Selasa, 14 April 2009

Tiga Tokoh Dalam Kesengsaraan Tuhan Yesus

  1. Imam-iman Kepala, Imam-iman Besar, Ahli-ahli Taurat, orang Farisi dan Tua-tua Israel. Tokoh-tokoh ini adalah manusia yang mengorbankan kebenaran demi tradisi dan agama (religius). Mereka takut agama Yahudi terancam ditinggalkan oleh pengikutnya oleh karena semakin banyak orang yang mengikuti Tuhan Yesus. Mereka kalah pamor dengan Tuhan Yesus. Setiap hari Tuhan Yesus semakin terkenal dan mereka semakin kehilangan muka di hadapan rakyat. Melihat mujizat dan kuasa yang Tuhan Yesus lakukan selama pelayananNya 3,5 tahun bukan membuat mereka percaya bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah, tetapi malahan semakin membuat mereka gelisah dan merasa dikalahkan. Tuhan Yesus mencelikkan orang buta, menyembuhkan orang pincang, yang bisu disembuhkan, mengusir orang yang kerasukkan setan, meredakan angin ribut, menyembuhkan orang kusta, memberi makan 5000 orang dan membangkitkan orang mati. Semua mujizat ini bukan membuat mereka menyadari bahwa mereka sedang berhadapan dengan satu oknum Sang Penguasa dan Pencipta Alam Semesta. Sebaliknya mereka merasa disaingi, apalagi ketika Tuhan Yesus menyatakan diri sebagai Sang Pengampun Dosa mereka pun memutuskan bahwa Tuhan Yesus telah menghujat Allah. Apakah Anda sedang bertahan terhadap tradisi yang tidak sesuai dengan kebenaran? Apakah Anda sedang mempertahankan agama yang tidak sesuai dengan kebenaran? Ahli-ahli Taurat, ahli-ahli Farisi, para Imam-imam Besar dan Imam-imam kepala juga mempertahankan agama mereka. Mereka berjuang dengan gigih untuk mempertahankan tradisi Yahudi dengan mengorbankan kebenaran. Rasanya memang aneh jika kebenaran dikorbankan untuk agama, tapi inilah yang terjadi pada saat itu. Apakah hidup Anda sesuai dengan kebenaran atau sesuai dengan tradisi dan agama Anda? Kenapa mereka membenci Tuhan Yesus? Tidak lain karena mereka merasa sakit hati. Tuhan Yesus pernah mengecam mereka: “Celakalah kamu…”. Oleh sebab apa? Oleh karena para imam-imam besar, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi adalah orang yang munafik. Mereka menjalankan kehidupan rohani mereka dalam kepicikan. Mereka adalah orang–orang yang religius. Sifat dengki mereka ini pun diketahui oleh Pilatus saat mereka membawa Tuhan untuk diadilinya (Mat 27:18, Mark 15:10). Tuhan Yesus dating ke dunia bukan mengajarkan cara agama yang baik kepada umat manusia. Tuhan datang untuk membebaskan manusia dari kungkungan dan belenggu agama (bersifat religius) membius manusia. Jangan pikir kalau sudah melayani di Gereja berarti sudah rohani, kalau sudah bisa doa berjam-jam, kalau sudah bisa puasa sudah rohani, atau kalau sudah sebagai Majelis sudah cukup rohani. Awas apakah Anda sedang bermain-main dengan religius? Kalau Anda menjalankan pelayanan tidak dengan rasa hormat dan takut akan Tuhan, kalau tidak dengan rasa syukur oleh sebab Tuhan mau pakai kita melayaniNya, kalau untuk memuliakan golongan atau kalangan sendiri maupun untuk pribadi, kalau dengan motivasi-motivasi yang tidak murni maka Anda sedang menjalani kehidupan rohani Anda seperti ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, dan para imam-imam Besar. Hidupmu sama seperti batu kuburan yang dicat putih. Luarnya kelihatan bagus tapi dalamnya jorok, busuk dan kotor. Dalam rekan-rekan sepelayanan kami ada satu istilah yang cocok sekali mengambarkan hal ini yaitu: “Muka nabi pikiran kotor”. Orang type apakah orang-orang ini? Mereka adalah orang yang tidak bisa dinasehati. Hati mereka telah ditutupi oleh agama dan menjadi bebal. Telinga mereka ringan untuk mendengarkan teguran. Sekali ditegur/dinasehati langsung sakit hati, bukannya bertobat. Orang-orang seperti ini biasanya menyimpan sakit hati mereka menjadi dendam, iri dan dengki. Orang-orang seperti ini juga banyak dijumpai di dalam gereja dan pelayanan. Mereka tidak mau bertobat malah mengalang kekuatan/massa, menghasut orang lain, menyebarkan gossip dan kesaksian palsu untuk memojokkan orang yang telah menegurnya. Para imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat berupaya dengan gigihnya untuk membunuh Tuhan Yesus dengan memanggil saksi-saksi palsu di pengadilan Mahkamah Agama dengan maksud memberatkan tuduhan terhadapNya. Mereka menghasut orang-orang untuk membebaskan Barabas dan menyalibkan Tuhan Yesus (Mat 27:20, Mark 15:11). Mereka baru akan berhenti jika bola akhir mereka berhasil masuk gawang yaitu membunuh Tuhan Yesus. Mereka menyangka bahwa mereka telah berbakti kepada Allah karena membela agama Yahudi. Kalau kita tidak sungguh-sungguh mengenal kebenaran, maka kita akan menjadi musuh kebenaran.
