagai Allah yang maha tahu. Dia tahu siapa Yudas sebenarnya, Johanes menuliskan ‘…..sebab Yesus tahu siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia’ (Yoh. 6: 64). Pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab, karena Tuhan melakukan kehendakNya yang mutlak untuk memilih Yudas menjadi murid dan untuk kematian Yesus sesuai nubuatan di Perjanjian Lama (Yoh 17:12), sedangkan bagi Yudas, kehendak bebasnya, yang membuat dia menjadi penghianat.
Panggilan Yesus terhadap para murid dimulai ketika Dia memberitakan tentang pertobatan dan Kerajaan Surga (Mat 4:17). Setelah itu, satu persatu Yesus mendatangi mereka. Keempat Injil tidak memberikan detail kapan Yudas Iskariot dipanggil oleh Yesus, namun yang jelas nama Yudas Iskariot muncul dalam masa-masa popolaritas Yesus. Yesus memang memilih kedua belas murid itu berdasarkan kehendakNya (Yohanes 6:70), namun berdasarkan karakter Yudas yang Alkitab ceritakan, kemungkinan Yudas menerima panggilan agung tersebut karena terdorong motivasi yang salah tentang Kerajaan Surga. Yohanes baru menyebut nama Yudas Iskariot dalam Injil ketika popularitas Yesus menurun (banyak yang berhenti mengikut Yesus-Yohanes 6:66). Bisa jadi, Yudas berniat menyerahkan Yesus untuk mendongkrak kembali popularitas Tuhan kita di antara bangsa Yahudi. Meskipun komentar ini tampak apriori, sebenarnya bukan tidak mungkin Yudas berpikir demikian. Karena dia berada dalam komposisi dua belas murid, sudah tentu dia juga melihat pekerjaan-pekerjaan Yesus yang begitu dahsyat dan ajaib. Yudas yang tidak mengerti bahwa Yesus datang bukan untuk mendirikan kerajaan dunia dengan menghancurkan kerajaan romawi, namun untuk mendirikan kerajaan mesianik (Yohanes 18:36 bd Matius 10:7). Perkiraan Yudas memang meleset, bukannya melawan, Tuhan kita Yesus Kristus malah menyerahkan diriNya (Matius 26:53-54), itu sebabnya Yudas menyesal begitu rupa hingga ia membunuh dirinya sendiri. Yudas tidak pernah bertobat dari dosa-dosanya, dan Alkitab tidak menceritakan pertobatan seorang Yudas Iskariot.

4. Pengaruh orang lain terhadap Yudas dan pengaruhnya terhadap orang lain.
Yudas terlihat memberikan pengaruh negatif terhadap orang lain, hal ini dapat kita lihat dalam kisah perempuan yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu. Matius (26:8-10) menceritakan : “Melihat itu murid-murid gusar dan berkata: "Untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin". Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Mengapa kamu menyusahkan perempuan ini? Sebab ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku“. Dalam Injil Markus (14:4-6) menjelaskan, “Ada orang yang menjadi gusar dan berkata seorang kepada yang lain: "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini? Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." Lalu mereka memarahi perempuan itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telah melakukan suatu perbuatan yang baik pada-Ku” Demikian pula halnya dengan Yohanes (12:4-6) yang menerangkan, “Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya”. Oleh karena itu dari ketiga referensi di atas, Yudas berhasil mempengaruhi seluruh teman-temannya untuk menjadi gusar seperti dia. Yudas berdalih bahwa minyak narwastu dapat digunakan untuk menolong orang-orang miskin untuk membuat Yesus memerintahkan perempuan itu berhenti meminyaki kakiNya dan menyerahkan minyak mahal itu kepada Yudas. Tuhan yang mengetahui isi hati Yudas menjawab kegusaran para murid yang dipengaruhi Yudas dengan perkataan : “Biarkanlah dia…ia telah melakukan suatu perbuatan baik pada-Ku” Yudas juga dipengaruhi oleh apa kata orang, terlebih lagi saat Yesus melewati masa popularitas, masuk dalam masa oposisi dan saat-saat terakhir hidupNya. Kita bisa melihat melalui diorama yang direkam oleh Matius (26:55 ), “Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku” Ketika memasuki masa oposisi, banyak pemimpin agama Yahudi yang menentang Yesus dan menghujat pekerjaan-pekerjaanNya sebagai suatu tindakan yang meresahkan. Sudah berulang kali mereka ingin melempari Yesus dengan batu dan kemungkinan besar murid-muridNya bersama-sama dengan Yesus dalam masa oposisi tersebut (Yohanes 11:8). Yesus adalah buronan yang dicari-cari oleh pemimpin agama Yahudi. Yudas memang tidak dipengaruhi oleh para pemimpin agama secara langsung. Tapi dia cinta akan uang, dia memanfaatkan keadaan ini untuk memperoleh “dana tambahan”.

