Selasa, 20 Mei 2008

Tutup Mata dan Tutup Telinga

Di suatu kampung katak di pelosok daerah manusia, kabarnya terdapat sebuah Box ajaib yang diyakini dapat mengabulkan semua permintaan pembukanya. Box tersebut berada di puncak gunung yang mempunyai ketinggian 1000 kaki. Suatu ketika saat gosip tersebut mulai meluas, maka katak pun berkumpul di kaki gunung untuk bersiap-siap melompat ke puncak itu. Terdapat sekitar 500an katak di sana.
Dan tiba-tiba melompatlah seekor katak ke gunung tersebut dengan susah payah, akhirnya setelah beberapa saat katak itu jatuh dan terguling-guling turun. Lalu katak itu pun berkata kepada katak yang lain kalau ini mustahil untuk didaki katak. Katak-katak yang mencoba pun sudah banyak sekali yang gagal.
Tidak lama setelah itu muncul lagi seekor katak dari belakang dan langsung melompat ke gunung dengan penuh semangat, terus terus dan terus. Tapi setelah beberapa saat maka katak-katak yang gagal tersebut mulai meneriaki katak itu "oooiii... kmu ga mungkin bisa lah, kita ini cuma katak mana mungkin bisa mendaki gunung 1000 kaki!!!". Katak yang sedang melompat pun spontan menoleh ke belakang dan akhirnya.. buumm, ia terpeleset dan jatuh lagi ke bawah. Ia pun merasa gagal!!
Sudah hampir separuh katak yang mencoba dan gagal, tapi di satu sisi ada seekor katak yang sudah melompat setinggi 500 kaki lebih dengan sangat cepat. Sepertinya katak itu akan berhasil... tapi tiba-tiba semua katak yang di bawah berseru lagi "oooiii... jangan buang waktu lah kita nih cuma katak, mana mungkin bisa!! Belum tentu juga Box itu adalah Box ajaib!!!"
Si katak yang saat itu sudah mencapai 700 kaki pun, berhenti sambil berpikir. "Benar juga yah, belum tentu Box ini bisa mengabulkan permintaan saya. Lagian saya kan cuma katak". Tiba-tiba si katak pun turun ke bawah dengan sendirinya sambil banyak berpikir.
Setelah beberapa saat tidak ada katak yang mencoba mendaki gunung, dari kejauhan terlihat katak yang sedang melompat dengan sangat kuat sekali. Tiba-tiba wwuusshh si katak itu mulai melompat ke gunung dan terus melompat tanpa berhenti. Dengan sangat cepat ia sudah mendaki 200, 300, dan 500 kaki. Katak-katak yang di bawah pun mulai meneriaki dia!!
"oooiii... kamu ga akan bisa, kita ini cuma katak!! Belum tentu juga itu ada Box ajaibnya!!" Tapi si katak itu terus melompat tanpa menoleh ke belakang . Tinggal 200 kaki, 100, dan sampai lah katak itu di puncak. Dengan perasaan deg-degan katak itu membuka Box tersebut sambil meminta untuk menjadi manusia!! Dan tiba-tiba jadilah ia seorang pria yang tampan...
Wartawan dari berbagai kantor berita pun mulai menemui katak dan mewawancarainya "Hai katak kenapa kamu bisa sampai di atas sini??" Jawab katak "saya sampai di puncak!!!". Lalu wartawan pun bingung dengan jawaban katak dan mencoba bertanya lagi "Kenapa kamu bisa tapi teman-teman kamu ga bisa??" "saya jadi manusia sekarang..."jawab si katak. Karena jawabannya selalu tidak sesuai akhirnya ia pun dibawa wartawan ke RS dan akhirnya diketahui kalau katak yang menjadi orang tersebut ternyata adalah Seekor Katak Yang Tuli.
Moral cerita ini adalah :
Pembaca, disadari atau tidak seringkali pada saat kita ingin mencapai sesuatu banyak sekali halangan yang harus dihadapi. Mulai dari orang yang tidak dikenal, teman, bahkan sampai keluarga. Ada yang bilang kita ga bisa lah, ada yang bilang ga mungkin lah, dll. Banyak sekali orang-orang yang gagal ingin kita mengikuti kegagalannya!! Tapi iya, ini adalah goal kita sendiri jadi kalau kita benar-benar yakin dengan apa yang kita ingini, tutup mata kita, tutup telinga kita, dan jalani sesuai keyakinan kita!!! Success is My Right