  2. Orang ke-2 yang ingin kita lihat adalah salah satu murid Tuhan Yesus yang sudah cukup terkenal. Ia adalah Yudas Iskariot. Kalau bicara mengenai Thomas kita ingat bahwa dia adalah Sang Peragu. Kalau bicara tentang Yudas Iskariot maka kita pun tahu bahwa ia adalah Seorang Pengkhianat. Dipilih oleh Allah untuk hidup sezaman dengan Tuhan Yesus merupakan hal yang sangat beruntung sekali. Dari zaman Adam dan Hawa, Allah telah merencanakan suatu keselamatan bagi umat manusia. Keselamatan ini yang terus diteliti dari tahun ke tahun, abad demi abad oleh para nabi dalam PL. (I Pet 1:10 Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu). Allah menjanjikan datangnya seorang Pembebas yang dinanti-nantikan oleh bangsa Israel saat itu. Oleh sebab itu bangsa Israel memiliki paham Mesianic. Para Nabi bernubuat demi nama Tuhan tentang keselamatan ini. Misalnya Nabi Yeremia, Zakaria, Yesaya, dll. Mereka hanya menyampaikan pesan dari Allah namun tidak pernah melihat, merasakan dan hidup sezaman dengan tokoh yang mereka nubuatkan. Mereka menanti dan menanti siapakah tokoh yang akan muncul untuk menyelamatkan bangsa Israel, namun mereka tidak pernah sampai pada zaman itu. Yohannes pernah berkata: “Membuka tali kasutNya pun aku tak layak” Siapakah Yudas Iskariot? Dia adalah orang yang sangat beruntung yang bisa mengecap, merasakan, mengalami dan melihat sendiri dalam hidupnya siapakah Sang Penyelamat ini. Dia bisa mempelajari pengajaranNya secara langsung. Dan yang lebih istimewa adalah bahwa tokoh yang dikirim oleh Allah itu tidak lain adalah inkarnasi dari salah satu Oknum Tritunggal..!! Tokoh yang dikirim oleh Allah itu tidak lain adalah Anak Allah yang berkuasa mengampuni dosa orang banyak. DIA adalah ALLAH sendiri Sang Pencipta..!! Inilah perbedaan Kekristenan dengan agama-agama lain. Saya sebut dengan kata “Kekristenan” bukan kata “agama Kristen” karena Tuhan Yesus bukan datang untuk mengajarkan agama kepada umat manusia. Ini perbedaan pertama, perbedaan yang lain adalah konsep keselamatan pada agama lain yang tidak jelas dijelaskan dalam Kekristenan. Penyelamatan yang dilakukan Allah adalah pekerjaan yang luar biasa. Kenapa? Karena untuk mewujudkannya melibatkan keberadaan Allah sendiri. Allah sendiri yang berinisiatif untuk menyelamatkan manusia. Pada agama lain siapa yang menyelamatkan siapa? Tidak lain adalah diri sendiri menyelamatkan diri sendiri. Pertanyaannya adalah: Apakah bisa….? Buatlah kebaikan pada orang lain, semoga kamu diterima disisiNya, atau semoga di kehidupan lain bisa lebih baik. Ini seumpama orang terjebak dalam lubang perangkap binatang di tengah hutan – bisakah dia menyelamatkan dirinya kalau tidak ada orang yang di atasnya yang mengulurkan tangan, tali atau tongkat kepadanya? Siapakah yang dapat hidup bersama dengan Allah yang suci jika masih berdosa? Dan siapakah yang berhak mengampuni dosa manusia selain Allah? Konsep keselamatan dalam Kekristenan sangat jelas sekali karena itulah yang Allah firmankan dalam Alkitab. Yudas Iskariot hidup sezaman dengan Sang Penyelamat, dan dipanggil menjadi murid merupakan anugerah yang terbesar. Namun sekalipun merupakan anugerah dan keberuntungan, Yudas Iskariot sama sekali tidak mempergunakan