5. Pertumbuhan Rohani.
Tingkat rohani yang kekanak-kanakan dan tidak berbuah. Yudas bukannya belajar dari Sang Guru dalam mengerjakan apa yang baik dan benar, Yudas mementingkan dirinya dan mencelakakan Sang Guru. Pelayanannya adalah sebagai seorang bendahara (Yoh 12:6,13:29). Dosa dan kekurangan Yudas adalah tergoda harta benda dan ambisi pribadi membuat dia menjadi pengkhianat terhadap Sang Guru (Lukas 6:16). Dia juga pencuri kas pelayanan (Yoh 12:4-6). Dia juga tidak mendengarkan teguran Tuhan dalam Perjamuan Terakhir, dan karena Tuhan mengetahui kekerasan hati Yudas, Dia berkata,”Apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera”. Yudas memang melakukannya, dan tidak memohon pengampunan atas dosanya, atas dirinya yang telah dirasuki iblis. Bandingkan sikap Yudas ini dengan keadaan yang serupa seperti Daud. Daud pernah dibujuk iblis untuk menghitung orang Israel,namun pada akhirnya Daud menyesal dan memohon pengampunan kepada Tuhan (1 Tawarikh 21:1-8). Salah satu ciri bahwa Tuhan menegur kita adalah adanya penyesalan di dalam hati. Baik Daud maupun Yudas sama-sama merasakan penyesalan yang mendalam atas perbuatannya yang salah. Tapi sementara Daud memilih untuk jatuh ke dalam kasih sayang Tuhan, Yudas memilih untuk mendengarkan bujukan iblis!

6. Penilaian Alkitab terhadap Yudas.
Sebagai murid (Mat 10:4), Pengkhianat (Mat 10:4,Mar 3:19,Luk 6:16,Yoh 18:2), Manusia celaka (Mat 26:24), Jatuh ke tempat yang wajar baginya (KPR 1:25). Dia lebih mencintai uang ketimbang mencintai guru agungnya (Matius 26:14-15). Licik (Matius 26:16, Lukas 22:6). Tidak berpikir panjang, ditunjukkan oleh penyesalan Yudas yang mendalam (Matius 27:3). Tidak mau bertobat atas kesalahan, malah membunuh diri sendiri (Matius 27:5). Tidak bisa dipercaya (Yohanes 12:6). Dia adalah Perantara Yesus dalam memberi kepada orang miskin atau untuk keperluan kelompok (Yohanes 13:29). Yesus Kristus Sang Guru Agung menyebut Yudas Iskariot sebagai teman (Matius 26:50). Alkitab juga mencatat bahwa Yudas mati dengan kondisi perut terbelah dan semua isi perutnya keluar (Kisah Para Rasul 1:18). Posisinya digantikan oleh Matias setelah kesebelas murid membuang undi untuk menentukan siapa orang ke-12 yang akan menggantikannya (Kisah Para Rasul 1:26). Yudas Iskariot inilah yang dianggap oleh beberapa kalangan "dikorbankan" dengan disalib menggantikan Yesus Kristus untuk mengelabuhi banyak orang.
  • Judas as the chosen one (not special one). Yudas adalah murid Yesus yang disebut sabagai Iblis (Yoh 6:70), bukan Tuhan tidak tahu mengenai sifat Yudas, tetapi Yudas adalah the chosen one. Entah rumus apa yang dipakai dalam menentukan sang the chosen one, hanya Tuhan yang tahu.
  • Judas the Corruptor. Yudas adalah salah satu dari 12 murid Yesus, posisinya adalah sebagai pemegang kas atau bendahara.Yudas memiliki sifat pencuri, Yudas adalah seorang hamba mamon. Pada saat Maria Magdalena hendak mengurapi Yesus dengan minyak, Yudas adalah orang yang paling perhitungan dengan apa yang dilakukan oleh Maria Magdalena, dengan licik Yudas berkata lebih baik uangnya digunakan untuk orang miskin. Rayuan uang ternyata sangat kuat. Cinta akan uang membutakan mata Yudas, sekalipun ia berada bersama Tuhan sendiri, tetap saja uang telah membuatnya gelap mata. Yudas berkata begitu bukan karena ia memperhatikan orang miskin, tetapi karena ia pencuri. Ia sering mengambil uang dari kas bersama yang disimpan padanya. (Yohanes 12:6). Yudas menyesal karena telah menumpahkan darah orang yang tidak bersalah (Yesus), apa yang ia lakukan atas penyesalannya kemudian adalah melempar uang penghkianatannya kedalam Rumah Tuhan. bisa dikatakan selama perjalanan Yesus dan para rasul, sudah banyak uang yang di korupsi Yudas. Yesus sudah pasti tahu karakter Yudas, tetapi mengapa Yudas justru menjabat sebagai bendahara? ibarat meletakan serigala dalam kandang domba, mungkin hal ini juga hanya Tuhan yang tahu.
  • Judas and the Last Supper. Selain itu ada perbedaan lain yang cukup jelas tentang Yudas dibandingkan dengan rasul yang lain. Jika melihat peritiwa yang terjadi sebelum Yudas dikuasai oleh iblis, maka bisa terlihat kalau ia memakan roti perjamuan terakhir dengan cara yang berbeda, yakni ia memakan roti yang DICELUPKAN kedalam anggur (Yoh 13:26). Sampai hari ini ada gereja-gereja yang melakukan cara Yudas memakan roti perjamuan terakhir, bahkan gereja tersebut merupakan sebuah aliran gereja besar di dunia. Mengapa Yudas tidak bertanya; mengapa Yesus memberikan roti tersebut kepadanya ? Pada sisi yang lain; ke-11 Rasul tidak ada yang fokus dan menyimak pada apa yang dikatakan Yesus, sehingga tidak ada yang peduli mengapa Yudas yang diberikan roti tersebut. Padahal semua murid pada awalnya sangat concern pada masalah ini. Mungkin inilah yang dipikirkan Yudas bin Simon Iskariot; seiring pengembaraannya dengan Sang Guru tentu Yudas melihat begitu banyak Mujizat yang Tuhan Yesus lakukan, lalu berpikirlah Yudas bahwa “mungkin” Sang Guru butuh sedikit cambukan agar “bertindak”. Maka dia menyerahkan Tuhan Yesus hanya demi 30 keping perak karena pikir Yudas, orang yang sanggup membangkitkan si mati, mencelikkan si buta, membuat berjalan si lumpuh, menyembuhkan pendarahan puluhan tahun pastilah SANGGUP pula membebaskan diriNya dari tentara-tentara Romawi.
  • Judas and his Suicide. Yudas tidak menerima anugerah Roh Pertobatan seperti Petrus, sehingga alih-alih ia bertobat atas apa yang dilakukannya, malah ia bunuh diri. Yudas terintimidasi oleh iblis sehingga ia berada dalam posisi sudah jatuh tertimpa tangga. Apa yang Yudas lakukan adalah apa yang Yudas pikirkan berdasar pertimbangannya sendiri, bukan apa yang diajarkan Yesus selama Yudas mengikutNya.

7. Mengapa Yudas bisa menghianati Yesus?
  • Yudas Ikut Yesus Dengan Motivasi Yang Salah. Diantara para murid, ada yang mau mengikut Yesus dengan motivasi yang keliru. contoh: Yakobus & Yohanes (Mar. 10: 35- 37): motivasi kedudukan. Ternyata bukan saja Yakobus dan Yohanes, melainkan Yudaspun demikian. Yudas sangat berambisi dalam politik dengan mencintai kekuasaan dan kedudukan, pemberitaan tentang Kerajaan Allah yang menarik perhatian banyak orang, membuat dia untuk mengikut Yesus dan menjadi murid Yesus.Dari sejak awal Yudas melihat Yesus sebagai pemimpin politik atau pahlawan yang hebat, bukan sebagai guru, sahabat, Juru selamat atau Tuhan, seperti murid yang lain, yang karena pengajaran Yesus mereka menjadi kagum kepada Yesus dan mengasihi Yesus. Yudas meresponi mujizat Yesus dengan pemikiran yang menyenangkan pengharapan dirinya. Yudas seorang yang berkeinginan kuat dan angkuh, karena itu, dia tidak bisa merubah pandangannya tentang Raja yang baru. Yudas yang pada awalnya tidak pura-pura dan secara tidak sadar, hatinya yang bercabang antara kesenangan duniawi dan pengajaran Yesus, membuat hidupnya berakhir dengan tragis. Yudas hidup bersama Yesus dengan murid-murid yang lain selama kira-kira 3 tahun lamanya, dia diajar oleh Yesus, diberi kuasa untuk mengajar, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dia perlakukan sama oleh Yesus seperti murid-murid lainnya, tetapi Yudas tidak memberi tempat untuk anugerah Allah dalam hatinya, sehingga dia hanya menjadi agen untuk mempromosikan kasih anugerah Allah. Dari sikap Yudas ini terbukti, bahwa orang bisa menjadi bagian dari gereja atau kegiatan kekristenan, tetapi dalam hatinya belum tentu menjadikan Yesus sebagai Juru selamat dan Tuhan. Yudas berfokus kepada apa yang dia akan dapat, bukan kepada apa yang harus dia berikan. Apakah motivasi anda dalam mengikut Yesus? Ada empat motivasi yang salah: 1). Supaya beroleh kuasa atau karunia (Kis. 8: 9- 24); 2. Supaya beroleh posisi (Mark. 10: 35- 37). 3). Supaya beroleh berkat tanpa menjadi berkat (Mat. 19: 16- 26). 4). Supaya beroleh kepopularitasan.