Lompati 3 Batu dalam Hidup

"Manusia tidak mungkin kesandung batu sebesar gunung. Paling hanya sebesar batu kerikil".
Ada seorang pendekar, dia merasa ilmunya sudah cukup. Saatnya dia turun gunung. Untuk itulah dia pun menghadap sang guru. “ Guru, kiranya ilmu yang sudah guru ajarkan sudah hamba serap semuanya dengan baik. Ijinkan hamba turun gunung untuk mengabdikan ilmu hamba kepada masyarakat.” Sang Guru dengan jenggotnya yang tebal. Hanya tersenyum. Dia pun hanya bergumam saja. Sang pendekarpun binggung melihat perilaku gurunya. “ Guru, ijinkan hambamu ini turun gunung?”. Kata sang pendekar sekali lagi. Gurunya pun kembali bergumam. Secara perlahan gurunya pun berdiri. “Anakku, memang benar semua ilmu sudah aku turunkan samamu. Tapi sebelum engkau turun gunung. Pergilah ke tepian sungai.” Gurunya pun menunjuk kearah sungai tersebut.” Menyeberanglah dari tepi sungai itu ke ujung tepian yang di seberang. Tapi aku tidak ingin kamu berenang. Tapi melompatlah dengan menggunakan tiga batu yang sudah ada di sungai tersebut”. Sang pendekar pun dengan riang gembira menuju ke tepian sungai tersebut.
Ketika sampai di tepian sungai. Dia pun mencoba melihat batu-batu yang ada di sungai tersebut. Aha, tak lama diapun melihat batu besar. Tak lama kemudian dia pun melompat. Dan dengan mudah bisa berdiri di batu tersebut. Kembali dia mencari batu kedua. Dengan hati-hati dia pun melihat di sekelilingnya. Tapi batu keduapun belum bisa dengan jelas terlihat. Sekali lagi dia mencoba. Dan dari kejauhan. Dia melihat sebuah batu yang ukuran tidak terlampau besar. Sambil memfokuskan kekuatannya. Dia pun kembali melompat ke atas batu tersebut. Tapi ketika dia mau berdiri ternyata batu tersebut sangat licin. Byurrr….Dia pun jatuh ke sungai. Ternyata batu tersebut pijakan sangat kecil. Tidak cukup dua kaki. Hanya cukup satu kaki saja. Lalu dia pun mencoba lagi. Lebih fokus dan lebih relaks. Akhirnya dia bisa berdiri dengan satu kaki di batu kedua tersebut.
Tinggal satu ujian lagi, pikirnya. Dia pun kembali mencari batu ketiga. Setelah cukup lama. Dari kejauhan dia melihat sebuah sinar. Ternyata itulah batu terakhir yang dia cari. Dia pun kemudian melipat gandakan kekuatannya. Dia pun kembali melompat dengan kecepatan tinggi. Tapi sekali lagi dia terkejut. Ternyata ukuran batu itu sangat kecil sekali. Tidak cukup untuk satu kaki saja. Kembali byurrr…. dia harus jatuh ke sungai. Dia pun mencoba lagi. Byurr….jatuh ke sungai lagi. Arus sungai pun semakin deras. Dengan susah payah. Dia kembali lebih fokus. Dia pun melompat. Dan pada saat di udara dia pun membalikkan badannya. Ternyata si pendekar berhasil berdiri di atas batu terakhir. Dengan menggunakan satu tangannya. Kakinya diatas. Setelah itu dia pun kembali melompat. Karena tepi sungai pun sudah dekat. Akhirnya dia berhasil sampai di darat.
Ketika dia sampai di ujung tepi sungai. Gurunya pun sudah ada di hadapannya. ”Anakku, engkau sudah melewati uji kehidupan. Batu pertama melambangkan kesulitan yang akan engkau hadapi. Batu kedua melambangkan kesetiaan. Disinilah ujuanmu mulai sulit. Kamu dituntut untuk setia sama dirimu sendiri. Termasuk sama gurumu sendiri. Atau kamu mengkhianati aku. Disinilah letak ujianmu sebenarnya. Batu terakhir melambangkan bersyukur. Ketika kamu sudah melewati dua ujian di batu sebelumnya. Kamu sudah berhasil. Tapi apakah kamu menjadi sombong? Atau menjadi orang yang rendah hati. Selalu bersyukur kepada Pencipta. Inilah ujian terkahirmu. Bila semua kau laluin dengan baik. Maka kamu akan menjadi manusia yang sempurna.”
Ketika mengakhirinya wejangannya. Sang guru pun mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Ketika dibuka isinya adalah tiga buah batu. Satu batu ukuran besar, yang kedua ukuran sedang dan panjang. Batu terakhir ukurang kecil dan tipis. Ya, itulah batu ujian sang pendekar ketika dia turun gunung. Sang pendekar pun menerimanya. Esoknya, dia mohon pamit kepada sang guru.
Ketika merasa ilmu kita cukup. Maka kita dengan berani ingin masuk kedunia sebenarnya yang kita impikan. Baik itu di dunia kerja maupun dunia bisnis. Memang baik mengamalkan ilmu kita. Sesuai dengan orang bijak pernah mengatakan,” Menuntut ilmu hingga memasuki liang kubur adalah proses yang bagus, tetapi jangan lupa bahwa ilmu yang sudah dituntut itu masih perlu dipraktekkan ”. Bila tidak, untuk apa menuntut ilmu ? Pengetahuan tidak bisa berdiri sendiri, ia harus ditindaklanjuti dengan praktek, dengan sikap mental yang benar.
Dalam kehidupan seperti cerita diatas. Ada tiga batu ujian yang harus kita lewati.
Batu ujian pertama adalah kesulitan.
Baik kesulitan secara keuangan, hubungan kerja, kurangnya pengalaman. Dan bermacam-macam kesulitan yang lain. Ternyata ujian kesulitan ini adalah ujian pertama kita. Tentu ada ingat ketika daerah Aceh dihantam tsunami. Begitu banyak kesulitan yang datang baik secara mental dan materi. Tapi lewat proses selama ini cukup banyak. Masyarakat Aceh yang mulai bangkit. Mereka mencoba berdagang kembali. Menata perekonomian keluarga mereka yang sudah hancur. Walaupun hasilnya masih sedikit minimal mereka sudah mencoba untuk bangkit adalah jauh lebih penting.
Apabila kita berhasil melewati ujian ini maka mental kita menjadi lebih berani, lebih disiplin, lebih komitmen, lebih ulet, lebih optimis dan lebih kreatif.
Batu ujian kedua adalah kesetiaan.
Manusia pada umumnya dengan sangat mudah bisa melewati kesulitan mereka. Harta pun mulai berlimpah. Dulu dari tidak punya rumah, sekarang rumah mewahpun sudah bisa dibeli. Dulu mobilpun susah sekali didapat. Sekarang di garasi rumah sudah tersedia tiga mobil yang siap mengantar kemanapun kita pergi. Tapi manusia sering tergelincir melewati ujian kedua ini. Ketika harta berlimpah. Mata kita pun mulai disilaukan dengan kehidupan duniawi. Istri yang dulu lengket sekali. Sehingga nyamuk paling kuruspun susah lewat. Kalaupun belanja sang suami dengan enak di depan berjalan sendirian. Badan istripun yang dulu kutilang dara. Sekarang sudah dipandang bapindo (bagian pinggang dobel). Sambil membawa belanjaan di tangan kiri-kanan yang berat-berat pula. Sehingga gajah paling gemuk pun gampang lewat. Lama-kelamaan cintapun sering menjadi pudar. Mulai mata bermain-main. Melihat keindahan cewek-cewek yang berpakaian seksi. Sesuai dengan peribahasa,”Dari mata turun ke hati”. Akhirnya kita pun mulai tidak setia dengan istri dan anak-anak kandung sendiri. Dulu semboyan kita ”Family is my love”, sekarang pun diubah menjadi ”Family is my memory”.
Fase ini adalah fase yang berat dan paling penting. Disinilah mental kita benar-benar diuji. Apakah kita masih setia sama istri, keluarga, sahabat, orang tua? Hanya waktu jualah yang bisa menentukan kita. Tetapi dengan menyadari bahwa hidup itu tidak hanya bisa berdiri diatas satu kaki. Kita harus butuh pasangan. Sebagai teman seperjuangan dalam suka dan duka.
Bila kita berhasil melewati ujian ini, maka rasa cinta bukan hanya sebatas perasaan saja. Tapi sudah menerima satu sama lain sebagai bagian yang tidak pernah terpisahkan. Bahkan kita rela mengorbankan jiwa bagi keluarga yang kita cintain. Seperti Romero dan Juliet nih.
Batu ujian ketiga adalah beryukur.
Bila anda pernah melihat film The Secret. Tentu anda tahu ada batu bersyukur. Dimana mengingatkan kita bahwa semua hidup ini harus kita syukurin. Dalam cerita diataspun digambarkan bagaimana pendekar harus berdiri dengan satu tangan. Dan posisi terbalik. Artinya kita harus tunduk kepada Tuhan. Kita ini masih begitu kecil dibandingkan Sang Pendipta. Bila sewaktu-waktu kita dipangil olehNya. Kita pun harus siap. Mulai dari sekarang syukurin yang sudah kita dapat. Tidak peduli besar atau kecil. Banyak atau sedikit. Dengan bersyukur membuat hidup kita menjadi lebih nyaman dan damai. Kita pun rela memberi kepada yang membutuhkan. Tidak hanya dalam bentuk materi. Tapi dalam bentuk kasih sayang, nasehat dan perhatian.
Tiga batu ujian sudah ada di tangan anda sekarang. Siapkah diri anda menjalaninya ?