waktu dan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Dia malah menganggap sepi saja semua anugerah ini. Yudas ini dipercayai Tuhan Yesus untuk mengelola kas dan keuangan. Ia adalah seorang bendahara. Namun dia adalah seorang pencuri. Dia sering kali memakai uang kas untuk kepentingan diri sendiri. Dia adalah orang yang cinta uang dan tamak yang pandai memoles kejahatannya dengan kemasan Kekristenan (penipu dan pandai berdalih) (Yoh 12:1-8). Apakah Tuhan Yesus tidak tahu bahwa dia sering melakukan pengelapan uang? Tidak! Tuhan Yesus tahu semua yang dilakukannya, namun Tuhan Yesus tetap memberikan kepercayaan untuk menjadi bendahara kepadanya. Kenapa? Sering kali kita juga melihat bahwa orang yang melakukan KKN tetap selamat dari jeratan hukum. Orang yang melakukan kejahatan hidupnya malah semakin makmur, seakan-akan Allah malah berpihak kepada mereka. Tetapi apakah Allah memang demikian? Baca Amsal 24:19-20, Maz 37 dan Rom 12:19! Jika Yudas Iskariot masih dipercayai untuk memegang kas itu tidak lain adalah supaya dia menyadari kejahatannya dan segera bertobat. Ini adalah waktu kesabaran dan kemurahan Tuhan dinyatakan. Namun sering kali kita menyia-nyiakan waktu ini. Kita malah semakin menambah kejahatan kita dengan waktu hidup kita. Orang-orang seperti ini hanya menimbun murka Tuhan untuk dinyatakan pada waktunya. Yudas Iskariot adalah Bendaharawan Yang Tidak Jujur. Tokoh Yudas juga adalah tokoh yang menjual Gurunya seharga 30 keping perak. Inisiatif untuk menjual Gurunya datang dari dirinya sendiri, hal ini terbukti dengan kepergiannya untuk menawarkan diri kepada para imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah untuk menangkap Tuhan Yesus. Tuhan sudah memberikan peringatan kepadanya dengan menunjukkan kepada ke-11 murid lainnya siapa yang akan mengkhianatiNya dalam Perjamuan Paskah. Teguran terakhir ini dari Tuhan Yesus ini juga ditolak dan dianggap sebagai perlawanan oleh Yudas. Maka sesudah teguran itu Alkitab mencatat bahwa Iblis segera menguasai orang yang menjadi tawanannya. Sesudah itu Yudas Isakariot segera menemui imam-imam kepala dengan meminta imbalan uang jika menyerahkan Gurunya tanpa sepengetahuan orang banyak. Bagaimana melakukan tanpa sepengetahuan orang banyak? Jawabnya secara rahasia dan tipu muslihat. Hal ini mencakup waktu yang tepat dan tempat yang biasa dikunjungi oleh Tuhan Yesus. 30 keping perak saat ini kurang lebih sama dengan UMR seorang buruh. Dengan harga Rp.500.000-an dia menjual Gurunya yang memang belum dianggapnya sebagai Tuhan. Panggilan yang paling tinggi dari Yudas Iskariot untuk Tuhan Yesus hanya “Rabbi” sementara murid-murid lainnya memanggil Tuhan Yesus dengan sebutan “Tuhan”. Akhir hidupnya adalah binasa dengan perut terbelah yang sebelumnya diawali dengan peperangan psikologis yang hebat di dalam dirinya. Ia menjadi peringatan yang keras buat kita sebagai pengikut Tuhan Yesus supaya bersungguh-sungguh. Yudas tidak pernah bersungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus. Dia tidak pernah memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan dan tidak memiliki Roh Kristus. Yudas Iskariot adalah mewakili orang yang rela menjual iman kepercayaannya hanya demi materi.