  • Yudas Memberi Tempat Kepada Iblis. Pada masa pelayanan Yesus banyak wanita kaya yang menyumbang untuk Yesus dan murid-muridNya (Lukas 8:3). Yudas dipercayai untuk menjadi bendahara, dia memiliki keahlian mengatur keuangan, karena karakternya yang cinta uang. Yohanes mengatakan, bahwa Yudas mencuri uang yang dipercayakan kepadanya (Yoh.12: 5- 6). Iblis tidak akan masuk ke dalam hidup kita, kalau kita tidak membuka pintu atau menyediakan tempat untuk dia berpijak (foodhold). Yudas ternyata membuka diri terhadap Iblis. Mungkin pada awalnya Yudas tidak bersifat pura-pura, tetapi karena hatinya yang bercabang itu, menjadi tempat untuk Iblis berpijak. Yudas adalah seorang yang memiliki karakter curang, tidak jujur, lebih-lebih dalam soal uang. Hal ini terus berkelanjutan hingga Alkitab menuliskan, Lukas 22: 3- 6, “maka masuklah Iblis”. Yudas tetap masih menjadi murid Yesus, tetapi ia menjadi alat Iblis. Ingatlah bahwa :Pikiran menentukan tindakan, tindakan menjadi kebiasaan, kebiasaan menentukan karakter dan karakter yang membawa kita kepada tujuan akhir. Yesus berkali-kali mengajar Yudas secara langsung dan tidak langsung, tetapi Yudas memilih jalannya sendiri. Pada malam Perjamuan akhir sebelum Yesus diserahkan, Dia memecahkan roti dan memberikanNya kepada Yudas supaya dia bertobat, tetapi Yohanes menulis “…dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Setan “(Yoh. 13:27). Yudas telah memberikan hatinya kepada Setan akibat karakternya, untuk mengkhianati Yesus.Berapa banyak orang yang sebagai aktivis Gereja, menjadi alat Iblis? Kadangkala dalam hal yang kecilpun, Iblis dapat beroleh tempat. (bd. Ef. 4: 27).
  • Yudas menghianati Gurunya dengan Ciuman. Yudas hidup bersama Yesus dan murid lainnya selama kira-kira 3 tahun lamanya, sehingga dia mengerti sekali ketika Yesus berkata tentang kematian dan penganiayaanNya, bahkan Yesus pernah mengajak mereka melihat taman Getsemani, dan Yudas mengerti perasaan Yesus saat Dia berkata tentang kematianNya. Tetapi semuanya ini bukan diterima oleh Yudas untuk dia bertobat, malahan pengetahuan ini dipakai oleh Yudas untuk merencanakan siasatnya bagaimana dia menghianati Yesus. Lukas 22: 4- 6, menulis bahwa setelah Yudas datang kepada Imam kepala dan penjaga Bait Allah untuk menyatakan siasat menyerahkan Yesus, mereka menjadi senang sekali dan menawarkan sejumlah uang. Bayangkan bagaimana pandangan mereka terhadap Yudas, tentu mereka memandang rendah kepada karakter Yudas. Ciuman yang biasanya dipakai sebagai tanda persahabatan untuk menunjukkan rasa intim, dipakai oleh Yudas untuk menghianati gurunya. Dosa yang paling keji adalah dosa penghianatan! Mengapa demikian ? Untuk bisa berkhianat, seseorang harus punya hubungan erat terlebih dahulu dengan orang yang akan dikhianati. Ini syaratnya, dengan ada hubungan baik terlebih dahulu, baru terjadi penghianatan. Matius menuliskan, “ketika Yudas mencium Yesus, Yesus menyebutnya sahabat, tetapi Yudas tidak menanggapinya” (Mat. 26: 50). Disini ‘ciuman’ dipakai oleh surga dan neraka dengan tujuan berbeda. Yudas menjual Yesus seharga 30 uang perak. Didalam Perjanjian Lama apabila seekor lembuh membunuh budak laki-laki atau perempuan, maka pemiliknya harus menggantikan seharga 30 syikal perak (Kel. 21: 32). Jadi buat Yudas, Yesus hanya berharga seperti seorang budak yang mati ditanduk lembu. Ingatlah bahwa Sex, ambisi, perbuatan baik bisa menjadi alat surga dan neraka.

8. Dari dua belas murid Yesus, ada dua orang yang mempunyai karakter yang menonjol, sangat berbeda dengan yang lain. Kedua murid itu adalah Petrus dan Yudas Iskariot. Petrus adalah seorang yang sangat sederhana, tidak berpendididkan tinggi, namun ia seorang yang sangat ekspresif, ia sangat transparan sehingga apa yang ada dihatinya sangat mudah ditebak orang lain, hatinya hangat maka ia dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan dalam hatinya. Sedangkan Yudas Iskariot adalah seorang yang pandai, kritis dan ambisius, dia licik dan tidak suka melihat orang lain sukses dan berbuat baik. Karena kesederhanaan dan ketulusan hati Petrus, maka Allah mempunyai panggilan besar untuk Petrus. Panggilan itu dapat terjadi dalam hidupnya, setelah melalui berbagai macam ujian yang terjadi di dalam hidup Petrus sampai ia menjadi orang yang diperkenankan Allah. Lukas 5:1-11, Dalam Injil Lukas ini diceritakan begitu banyak orang ingin mendengarkan pengajaran Firman Allah dari Yesus, maka Yesus meminjam perahu Simon untuk tempat Ia mengajar. Petrus segera meminjamkan perahu itu, ia tidak memperhitungkan kerugian yang dideritanya bila perahu itu tidak dapat untuk bekerja. Petrus tidak memperhitungkan dengan Tuhan soal materi, ia meminjamkan dengan tulus. karena Tuhan sumber segala berkat, maka hal itu sebagai taburan benih untuk menuai berkali lipat ganda, sehingga kita diberkati makin melimpah. Hal itu terbukti dialami Petrus, katika ia taat kepada Yesus bertolak ke tempat yang lebih dalam, ia memperoleh ikan sangat banyak, ia memperoleh berkat yang melimpah. Setiap taburan materi yang diberikan dengan tulus, untuk pekerjaan Tuhan, maka Tuhan pun tidak melupakannya, bahkan Dia mengembalikan berkali lipat ganda. Petrus tidak hanya berhenti sampai disitu, dengan meminjamkan perahu (persembahan materi) dan kemudian hanya terkagum-kagum dengan berkat yang ia terima, tetapi ia meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Yesus untuk menjadi penjala manusia, Petrus memberikan hidup seluruhnya untuk Tuhan dan ia dipakai dengan luar biasa. hati Petrus tidak terikat dengan pekerjaan dan harta bendanya, ia percaya kepada Yesus, sehingga ia menganugerahkan hidupnya untuk Tuhan, justru pada saat ia diberkati dengan luar biasa, bukan pada saat ia bangkrut atau jatuh miskin, Petrus dipakai Tuhan bukan dengan harta materinya, tetapi ia dipakai sebagai rasul Allah dengan kuasa Roh Kudus yang luar biasa. Petrus menjadi kaya dihadapan Allah, ia kaya secara rohani, maka otomatis kekayaan materi akan mengikutinya. Banyak orang Kristen mengikut Tuhan dengan tujuan mengejar kekayaan materi bukan kekayaan rohani. Padahal sumber segala sesuatu adalah bila kita memiliki kekayaan rohani, karena dengan demikian segala yang kita perlukan Allah menyediakannya. Kita memiliki iman untuk percaya penuh dengan setiap janji Allah maka kita menjadi kaya didalam segala sesuatu. Kisah Para Rasul 3:6, hal ini salah satu manifestasi dari kekayaan rohani yang ada didalam diri Petrus, setelah ia menyerahkan hidupnya untuk Tuhan. Petrus menjawab pengharapan orang lumpuh itu sehingga orang itu mempunyai masa depan dan memuliakan Tuhan. Matius 16:22-23, Ketika Petrus mengungkapkan ekspresi kasihnya kepada Yesus, langsung Yesus menegur dia dengan keras dan menghardik Iblis yang mengecoh Petrus, karena apa yang dipikirkannya bukan pikiran Allah. Menerima Teguran itu meskipun di depan banyak orang Petrus tidak marah atau tersinggung, karena ia memiliki roh kerendahan hati, Ia mau diluruskan. Sejak kita menerima Yesus dalam hati, Roh Kudus ada dihati kita, buah roh ada didalam kita. Mengapa sering terjadi buah Roh tidak bermanifestasi dalam kehidupan anak-anak Allah ? Bila kita ditegur atau diluruskan acapkali kita marah, tersinggung atau kesal, hal itu karena kita membiarkan jiwa kita dikuasai oleh ambisi diri sendiri, kita mempertahankan ego kita. Yesus sendiri memberi teladan bagaimana Ia rela mengosongkan diri, menerima celaan dan siksaan bahkan mati untuk kita dengan tidak mempertahankan ke-Allah-an-Nya. Kesetiaan Petrus luarbiasa, ketika orang banyak meninggalkan Yesus karena tidak bisa menerima pengajaran yang keras, Petrus dan murid-murid yang lain tetap bersama Dia. Dan hanya Petrus pula yang berani menjawab, Yohanes 6:68-69 "Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.". Berbeda dengan Yudas, dalam perjalanan mengikut Yesus, akhirnya ia tergoda oleh harta benda dan ambisi pribadi sehingga akhirnya ia menjadi pengkhianat (Lukas 6:16) Yakobus 3:16 " Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." Yudas adalah seorang pencuri (Yohanes 12:4-6), marilah kita taat membayar persembahan yang adalah miliki Tuhan. Bila kita tidak taat berarti kita mencuri milik Tuhan. Murid Yesus yang sejati, belajar menjadi kaya dihadapan Allah, banyak memberi yang terbaik dalam hal rohani maupun bentuk materi. Alkitab sendiri mengingatkan bahwa lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kisah Para Rasul 20:35). Janganlah nama kita tidak termasuk dalam kitab kehidupan seperti Yudas. Hendaklah kita hidup kudus dan setia dalam iman kita mengikut Yesus dan hidup tidak bercela jangan suka berdusta (Wahyu 14:4-5) Kita harus belajar taat, setia dalam hal memberi, tertib dan jujur dalam hal keuangan, jangan mudah tersinggung, tetapi rendah hati dihadapan Allah dan dihadapan manusia, bebaskan Roh Kudus, memimpin hidup kita. Yang dikehendaki Allah pada saat kita berjumpa dengan Yesus pada kedatangan-Nya yang kedua kali, adalah kita berkenan dihadapan-Nya, dengan melihat kehidupan kita. Oleh karena itu kita harus hidup benar dan setia dihadapan Tuhan, dalam segala hal baik dalam perkara kecil maupun besar.

9. Yudas mengikut Yesus dengan hati yang bercabang, walaupun dia bergaul erat dengan Yesus, bahkan dia berkotbah, menyembuhkan orang sakit dan mengusir Setan, tetapi karakternya tidak mau berubah, akibatnya dia mengakhiri hidupnya dengan sangat menyedihkan. Hati-hati dengan pelayanan kita, jangan sampai kita menjadi agen untuk mempromosikan Kerajaan Allah dan kasih anugerah Allah, tetapi kita sendiri tidak mendapat bagian didalamnya. Tuhan menghendaki kita untuk melayani, tetapi Dia juga menghendaki kita untuk berubah karakter. Yudas Iskariot, seorang murid yang berkhianat dan menyerahkan Yesus untuk disiksa. Yudas menjadi salah satu pelaku yang membuka jalan bagi seluruh perjalanan sengsara Yesus.Yudas menjadi salah seorang yang ikut ambil bagian dalam penyaliban Yesus. Yudas.... adakah dia di masa sekarang ini? Apakah Yudas itu ada di antara kita? Ya... tak jarang justru kitalah yang tanpa sadar telah menjadi Yudas - Yudas yang ikut menyalibkan Yesus. Dengan segala kelemahan dan dosa yang masih menguasai diri kita, maka tanpa disadari kita seringkali juga ikut menancapkan mahkota duri di kepala Yesus, atau menancapkan paku-paku tajam di tubuh nan Suci itu.