Jackie Chan

Saat ini, hampir semua orang mengenal sosok Jackie Chan. Seorang aktor yang sangat komplet, bisa main film kungfu, menyanyi, komedi, dan berbagai peran menantang lain. Hebatnya, untuk melakoni film-film action yang banyak adegan berbahaya, ia menolak menggunakan pemeran pengganti. Maka, tak jarang, cidera ringan hingga serius kerap dideritanya. Namun, itulah seorang Jackie Chan. Ia selalu berperan total dalam setiap pekerjaan yang dijalaninya.
"Terlahir dari pasangan keluarga miskin, Charles dan Lee-lee Chan pada 7 April 1954, Jackie rupanya memang terbiasa dilatih kungfu sejak kecil oleh ayahnya. Barangkali, inilah dasar utama yang membuat Jackie punya mental baja dalam menjalani setiap peran dalam kehidupannya. Menurut ayahnya, belajar kungfu dapat membangun karakter, kesabaran, kekuatan, dan keberanian, seperti yang dimiliki Jackie saat ini.
Sikap tersebut terbukti dalam perjalanan hidup Jackie kecil. Saat usianya baru menginjak tujuh tahun, ia sudah berpisah dengan orang tuanya yang pergi ke Australia untuk bekerja. Ketika itu, ia dititipkan untuk bersekolah di China Drama Academy. Di sekolah itulah, kemampuannya makin terasah, mulai dari ilmu beladiri, akrobat, menyanyi, dan akting. Selain itu, pola pengajaran di sekolah yang sangat keras, meski kadang membuatnya menderita, justru makin mengasah mentalnya.
Melalui sekolah itu, jalurnya ke dunia perfilman terbuka. Ketika menginjak usia 8 tahun, ia jadi figuran untuk sebuah film berjudul: "Seven Little Valiant Fighters: Big and Little Wong Tin Bar." Ia juga membentuk grup pertunjukan seni beladiri bersama Sammo Hung dan Yuen Biao, dua aktor yang kini juga sangat terkenal.
Namun, kisah perjuangan Jackie tak semulus gerakan lincah kaki dan tangannya. Awal karirnya banyak dilewatkan hanya dengan menjadi figuran atau stuntman. Hanya keberaniannya dalam melakoni adegan-adegan berbahaya yang membuat Jackie cepat dikenal dan banyak dipakai di beberapa film. Sayang, industri film di Hong Kong sempat surut. Ia akhirnya pindah ke Australia mengikuti orang tuanya yang sudah lama tinggal di sana. Tapi, ia tak betah lama di negeri Kanguru.
Jackie akhirnya kembali ke Hong Kong ketika ia mendapat tawaran bermain di sebuah film atas undangan Willie Chan, seorang pencari bakat. Meski kurang sukses, film berjudul: “New Fist of Fury” itu mulai mengangkat namanya. Setelah beberapa film tak sesuai harapan, akhirnya dua film, yaitu "Snake in Eagle's Shadow" dan “Drunken Master” melambungkan namanya hingga ke Asia dan akhirnya sampai ke Hollywood. Di sana, ia sempat membuat sejumlah film yang cukup laris, seperti Rumble in the Bronx, Rush Hour, dan Shanghai Noon.
Kini, saat namanya makin melambung, ia selalu teringat masa ketika masih menderita. Karena itu, ia berkomitmen untuk memperbanyak aktivitas sosial. Salah satunya ditunjukkan ketika ia membantu dan mengunjungi Aceh pascatsunami. Ia kini juga diangkat sebagai duta UNICEF dan UNAIDS, serta membuat beberapa yayasan untuk membantu orang yang membutuhkan, dari memberikan beasiswa, sampai pengobatan gratis. Jackie juga banyak berkeliling dunia untuk menjalankan misi perdamaiannya.
Semangat yang ditunjukkan Jackie patut kita contoh. Meski harus banyak melakoni sejumlah peran kecil, ia pantang menyerah untuk menjadi seorang bintang ternama. Saat sudah besar pun, ia tak lupa asalnya. Saat sukses datang, memang akan jauh lebih bermakna jika kita bisa banyak membantu sesama, seperti yang dilakukan Jackie Chan.

Bill Gates

Jika mendengar nama ini, orang akan langsung ingat dua hal, yakni Microsoft dan kekayaan. Yah, memang tak bisa dimungkiri, orang mengenal Bill Gates sebagai pendiri perusahaan piranti lunak terbesar di dunia. Selain itu, kekayaan yang diperolehnya dari perusahaan itu telah membuatnya jadi orang terkaya di dunia beberapa tahun berturut-turut, tanpa pernah tergeser ke posisi kedua sekalipun. Konon, kekayaannya mencapai 71% nilai anggaran belanja negara kita, yakni lebih dari Rp500 triliun. Sungguh fantastis!
Tapi, semua itu tentu melalui proses panjang. Semua berawal dari impian Bill Gates saat masih muda. Ketika itu, sekitar tahun 70-an, ia yang hobi mengutak-atik program komputer memimpikan bisa menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Sesuatu yang dianggap sulit diwujudkan pada masa itu. Sebab, pada tahun itu komputer masih berukuran sangat besar dan hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu saja.
Kelahiran Seattle dari pasangan seorang pengacara dan pegawai bank ini memang terkenal cukup ambisius. Pada saat masih sekolah dasar, semangatnya yang cenderung menyulitkannya dalam pergaulan membuat orang tuanya memindahkan sekolahnya ke sekolah unggulan khusus laki-laki di Lakeside School. Di sekolah itulah ia pertama kali berkenalan dengan dunia yang mengantarkan pada bakatnya di bidang pemrograman. Saat itu ia mengenal mesin teletype, semacam mesin ketik yang bisa diberi program sederhana. Dari mesin itu, kemudian dia mulai menguasai dengan baik bahasa pemrograman BASIC. Ia pun lantas bertemu dengan komunitas penggemar program dan sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni hobi tersebut.
Ayah tiga anak ini kemudian mengembangkan bakatnya saat kuliah di Universitas Harvard. Namun, saat kuliah di universitas elit di Amerika itu, lagi-lagi ambisi Bill Gates membuatnya lebih memilih untuk mewujudkan impiannya, dibandingkan harus menyelesaikan studi. Ia memilih drop out dan berkomitmen kuat untuk mewujudkan ambisinya.
Komitmen itu diwujudkan dengan ketekunan, ketelatenan, dan keuletan, sehingga pelan tapi pasti hobinya membuat program telah menjadi bisnis yang kian menguntungkan. Ia kemudian juga bertemu dengan Paul Allen, rekan yang kemudian turut membantunya mewujudkan impian menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Duet mereka banyak menghasilnya program-program unggulan, salah satunya MS-DOS yang kemudian banyak dipakai sebagai software di berbagai komputer.
Berbagai inovasi tak henti dilakukannya. Hasilnya? Seperti yang dilihat banyak orang saat ini. Impian Bill Gates telah menjadi nyata. Hampir setiap rumah, kini mempunyai komputer. Dan, hebatnya, sistem operasinya kebanyakan menggunakan produk Microsoft. Inilah yang membuat pundi-pundinya terus mengembang.
Kini, dengan kekayaannya tersebut, Bill Gates dan istrinya, Melinda, kemudian mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan bentukan Gates ini digunakan untuk berbagai kegiatan sosial. Mulai dari menyalurkan beasiswa kepada kaum minoritas, berperang melawan penyakit seperti AIDS dan berbagai penyakit lainnya, hingga memerangi kelaparan dan kemiskinan. Tak tanggung-tanggung, pasangan suami istri ini menyumbangkan lebih dari US$ 5 miliar untuk kepentingan yayasan ini. Sebuah sumbangan terbesar di dunia yang pernah diberikan pada sebuah yayasan sosial.
Sebuah impian, jika disertai dengan keyakinan kuat dan kerja keras, serta dilandasi komitmen perjuangan tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang. Bill Gates adalah bukti nyata bahwa impiannya yang pernah dianggap mustahil, kini mampu diwujudkannya. Nilai keyakinan dan perjuangan inilah yang bisa kita contoh dalam kehidupan kita. Selain itu, kepedulian Bill Gates untuk berbagi juga bisa dijadikan teladan bahwa sukses akan lebih berarti jika kita bisa saling berbagi.

10 Kesalahan Dalam Mengejar Sukses

Dalam mengejar karier, seringkali kita mengalami pasang surut semangat untuk mengejar karier tersebut. Ada 10 kesalahan utama yang sering dilakukan seseorang, yang mengakibatkan patah semangat dan gagal dalam mencapai tujuannya. 10 kesalahan utama tersebut adalah:


1. Menyalahkan orang lain dan kekanak-kanakan

Saat kita mengalami hambatan, kegagalan dan rintangan, janganlah mencari siapa penyebab semuanya itu, tetapi kaji apa yang menjadi penyebabnya. Jika kita merasa orang lain menghambat karier kita, jangan menyalahkan orang tersebut, tetapi cari tahu apa yang mengakibatkan orang lain tersebut menghambat kita. Mungkin hubungan kita dengan orang tersebut belum terlalu akrab. Jadi perlu kita tingkatkan hubungan kita dengan rekan-rekan sejawat.

2.Menyalahkan diri sendiri

Kebalikan dari hal di atas, seringkali kita menyalahkan diri kita. Saya tidak bisa begini karena saya tidak sebagai pejabat struktural, maka saya selalu gagal mewujudkan impian saya. Saya tidak dapat begitu karena saya tidak pandai dan alasan lainnya yang kita cari. Hindari hal tersebut dan yakinkan bahwa anda BISA.

3. Tidak memiliki goal

Apa rencana anda dalam satu tahun mendatang berkaitan dengan karier anda sebagai dosen? Apakah anda memiliki keinginan bahwa setiap tahun sekali menjadi penulis di sebuah jurnal internasional? Apakah anda punya rencana studi lanjut? Tentukan TUJUAN anda.

4. Memiliki goal yang salah

Ada
yang telah memiliki tujuan, tetapi tujuan tersebut salah, sehingga fokus kita juga salah. Ada yang menginginkan naik jabatan akademiknya, agar disegani dan dapat menjadi penguasa di lingkungan kerjanya. Tujuan yang kurang tepat ini, mengakibatkan upaya untuk mencapai tujuan juga kurang baik. Akibatnya seringkali jatuh di tengah jalan.

5. Tidak setia terhadap perkara kecil

Setia pada perkara kecil akan setia pada perkara besar pula. Jangan mengabaikan seminar kecil, jika kita memiliki kesempatan untuk menjadi pembicara di dalamnya. Ingat uang Rp 1.000.000,- jika kurang Rp 100,- berarti bukan Rp 1.000.000,- lagi melainkan Rp 999.900,-.

6. Memilih jalan pintas

Tidak ada upaya besar yang dapat ditempuh dengan bersantai ria. Semua langkah besar harus diikuti dengan semangat besar, tekad yang bulat dan disiplin yang keras. Tidak ada jalan pintas untuk meraih karier. Jalan pintas malah akan menuai cemoohan, harga diri yang jatuh, nama buruk. Setiap tujuan baik yang ingin kita raih, akan ada harga yang harus dibayar. Usaha keras adalah harga untuk meraih kesuksesan.

7. Waktu mencapai target yang lama

Jika seseorang ditanya, kapan akan menjadi profesor, maka akan dijawab nanti setelah usia senja. Mengapa harus menunggu, jika dalam usia muda dapat meraihnya?

8. Berhenti terlalu cepat
Saat menemui rintangan, seseorang sering kendor semangatnya dan memilih untuk berhenti dan tidak melanjutkan lagi impiannya. Hal ini tidak boleh dilakukan. Berupaya dan bekerja harus dilakukan tanpa henti.

9. Selalu dihantui bayang-bayang masa lalu

Tidak berani melangkah karena ada kegagalan masa lalu yang dijadikan patokan.

10. Menghipnotis diri dengan kesuksesan semu

Terlalu puas pada kesuksesan yang telah dicapai. Jika selama ini dapat menyelesaikan studi tepat waktu, bahkan lebih cepat dari waktu yang ditentukan, jangan berhenti dan cepat puas diri, strata berikutnya masih harus dikejar. Jenjang karier yang cepat diraih, membuat takabur, puas diri dan berhenti untuk terus menikmati kesuksesan diri tersebut. Atau kesuksesan masa lalu yang membuai kita, sehingga dianggap itu merupakan puncak kariernya. Padahal puncak karier masih jauh.
Selamat belajar dari kesalahan untuk tidak mengulanginya.

Indonesia Bangkitlah

Tak terasa sudah satu abad bangsa ini memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Berbagai peristiwa telah mewarnai perjalanan panjang bangsa Indonesia. Berbagai prestasi dibidang olahraga dan pendidikan, pembangunan nasional, musibah, keterpurukan ekonomi, konflik, pernah menjadi bagian dari buku harian bangsa kita. Kini, di tahun 2008 bagaimana dengan buku harian bangsa ini?, Apakah masih akan ada tinta merah mewarnai perjalanan bangsa ini menuju masa depan? atau sudah saatnya lembar demi lembar dari perjalanan bangsa ini diisi dengan sebuah hal yang membanggakan?, Siapkah kita?, Lalu sendi-sendi mana yang perlu kita ubah?

Kebangkitan Mental
Problematika terbesar yang harus segera diatasi adalah persoalan mental. Sikap mental yang selalu enggan melakukan perubahan, memelihara pola pikir yang negatif, selalu mengatakan tidak bisa, pasti gagal, kemalasan, ketidakdisiplinan, iri hati, atau bahkan kehilangan kepercayaan diri sebagai bangsa yang besar adalah sebagian besar karakter yang mestinya dihancurkan. 100 tahun memperingati kebangkitan, akan tetapi masih menjalankan pola-pola lama, dan mengadopsi sikap mental yang sama, maka kebangkitan nasional hanya akan menjadi sebuah wacana kalau begitu kondisinya. Sebuah kebangkitan nasional seharusnya juga diwarnai dengan sebuah kebangkitan mental yang baru. Sebuah mental untuk memberikan yang terbaik kepada bangsa ini lewat peran dan karya masing-masing anak bangsa. Seluruh jajaran baik itu legislatif, pemerintahan, maupun masyarakat mengambil peran dalam kebangkitan nasional ini dengan mengubah perilaku dan cara berpikir ke arah yang lebih positif.

Kebangkitan Semangat dan Kebersamaan
Situasi apapun yang pernah melanda bangsa ini, tidak seharusnya menciutkan nyali kita semua untuk tetap bangkit dan menjadi bangsa yang besar. Semangat untuk berjuang dan meraih yang terbaik di segala bidang hendaknya menjadi sebuah kultur yang dipedomani oleh segala lapisan masyarakat. Tak sedikit dari kita ketika masalah datang, musibah terjadi, himpitan ekonomi yang ada menciptakan sebuah krisis semangat dan kepercayaan diri menatap masa depan, atau bahkan ironisnya dijadikan momentum untuk saling menyalahkan pihak-pihak terkait. Apakah ini semangat kebangkitan nasional yang mau diusung?, Lalu mau sampai kapan?
Kebiasaan-kebiasaan seperti ini yang seharusnya diubah. Sikap suportif dan kerjasama yang sinergi yang dibutuhkan untuk memulihkan situasi yang ada bukan saling cemburu dan menjatuhkan satu sama lain.

Kebangkitan Moral
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sebuah perbedaan, bangsa yang bisa menghormati satu sama lain, bangsa yang mengedepankan hak asasi manusia, bangsa yang memiliki integritas yang tinggi, bangsa yang menjunjung nilai-nilai yang positif. Bukan saatnya lagi saling menjatuhkan, melakukan tindak kekerasan terhadap kaum lemah, saling menuding, ketidakjujuran, melakukan praktek-praktek korupsi, melakukan pengrusakan, memicu konflik, menutupi kebohongan dari masyarakat. Seseorang tidak hanya dilihat dari sisi intelektual saja, tetapi juga dari sisi bagaimana ia berperilaku dan memiliki sikap yang positif dilingkungan. Begitupun dengan sebuah bangsa, tidak hanya dilihat dari seberapa besarnya sumber kekayaan alamnya, tapi juga dilihat pribadi-pribadi di dalam sebuah bangsa itu sendiri bagaimana ia berperilaku. Integritas dan karakter bangsa akan dibangun oleh individu-individu didalamnya. Sedih sekali kalau bangsa ini berada di peringkat atas untuk kasus korupsi maupun kasus pengrusakan hutan. Tentunya bukan ini yang akan menjadi kebanggaan kita bersama. Mari bersama kita bangkit dengan membangun sebuah bangsa yang beretika baik dan memiliki karakter yang positif di mata dunia.

Hendaknya label yang selalu kita berikan sebagai bangsa yang besar, tidak sekedar nama saja melainkan diikuti dengan semangat dan kemauan yang besar pula untuk menjadikan Indonesia semakin baik tiap tahunnya.
Kiranya peringatan kebangkitan nasional tidak sekedar sebuah formalitas, melainkan dijadikan sebagai sebuah momentum untuk kita bersama mengambil sebuah langkah perubahan dengan mematahkan belenggu mental, semangat, dan moral yang negatif. Perjalanan bangsa ini belum berakhir, banyak harapan di depan mata yang masih harus direalisasikan, tapi tentunya hal ini bukanlah pekerjaan satu atau dua orang saja, melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua. Mari bersama kita berikan sebuah arti yang positif untuk bangsa ini melalui karya-karya maupun tindakan kita.S e l a m a t H a r i K e b a n g k i t a n N a s i o n a l. Merdeka.

Kamis, 08 Mei 2008

BBM Naik Lagi ????????

Tak ada pilihan lain, itulah akhirnya keadaan Pemerintah menyangkut harga BBM: harus naik, apapun bentuk dan teknik kenaikkannya. Boleh bertahap, boleh bersyarat, tetapi intinya ialah bahwa kenaikan memang tak terhindarkan. Maka kepada para calon pemimpin dan politisi yang hendak merayu rakyat di waktu pemilihan, wajib belajar dari peristiwa ini. Jangan berjanji, untuk soal-soal yang kelak akan sulit menepati.
Karena inilah yang ada di balik BBM itu, ia memuat dilema serupa prisoner dilemma dalam game theory. Yakni itulah keadaan yang jika memilih yang satu berarti bermusuhan dengan yang lain. Itulah keadaan yang amat sulit dipecahkan tetapi harus diputuskan. Terus mensubsidi BBM sementara harga minyak dunia menggila seperti ini adalah sebuah kemustahilan. Ia pasti akan menguras khas negara dan melumpuhkan bidang urusan lain.
Belum pula, betapa subsidi yang sekarang berlangsung sekarang ini sebagian terbesarnya, jatuh ke pihak-pihak yang kuat dan bukan masyarakat ke bawah yang sedianya menjadi sasaran utama itu. Padahal sedikit saja orang berdaya beli yang bersikap seperti ekonom Fasil Basri, misalnya. Ia menolak membeli BBM bersubsidi untuk mobilnya. Tapi jangankan menolak, jika mungkin, dari susbidi itu, keuntungan apakah yang bisa kita keruk demi keuntungan pribadi. Jadi seluruh dari kita harus bersepakat: betapa boros sistem subsidi salah jurusan ini.
Tetapi, jika pemborosan itu tidak kita relai dan BBM ini dinaikkan begitu saja, mudah membayangkan dampaknya untuk rakyat miskin. Bahwa tanpa ada kenaikan apapun, kemiskinan mereka sudah menjadi sebuah drama. Yang nelayan gagal melaut, yang pedagang gagal berproduksi, yang buruh terancam PHK dan yang menganggur mudah tergoda untuk bunuh diri. Di sana-sini, mulai ramai terdengar rakyat yang memilih mati katimbang menjalani hidup yang berat.
Lalu siapakah dari dua keadaan ini yang hendak dipilih oleh Pemerintah? Jalan tengah, itulah skenario pertamanya. Ya, jalan tengah itu bukan tidak ada. Dan yang disebut jalan tengah itu ialah tetap menaikkan BBM sambil memikirkan kompensasinya bagi rakyat miskin. Di tingkat gagasan, soal ini mudah kita bayangkan. Tetapi di tingkat pelaksanaan, tidak mudah ia dijalankan. Kita tidak kekurangan ide kebaikan, tetapi yang selalu kekurangan ialah keahilan pelaksanaaan dan jauh kebih kurang lagi ialah kejujuran pelaksanaan.
Ide Pemerintah mencari jalan tengah dari dua keadaan yang menjepit ini. Rakyat harus diedukasi dan diberi pengertian sepanjang tidak ditipu.

Rabu, 07 Mei 2008

PENATUA (Panggilan & Pelayanannya)

1. Dihampir semua gereja terdapat penatua dan tidak dapat kita bayangkan bila di suatu gereja tidak ada penatua. Siapa itu penatua, apa dasar pemanggilannya dan bagaimana pelayanannya. Inilah hal yang perlu kita renungkan/gumulkan dalam pertemuan ini. Kita akan menggumuli ini dengan tidak melupakan dasar teologia alkitab.
2. Penatua Dalam Perjanjian Lama,
Istilah penatua yang digunakan dalam Perjanjian Lama adalah “zagen” (bhs. Ibrani), artinya usia tua, yang dituakan. Dimasyarakat sekitar Israel ada juga penatua : Penatua Orang Mesir (Kej 50:7 50:7 Lalu berjalanlah Yusuf ke sana untuk menguburkan ayahnya, dan bersama-sama dengan dia berjalanlah semua pegawai Firaun, para tua-tua dari istananya, dan semua tua-tua dari tanah Mesir) Penatua orang Moab & Midian (Bil 22:7 Lalu berangkatlah para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian dengan membawa di tangannya upah penenung; setelah mereka sampai kepada Bileam, disampaikanlah kepadanya pesan Balak.
Penatua di Israel telah ada sejak mereka di Mesir dan berjumlah 70 orang (Kel 24:11). Mereka dicurahkan Roh Allah untuk mendampingi Musa memimpin Israel (Bil 11:25 : Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi.) Setelah menetap di tanah Kanaan fungsi mereka menahan para pembunuh (Ul 19:12), Menjalankan pemeriksaan (Ul 21:2), menyelesaikan pertikaian (Ul 22:15; 25:7), mereka juga adalah kepala-kepala suku (Ul 5 :23; 29:10), mengatur pasukan dan hakim (Yos 8:3)
3. Penatua Dalam Perjanjian Baru
Ada beberapa pelayan gereja dalam PB Apostel; Evanggelis (Pekabar Injl), Presbuteros (penatua), Episkopos (kadang diterjemahkan uskup dan penatua), gembala (poimene), diakonos/diaken. (lih. Luk 2:66; Kis 14:23;22:5; 1 Tim 4:14; Titus 1:5; 2 Yoh 1 : 1; 1 Pet 5:1; Ef 4:11). Pelayanan gerejawi bermula pada jabatan apostolos (rasul). Dalam Injil dan 5 pasal pertama dari KIS tidak ada disebutkan pelayan gereja lain selain apostel. Orang percaya semakin berkembang dan bertambah para apostel tidak mampu lagi menjalankan seluruh fungsi pelayanan dalam gereja (pengajaran, memimpin ibadah, menjalankan displin) maka muncullah jabatan-jabatan baru untuk melayani kebutuhan-kebutuhan jemaat. Namun semua jabatan tersebut tetap berakar dalam jabata apostolat. Para rasul menjadi lebih mengkhususkan diri untuk pelayanan dan pengawasan umum dan perluasan Injil.
4. Hakekat jabatan dalam jemaat ini yang sangat penting.
Jabatan dalam pemerintahan/negara dan gereja itu sangatlah berbeda. Para pejabat gereja (Pendeta, Guru, Penatua, dll) bukanlah pejabat dalam arti yang sama seperti pejabat dalam pemerintahan. Pemangku-pemangku jabatan dalam jemaat adalah hamba-hamba dari Kristus (doulus Kristi = ebed Yhwh) dan mereka adalah pelayan/parhobas. Mark 10:45 (Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang) Luk 22:27, (Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.) Dalam pelayananNya Yesus merendahkan diriNya dan taat sampai mati di kayu salib ( Fil 2:6) Dalam kasihNya yang melayani Ia berjalan sampai batas yang paling jauh. Dan hal itu Dia gunakan sebagai contoh/teladan bagi para pejabat/pelayan gerejawi (bnd Yoh 13:14-15)
Allah – lah yang - oleh Roh-Nya yang Kudus memperlengkapi manusia untuk pelayanan-pelayanan tertentu dalam jemaat. Tugas pokok dari pejabat-pejabat gerejawi adalah melayani dan membangun jemaat serta memperlengkapi orang kudus (bd. Ef 4:11-14). Subjek pelayanan jemaat adalah Kristus sendiri, jemaat adalah alatNya. Segala pelayanan jemaat berdasarkan atas atau bersumber pada pelayanan Kristus, yang adalah “pelayan: (bd. Rom 15:8; Luk 22:27) karena itu ada para pelayan dalam gereja. Pelayanan (juga yang dlakukan para pejabat gereja) adalah derivasi/turunan dari pelayanan Kristus. Secara garis besar para penatua ditugaskan untuk menjaga dan memelihara jemaat Tuhan – kawanan domba Kristus – dan mengawas supaya setiap anggota jemaat hidup menurut Firman, menurut istilah Paulus dlam Ef. 4: pembangunan jemaan atau pembangunan tubuh Kristus supaya jemaat sebagai tubuh Kristus dapat berfungsi Rom 12:5 demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. 1 Kor 12:25 supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. 1 Tes 5:11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. Ibrani 10 : 24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Rom 14:19 Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun. Pembangunan jemaat adalah pekerjaan Roh Kudus. Dan dalam pekerjaanNya itu ia secara khusus menggunakan pejabat-pejabat gerejawi sebagai alatNya. (Ef 4 : 11-14) Dalam pelaksanaan pelayanan itu mereka harus memberkan diri untuk dipimpin Roh Allah; bila tidak maka pelayanan mereka akan menjadi aturan-aturan manusia. Para pelayan dalam pelaksanaan pelayanan itu bukan saja mengalami kesulitan, penderitaan, kekecewaan dan kegembran. Paulus menasehatkan supaya menjaga diri sendiri dan kawanan domba (Kis 20:28).
5. YESUS tidak pernah merumuskan secara rinci apa ”melayani” itu. Mengusulkan definisi yang paling sederhana pun, Ia tidak. Ketimbang mengumbar kata-kata, Ia agaknya lebih memilih tindakan nyata. Tapi memang itulah ”pelayanan” itu. ”Pelayanan” adalah ”tindakan” atau ”aksi”. Bukan ”rumusan” atau ”formulasi”. Salah satu tindakan itu adalah ketika, setelah makan bersama murid-murid-Nya, Ia tiba-tiba bangun dari tempat duduk-Nya. Lalu ”menanggalkan jubah-Nya, mengambil sehelai kain lenan, mengikatkannya pada pinggang-Nya, menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan … mulai membasuh kaki murid-murid-Nya” (Yohanes13:4-5).Ini tentu saja membuat murid-murid-Nya terpana, terkesima dan tak dapat menerima. Tak pantas seorang guru membasuh kaki muridnya! Pekerjaan ini adalah pekerjaan ”hina”. Tugas seorang budak. Pelayan. Hamba. Doulos. Tapi justru karena itu, Yesus sengaja melakukannya. Ia melaksanakan tugas seorang ”pelayan”. Ia mendemonstrasikan, bahwa Ia adalah – tak kurang dan tak lebih -- seorang ”pelayan”! Dan ”Aku telah memberi teladan kepadamu …” (Yohanes 13:13-14). ”Melayani”! Di mata dunia, ia sama sekali bukan pekerjaan bergengsi. Oleh karena itu, melakukannya membutuhkan ”kerendahan hati” dan ”penyangkalan diri”. Kesediaan untuk – bilamana perlu – berjongkok di bawah orang yang kita layani, dan membasuh (bukan menjilat!) kakinya. Dalam paradigma Yesus, ini sama sekali tidak merendahkan martabat. Sebaliknyalah, justru di situlah kehormatan seseorang itu terletak! Benarkah? Ya! Sebab apa yang lebih mulia dari pada ”kerendahan hati”? Dan apa yang lebih luhur ketimbang ”penyangkalan diri”? Apakah yang ”dua” ini bukan tanda kelemahan? So pasti tidak! Sebab tatkala orang mampu membuktikan kemampuannya melayani orang lain, ia membuktikan bahwa ia mampu mengalahkan diri sendiri. Dan tanyakanlah pada semua jenderal, maka mereka akan mengatakan kira-kira, bahwa tak ada keperkasaan yang lebih besar, dari pada bila berhasil mengalahkan kecende-rungan serta kepentingan diri sendiri! Sebab itu, wahai pemimpin, tunjukkanlah keabsahan Anda, nyatakanlah kebesaran Anda, serta buktikanlah kelayakan Anda, sebagai pemimpin sejati – a true leader – melalui ”kerendahan hati” dan ”penyangkalan diri”! Melalui sikap melayani! Bukan melalui sikap angkara murka, loba, dan semena-mena! Ini hanya menunjukkan ketidakmampuan Anda mengendalikan nafsu hewani Anda! Anda cuma pantas disebut ”pemimpin palsu”. ”Pemimpin gadungan”. Mungkin ditakuti, tapi pasti diumpat dan dilaknat oleh setiap hati.
6. PENATUA TUGAS KHUSUS
Di Indonesia sepanjang sepengetahuan, sedikit sekali menggunakan penatua dengan tugas khusus. Artinya para penatua yang dikhususkan untuk bidang-bidang tertentu. Penatua Pemuda (fokus pada pelayanan kepemudaan). Penatua LanSia (fokus pada Orangtua Lanjut Usia), Penatua Orang Sakit, dll. Jemaat kita berasal dari beragam latar belakan. Oleh karena itu perlu pendekatan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka (latar belakang mereka). Semua itu untuk pembangunan tubuh Kristus
7. Segala sesuatu adalah di dalam Kristus. Para pelayan gereja dipanggil Kristus untuk melayaniNya dan pelayanan kepada jemaat dan dunia adalah pelayanan kepada Kristus sendiri. Pelayanan diarahkan untuk pembangunan tubuh Kristus dan membimbing jemaat untuk turut berperan aktif menjadi pemberita Firman dan menjadi terang di tengah kegelapan. Hidup adalah perjuangan dan perjuangan untuk mewujudkan tanda Kerajaan Allah melalui bersaksi, bersekutu dan melayani. Semuanya Dari, Oleh dan Untuk Kristus. (Disampaikan pada Acara Pembekalan Penatua hari Sabtu-3 Mei 2008)