  3. Tokoh ke-3 yang menjadi sorotan menjelang saat-saat kesengsaraan Tuhan Yesus adalah Pontius Pilatus. Pilatus adalah seorang wali negeri Yehuda yang memiliki kuasa yang besar. Atas keputusannyalah maka Tuhan Yesus disesah dan disalibkan oleh imam-imam kepala, imam-imam besar, ahli Taurat dan lain-lainnya. Ia adalah orang Romawi yang diangkat oleh Kaisar Tiberius. Sebagai wali negeri, Pontius Pilatus memiliki kuasa penuh atas hidup dan matinya seseorang. Setelah Makamah Agama (Imam Besar Kayafas) mendapati Tuhan Yesus – yang menurut mereka telah menghujat nama Allah, IA dihajar oleh ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala bahkan mereka mempermainkan Tuhan Yesus dengan menutup mukaNya dengan kain lalu memukul dan meninjuNya sambil berkata, “Cobalah katakan kepada kami, siapakah yang telah memukulMU”. Setelah puas, mereka mengirimkan Tuhan Yesus kepada Pontius Pilatus. Dalam mengadili Tuhan Yesus, ia sendiri tidak mendapati kesalahan apapun. Namun atas desakan orang banyak yang telah dihasut oleh imam-imam kepala, imam-imam besar dan ahli Taurat, akhirnya Pilatus menjatuhkan hukuman mati untuk Tuhan Yesus dengan disalibkan. Dalam memutuskan perkara ini Pontius Pilatus melakukan tindakan ABS (asal bapak senang). Padahal sebagai wali negeri ia memiliki kuasa penuh terhadap orang yang di wilayahnya. Ia bahkan sanggup merubah hasil keputusan Sanhedrin. Alasan tindakannya menjatuhkan hukuman salib ini bukanlah ingin menyenangkan pembesar-pembesar Yahudi tetapi karena ia takut kedudukan dan posisinya terancam jika terjadi keributan di daerah kekuasaannya. (Mat 27:24). Sekalipun sudah dinasehati oleh isterinya untuk tidak mencampuri urusan orang yang tak berdosa, Pilatus tidak mengindahkannya. Isterinya sudah mendapat peringatan berupa mimpi buruk, namun dia tidak mengubrisnya. Pilatus lebih mengutamakan posisi dan jabatannya ketimbang memihak kepada yang benar. Pilatus rela menjual kebenaran demi kedudukannya. Akhirnya diambilnyalah sebaskom air dan mencuci tangan di hadapan orang banyak sebagai tanda bahwa ia tidak bersalah atas keputusannya. Apakah dengan cara ini bisa menghapus dosanya karena memutuskan untuk membunuh Tuhan Yesus? Tentu tidak! Kita juga sering melakukan praktek-praktek seperti yang dilakukan oleh Pilatus. Kalau posisi jabatan kita terancam masihkah kita berpegang kepada kebenaran? Apakah kita tetap setia ketika diancam PHK jika tidak membuat laporan palsu? Orang-orang seperti Pilatus sering kita jumpai sehari-hari. Mereka akan melakukan segala cara demi mempertahankan kedudukan, pamor dan nama, bahkan kalau perlu nyawa orang lain dikorbankan juga tidak apa-apa. Akhir dari hidup Pilatus memang tidak dicatat dalam Alkitab secara jelas, namun menurut catatan tradisi, Pilatus menjadi terobsesi dengan tindakannya. Ia selalu melihat tangannya dan menemukan bahwa tangannya berlumuran darah. Dan setiap kali ia melihat tangannya yang berlumuran darah, ia akan mengambil sebaskom air lalu mencuci tangannya di situ. Lalu beberapa jam kemudian Pontius Pilatus mendapati tangannya berlumuran darah kembali dan ia pun kembali menyiapkan sebaskom air dan membasuh tangannya di situ. Hal ini terus berlangsung dan berulang-ulang dia alami bahkan di saat ia memimpin persidangan. Hukuman Tuhan kepadanya sangat ngeri. Kemudian kedudukannya digeser dan digantikan oleh Marcellus. Ia terobsesi sepanjang hidupnya sampai akhirnya ia bunuh diri dengan menggunakan pedangnya sendiri di penjara Roma. Para imam-imam besar, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan orang Farisi mewakili orang yang lebih mengutamakan tradisi agama daripada kebenaran. Yudas Iskariot mewakili orang yang lebih mencintai uang dan bersedia menjual iman kepercayaannya. Dan Pontius Pilatus adalah mewakili orang yang mengutamakan nama dan kedudukan dari pada kebenaran. Apakah Anda termasuk salah satu dari mereka..?

Tidak ada komentar: