Rabu, 18 Juni 2008

Hari Penuh Apriori

Pernah dengar kata 'apriori' ? Tahu artinya ? Terjemahan bebasnya 'memberikan label atau cap terlebih dulu' atau 'berprasangka duluan'. Istilah ini cenderung digunakan untuk menunjuk yang negatif (apriori negatif). Tentu ada apriori positif, tapi jarang dipakai. Kebiasaan ber-apriori negatif (untuk selanjutnya cukup disebut dengan 'apriori') sebenarnya menjadi penghalang kita untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan yang lebih luas dalam hidup ini.
Dalam kamus 'Oxford Advanced Learner's Dictionary', apriori diartikan 'using facts or principles that are known to be true in order to decide what the probable effects or results of something will be'. Sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia oleh Tim Prima Pena terbitan Gitamedia Press dikatakan apriori adalah ‘anggapan atau sikap yang sudah ditentukan sebelum mengetahui (melihat, menyelidiki, dan sebagainya) terhadap sesuatu'. Contoh mudahnya adalah jika seseorang belum pernah menikmati nikmatnya durian matang, melihat penampilan buah yang ‘menyeramkan' karena banyaknya duri di kulit, akan mudah beranggapan bahwa rasa buahnyapun pasti ‘menyeramkan' alias tidak enak. Orang ini sudah ber-apriori sebelum mencoba sendiri rasa durian matang.
Pengalaman mengajarkan untuk tidak mudah ber-apriori dalam hidup ini. Bisa jadi kenyataan tidak sejelek atau sepahit yang dipikirkan. Tidak boleh menilai orang dari tampilan fisik, gaya bicara, tingkah laku sekilas semata.
Jika apriori menjadi ciri keseharian kita, sebenarnya kita membatasi pergaulan dan interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Dengan sering ber-apriori, sesungguhnya kita membatasi keberhasilan dan kesuksesan yang mungkin kita raih. Ini bisa terjadi karena kita melewatkan hal-hal yang sebenarnya bisa menjadi jembatan keberhasilan dan kesuksesan kita yang sedang 'bersembunyi', terhalang oleh 'tirai apriori' kita. Hal-hal tersebut bisa berupa orang baik, kesempatan baik, situasi baik atau kondisi baik yang kita jumpai, yang kemudian kita abaikan karena apriori terhadap orang dan hal-hal tersebut.
Seyogyanyalah kita mau lebih mengenal, belajar, menyelidiki, menyelami atau melakukan terlebih dahulu, baru bisa merasakan dan melihat kenyataan yang sesungguhnya karena 'tirai apriori' kita sudah tersingkap.
Selamat menjadi orang yang tidak 'diperbudak' oleh apriori !

Tidak ada komentar: