Rabu, 18 Juni 2008

Karir Vs Keluarga - Sebuah Dilema


Karir atau keluarga, manakah yang harus diutamakan? Hal ini seringkali menyebabkan dilema dalam diri seseorang. Tentunya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, kita harus memprioritaskan karir kita, namun seringkali ketika hal tersebut kita lakukan muncul banyak masalah dalam keluarga karena kurangnya waktu yang kita luangkan untuk mengurusi keluarga. Sementara jika kita memfokuskan diri pada urusan keluarga, tentunya kita juga tidak terhindar dari pemenuhan kebutuhan keluarga yang membutuhkan finansial yang cukup yang dapat diperoleh melalui bekerja.
Bagaimana cara menyeimbangkan kedua hal tersebut karena setiap orang tentunya menginginkan karir yang mantap dan keluarga yang bahagia, hal inilah yang akan kita bahas dalam artikel kali ini.
Ketika seseorang menghadapi dilema dalam kehidupan ini biasanya mengalami hal-hal sebagai berikut:

  • Stress.
    Akibat adanya ketidakseimbangan antara karir dan keluarga, seringkali mengakibatkan stress, khususnya pada orang tua. Ada perasaan bersalah karena telah mengabaikan anak-anaknya namun di sisi lain mereka juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan yang ada.
  • Munculnya berbagai masalah dalam keluarga.
    Memprioritaskan karir menyebabkan munculnya banyak masalah dalam hubungan dengan keluarga, misalnya kurangnya waktu dengan anak dan isteri akan menyebabkan hubungan komunikasi yang kurang hangat antar anggota keluarga. Contoh: banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan yang buruk mengakui bahwa mereka berasal dari keluarga kelas menengah ke atas yang tercukupi kebutuhan materialnya namun tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tuanya.
  • Tidak dapat mencapai karir yang diinginkan.
    Memprioritaskan keluarga menyebabkan banyak orang tidak dapat meraih karir yang diinginkannya karena tentunya tuntutan karir menuntut pengalokasian waktu, atensi dan tenaga yang besar.

Dilema dalam hal memilih antara karir atau keluarga seringkali disebabkan oleh:

  • Tuntutan ekonomi.
    Adanya tuntutan ekonomi keluarga membuat banyak orang tua mengorbankan waktu dengan keluarga untuk memenuhi kebutuhan material keluarga.
  • Konsep yang salah mengenai karir & keluarga.
    Banyak orang tua beranggapan bahwa keluarga yang bahagia tercapai jika ia dapat memenuhi semua kebutuhan dan keinginannya dan anak-anak, misalnya: mempunyai rumah yang megah, mobil, jalan-jalan ke luar negeri, dsb. karenanya banyak dari mereka menghabiskan waktu untuk bekerja dan menyerahkan pengasuhan anaknya kepada pembantu/pengasuh anak/baby sitter.
  • Ketidaksepakatan tentang prioritas keluarga.
    Tidak adanya kesepakatan mengenai prioritas dalam keluarga membuat orang tua tidak bijaksana dalam mengambil keputusan berkaitan dengan waktu untuk keluarga, khususnya dalam pembagian tanggung jawab pengasuhan anak.

Solution Tips

  • Komunikasi
    Bangun komunikasi yang hangat dalam keluarga Anda sehingga keterbukaan menjadi suatu budaya dalam keluarga. Tentunya hal ini akan membuat setiap anggota keluarga saling memaklumi dan mengerti satu dengan yang lainnya, terutama pada masa-masa di mana orang tuanya sedang sibuk dengan pekerjaannya.
  • Komitmen
    Bangun sebuah kesepakatan dan jadikan hal tersebut sebuah komitmen dalam keluarga dengan cara mengambil waktu untuk mendiskusikan prioritas keluarga Anda. Jika memang terdapat tuntutan ekonomi yang menuntut suami dan isteri bekerja, temukan kesepakatan terbaik sehingga keluarga Anda pun tetap mendapat perhatian.
  • Keseimbangan
    Jaga keseimbangan antara karir dan keluarga. Dalam kesibukan setiap hari, usahakan untuk meluangkan waktu bersama dengan pasangan atau anak-anak. Misalnya: dengan melakukan sarapan atau makan malam bersama. Anda juga dapat memanfaatkan akhir minggu atau waktu libur untuk melakukan kegiatan bersama keluarga, misalnya: rekreasi ke suatu tempat atau sekedar makan malam di luar.

3 Kunci Kehidupan


Layaknya sebuah rumah yang membutuhkan kunci untuk masuk kedalamnya, kehidupan yang damai dan sejahtera-pun membutuhkan kunci agar mampu merasakannya.

Lalu apa kunci kehidupan di dunia ini?
Banyak orang beranggapan bahwa untuk menikmati kehidupan yang damai seseorang membutuhkan harta berlimpah, rumah yang mewah, deposito yang besar, jabatan yang tinggi, status sosial yang membanggakan. Apakah betul itu semua yang menjamin agar dapat merasakan kehidupan di dunia menjadi lebih baik?

Semua yang dianggap ‘wah’ diatas tidak menjamin seseorang merasa bahagia, Semua yang dianggap ‘mewah’ diatas bersifat sementara. Ada orang yang memiliki harta berlimpah tapi keluarganya cerai, Ada orang yang memiliki jabatan tinggi di hujat karena diduga melakukan korupsi. Apalah arti itu semua kalau pada akhirnya hanya akan memberi beban mental, keprihatinan, penderitaan batin?. Memang tidak berarti apa-apa, sebab itu semua hanya sebuah titipan, yang mungkin saja sewaktu-waktu dapat hilang, dan pada akhirnya tidak dapat menjamin apapun dalam hidup ini.

Lalu apa 3 Kunci kehidupan yang sebenarnya jika hal tersebut diatas hanya sementara?

Kunci Pertama : IMAN
Jangan pernah kehilangan iman kepercayaan Anda pada Sang Pencipta. Apa yang telah Anda pelajari tentang kebaikan, sekiranya itu menjadi pegangan dalam hidup ini. Dikala situasi sulit menimpa, kembali berpegang pada iman masing-masing agar selalu dikuatkan. Dikala godaan menghampiri, sadarkan diri Anda bahwa jangan sampai dikalahkan oleh godaan yang bersifat kenikmatan sesaat. Gembira atau sedih biarlah iman selalu hidup dalam diri setiap manusia.

Kunci Kedua : HARAPAN
Selama matahari masih bersinar dipagi hari, selama Anda masih bernafas ketika bangun pagi, berarti harapan akan selalu ada dalam hidup ini. Seseorang akan merasakan hidup yang luar biasa, ketika ia selalu membangkitkan harapan positif dalam hidup ini. Meskipun pengalaman pahit pernah menghiasi buku harian Anda, penderitaan yang selalu Anda alami, percayalah selama harapan Anda akan esok hari selalu positif, maka badai yang selama ini hadir pasti akan berlalu. Yang terpenting adalah apakah seseorang masih memiliki harapan ketika dunia semakin keras terhadap dirinya. Hidup dengan harapan yag positif-lah yang akan menggerakkan langkah Anda menuju sesuatu yang baik, lebih termotivasi untuk mewujudkan sesuatu, dan semakin memiliki kepercayaan diri bahwa diri Anda adalah pribadi yang luar biasa.

Kunci Ketiga : KASIH
Bunda Teresa selalu menyebarkan virus kasih kepada siapapun yang membutuhkannya. Tidak peduli ia cantik, sakit, ataupun miskin, karena siapapun didunia ini berhak menerima cinta kasih. Hidup dengan kasih adalah awal menuju perdamaian. Mengapa ada perceraian, mengapa ada peperangan, mengapa ada kekerasan, mengapa ada rasa dendam? Penyebabnya sangat sederhana, karena belum adanya kasih dalam diri masing-masing untuk disebarkan bagi banyak orang. Anda baru bisa menyebarkan virus kasih, kalau Anda sudah menciptakannya dalam diri Anda sendiri dengan mulai menerima diri Anda apa adanya, mensyukuri segala karunia Tuhan dalam hidup ini.

Ketiga kunci ini bisa dijadikan pegangan maupun pelengkap hidup Anda menjadi lebih baik. Tak peduli apakah Anda termasuk orang yang kaya atau sederhana, punya jabatan yang tinggi atau tidak, bawalah selalu ketiga kunci ini untuk membantu Anda membuka pintu-pintu kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan. Anda tentu tidak mau ini hanya bersifat sementara, maka bawalah selalu kunci tersebut dalam hidup Anda.
Salam Pemenang,

Jika Tuhan Mengingatkan Kita

Dikisahkan, seorang mandor bangunan yang sedang bekerja di sebuah gedung bertingkat, suatu ketika ia ingin menyampaikan pesan penting kepada tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya. Mandor ini berteriak-teriak memanggil seorang tukang bangunan yang sedang bekerja di lantai bawahnya, agar mau mendongak ke atas sehingga ia dapat menjatuhkan catatan pesan. Karena suara mesin-mesin dan pekerjaan yang bising, tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya tidak dapat mendengar panggilan dari sang Mandor. Meskipun sudah berusaha berteriak lebih keras lagi, usaha sang mandor tetaplah sia-sia saja.

Akhirnya untuk menarik perhatian, mandor ini mempunyai ide melemparkan koin uang logam yang ada di kantong celananya ke depan seorang tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya. Tukang yang bekerja dibawahnya begitu melihat koin uang di depannya, berhenti bekerja sejenak kemudian mengambil uang logam itu, lalu melanjutkan pekerjaannya kembali. Beberapa kali mandor itu mencoba melemparkan uang logam, tetapi tetap tidak berhasil membuat pekerja yang ada di bawahnya untuk mau mendongak keatas.

Tiba-tiba mandor itu mendapatkan ide lain, ia kemudian mengambil batu kecil yang ada di depannya dan melemparkannya tepat mengenai seorang pekerja yang ada dibawahnya. Karena merasa sakit kejatuhan batu, pekerja itu mendongak ke atas mencari siapa yang melempar batu itu. Kini sang mandor dapat menyampaikan pesan penting dengan menjatuhkan catatan pesan dan diterima oleh pekerja dilantai bawahnya.

Sahabat yang baik, untuk menarik perhatian kita manusia sebagai hambaNya, Allah seringkali menggunakan cara-cara yang menyenangkan, namun kadangkala juga dengan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan. Allah seringkali menjatuhkan "koin uang" atau memberikan kemudahan rejeki yang berlimpah, agar kita manusia mau mendongak keatas, mengingat-Nya, menyembah-Nya, mengakui kebesaran-Nya dan lebih banyak bersyukur atas rahmat-Nya. Tuhan seringkali memberikan begitu banyak berkat, rahmat dan kenikmatan setiap harinya kepada kita manusia, agar kita mau menengadah kepada-Nya dan bersyukur atas karunia-Nya. Namun, sayangnya seringkali hal itu tidak cukup membuat kita manusia untuk mau mendongak keatas dan bersyukur atas rahmat-Nya. Seringkali hal itu belum cukup membuat kita mau memberikan perhatian lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya.

Karena itu, kadang-kadang Tuhan menggunakan pengalaman-pengalaman menyakitkan, seperti menerima kegagalan, rasa sakit, kemiskinan, kesulitan, musibah, bencana dan berbagai pengalaman menyakitkan lainnya untuk menarik perhatian manusia agar mau mendongak keatas. Menarik perhatian kita untuk mau menengadah kepada-Nya, mengakui kebesaran-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya. Dengan demikian, kesulitan dan pengalaman-pengalaman menyakitkan yang kadang kala diterima manusia, hendaknya diterima sebagai peringatan dari Tuhan untuk menarik perhatian kita. Hendaknya hal itu membuat kita semakin mempererat hubungan dengan Allah. Hendaknya hal itu mengajarkan kita untuk mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah. Hendaknya hal itu menyadarkan kita adalah makhluk-Nya yang sangat lemah dan tidak berdaya.

Sahabat yang baik, sudah begitu banyaknya rahmat dan berkah Allah senantiasa mengalir setiap detiknya kepada kita semua manusia. Seperti memiliki pekerjaan yang baik, memiliki kesehatan yang kita rasakan, memiliki kedua mata untuk melihat dunia, kedua kaki yang menopang tubuh kita, kelengkapan panca indra yang sempurna, mendapatkan rejeki yang kita nikmati setiap hari, keluarga yang bahagia dan lain sebagainya. Semua itu sesungguhnya adalah rahmat dan berkah dari Allah yang tak ternilai harganya. Sudahkah hal itu menjadikan kita selalu menengadahkan wajah kepada-Nya, mengingat-Nya dan bersyukur atas rahmat-Nya ? Ataukah hal itu belum menarik perhatian kita, sehingga menunggu Allah menjatuhkan "batu" kepada kita ?.
SEMOGA BERMANFAT !

Batu-batu Berharga

Alkisah, di sebuah sekolah perniagaan, seorang guru besar sedang menyampaikan mata pelajaran tentang ekonomi sosial. Di depan kelas, dengan hati-hati si guru meletakkan sebuah toples kaca di atas meja. Dengan diikuti tatapan mata para siswanya, dia mengeluarkan sekantong penuh batu dan memasukannya satu persatu ke dalam toples itu sampai tidak ada lagi batu yang bisa dimasukkan lagi. Setelah melakukan hal tersebut, si guru bertanya kepada para siswanya, "Anak-anak, apakah toples ini sudah penuh?"

"Ya!" jawab mereka serempak.

Sambil tersenyum, sang guru meraih tas kedua dari bawah mejanya yang berisi batu kerikil. Dia kemudian menuangkan kerikil itu sambil menggoyang-goyangkan toples untuk mengisi celah-celah di antara batu-batu yang telah ada di dalam toples tadi. Untuk kedua kalinya, dia bertanya kepada para siswanya, "Sekarang, apakah toples ini sudah penuh?"
"Belum!" jawab mereka setelah tahu arah pertanyaan si guru.
Kali ini jawaban mereka benar. Si guru mengambil kantong berisi pasir halus. Ia pun kemudian menuangkan pasir halus ke dalam toples untuk mengisi celah-celah di antara batu-batu besar dan kerikil-kerikil yang telah dimasukkan sebelumnya. Lagi-lagi dia bertanya, "Nah, apakah sekarang toples ini sudah penuh?"
"Mungkin penuh, mungkin juga belum penuh Pak. Yang tahu jawabannya cuma bapak," jawab para siswa.

Jawaban itu membuat si guru tersenyum. Ia lantas mengeluarkan seteko air dan menuangkan ke dalam toples hingga air pun memenuhi permukaan toples. Dia meletakkan teko dan memandang ke seluruh kelas.
"Lantas, dari hal-hal tadi, pelajaran apakah yang dapat kalian petik?"
"Tak peduli seberapa padat jadwal kegiatan kita, selalu akan bisa ditambahkan sesuatu ke dalamnya," jawab seorang siswa karena merasa sedang mengikuti kelas perniagaan.

"Bukan sekadar itu! Yang ditunjukkan disini adalah dengan memasukkan batu-batu besar lebih dahulu, disusul batu kerikil lalu pasir, dan terakhir air, maka cara seperti itu bisa membuat toples terisi secara maksimal. Artinya, ini merupakan sebuah pelajaran tentang prioritas. Kalian mengerti?" sebut si guru. Serentak para murid pun mengangguk-anggukkan kepala, tanda mendapat jawaban dan pelajaran yang memuaskan.

Pembaca yang budiman,
Pengertian tentang prioritas sangatlah penting. Sebab, kadangkala kita melakukan pekerjaan dengan hasil yang tidak optimal, hanya karena kita tidak memperhitungkan dengan cermat mana pekerjaan yang penting dan mendesak untuk lebih dahulu dikerjakan.
Jikalau kita mampu memilih dan memilah pekerjaan dengan memprioritaskan atau mendahulukan pekerjaan yang penting dan mendesak, maka, apa yang kita lakukan akan bisa berjalan lebih efektif dan berdayaguna. Dengan begitu, hasil yang dicapai pun akan bisa lebih maksimal.
Itulah inti dari pengertian prioritas. Cukup sederhana, namun membutuhkan latihan demi latihan, dalam praktek pekerjaan atau kegiatan di kehidupan kita sehari-hari. Maka, mari kita raih kesuksesan dengan cara membangun kebiasaan menentukan skala prioritas dalam segala aktivitas yang kita lakukan.

Salam Sukses Luar Biasa!!!

Pemuka Agama dan Pembuat Sabun

Suatu ketika seorang pemuka agama sedang berjalan-jalan mengelilingi suatu kampung dengan seorang ahli pembuat sabun. Ketika sampai di pasar rakyat, mereka melihat sekilas seorang ibu yang berteriak kaget ketika membuka tasnya untuk mengambil dompet guna membayar barang yang sudah ditawar, ternyata dompetnya sudah tidak ada, tanpa si ibu dapat mengira-ngira kapan dan dimana dompetnya dicopet. Pembuat sabun terlihat mengeleng-gelengkan kepalanya secara perlahan.

Dalam lanjutan perjalanannya, mereka kemudian menyaksikan seorang anak muda yang hampir sekarat digebuki orang banyak karena kedapatan sedang berusaha melarikan sebuah sepeda motor yang sedang diparkir. Ternyata anak muda tersebut setengah mabuk dan kehabisan uang untuk membeli tambahan minuman keras sehingga nekat mencoba mencuri kendaraan orang lain. Yang memprihatinkan adalah masyarakat yang main hakim sendiri. Kembali terlihat si pembuat sabun menggelengkan kepalanya lebih keras dari sewaktu melihat ibu yang kecopetan sebelumnya. Sampailah keduanya di halaman parkir sebuah restoran mewah dimana terlihat banyak mobil bagus sedang terparkir. Ketika melewati pintu depan restoran, terlihat banyak 'kesibukan' baik dari pelayan restoran yang melayani maupun para tamu yang terlihat makan dengan lahapnya sambil bersenda gurau satu sama lain.
Akan tetapi ketika berjalan agak ke belakang restoran, di dekat tempat pembuangan sampah restoran, mereka melihat seorang pengemis tua sedang mengorek-ngorek tempat sampah sedang mencari apakah ada sisa makanan yang masih dapat dimakan untuk menyambung hidupnya. Sekali ini terlihat si pembuat sabun menggeleng-gelengkan kepalanya dengan jauh lebih keras dibanding dua kesempatan sebelumnya.
Tertarik dan didorong oleh keingintahuan mengenai sikap temannya ini, si pemuka agama kemudian bertanya, "Apa yang membuatmu menggeleng-gelengkan kepala berkali-kali dalam tiga kesempatan berbeda ? Apa yang engkau pikirkan teman ?".

Si pembuat sabun terdiam sejenak kemudian berkata secara perlahan, "Apa gunanya ada banyak agama dan para pemuka agama yang mengajarkan kebaikan dari sejak dahulu kala ? Kenyataannya masih banyak kejahatan, kekerasan, ketidakadilan, penyiksaan, penderitaan, kesakitan, dan lain-lain situasi dan kondisi jelek dalam dunia ini ?".

Tidak terdengar jawaban dari si pemuka agama. Terlihat seakan dia tercenung. Si pembuat sabun merasa menang karena bisa 'menyudutkan' rekannya. Mereka terus berjalan sampai di suatu lapangan bola yang di tengahnya ada kubangan lumpur kecil dari air yang tergenang di lubang tengah lapangan. Beberapa anak kecil yang sedang bermain bola terlihat begitu kotor baik kulit maupun bajunya.

Sekarang giliran si pemuka agama yang menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras tanpa bersuara sedikitpun. Penasaran oleh sikap teman seperjalanannya yang seakan 'meniru' gaya gelengan kepalanya, si pembuat sabun bertanya, "Mengapa engkau menggeleng-gelengkan kepala dengan gaya yang sama denganku ?".
Dengan wajah ditekuk sedih, si pemuka agama berguman, "Apa gunanya para pembuat sabun yang sudah membuat begitu banyak sabun akan tetapi anak-anak yang sedang bermain bola itu begitu kotornya ?".
Merasa bahwa profesinya dan rekan-rekan seprofesi lainnya dipojokkan oleh si pemuka agama, dengan ketus si pembuat sabun menukas, "Jangan salahkan kami dong jika mereka terlihat kotor, kan mereka belum mandi dan menggunakan sabun buatan kami yang terkenal oke !".

"Itulah kuncinya sobat. "Jangan salahkan agama atau kami para pemuka agama jika masih banyak ketidakbaikan dalam dunia ini karena banyak manusia yang tidak mempraktekkan ajaran agamanya dengan baik dan benar !", si pemuka agama merasa mendapat angin karena bisa meng-kick balik rekannya yang sudah 'mencemooh' agama dan 'profesi' para pemuka agama.
Cerita ini mengajarkan hal yang sangat mendalam. Akan tetapi walau terlihat jelas, banyak orang mengabaikannya. Agama dipelajari hanya untuk keingintahuan dan kepuasan intelek semata. Agama hanya menjadi kulit dan pelengkap status tanpa dirasa perlu untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hari Penuh Apriori

Pernah dengar kata 'apriori' ? Tahu artinya ? Terjemahan bebasnya 'memberikan label atau cap terlebih dulu' atau 'berprasangka duluan'. Istilah ini cenderung digunakan untuk menunjuk yang negatif (apriori negatif). Tentu ada apriori positif, tapi jarang dipakai. Kebiasaan ber-apriori negatif (untuk selanjutnya cukup disebut dengan 'apriori') sebenarnya menjadi penghalang kita untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan yang lebih luas dalam hidup ini.
Dalam kamus 'Oxford Advanced Learner's Dictionary', apriori diartikan 'using facts or principles that are known to be true in order to decide what the probable effects or results of something will be'. Sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia oleh Tim Prima Pena terbitan Gitamedia Press dikatakan apriori adalah ‘anggapan atau sikap yang sudah ditentukan sebelum mengetahui (melihat, menyelidiki, dan sebagainya) terhadap sesuatu'. Contoh mudahnya adalah jika seseorang belum pernah menikmati nikmatnya durian matang, melihat penampilan buah yang ‘menyeramkan' karena banyaknya duri di kulit, akan mudah beranggapan bahwa rasa buahnyapun pasti ‘menyeramkan' alias tidak enak. Orang ini sudah ber-apriori sebelum mencoba sendiri rasa durian matang.
Pengalaman mengajarkan untuk tidak mudah ber-apriori dalam hidup ini. Bisa jadi kenyataan tidak sejelek atau sepahit yang dipikirkan. Tidak boleh menilai orang dari tampilan fisik, gaya bicara, tingkah laku sekilas semata.
Jika apriori menjadi ciri keseharian kita, sebenarnya kita membatasi pergaulan dan interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Dengan sering ber-apriori, sesungguhnya kita membatasi keberhasilan dan kesuksesan yang mungkin kita raih. Ini bisa terjadi karena kita melewatkan hal-hal yang sebenarnya bisa menjadi jembatan keberhasilan dan kesuksesan kita yang sedang 'bersembunyi', terhalang oleh 'tirai apriori' kita. Hal-hal tersebut bisa berupa orang baik, kesempatan baik, situasi baik atau kondisi baik yang kita jumpai, yang kemudian kita abaikan karena apriori terhadap orang dan hal-hal tersebut.
Seyogyanyalah kita mau lebih mengenal, belajar, menyelidiki, menyelami atau melakukan terlebih dahulu, baru bisa merasakan dan melihat kenyataan yang sesungguhnya karena 'tirai apriori' kita sudah tersingkap.
Selamat menjadi orang yang tidak 'diperbudak' oleh apriori !

Rabu, 11 Juni 2008

The Power Open Mind

Bayangkan 2 buah gelas yang kosong. Satu gelas dalam kondisi tertutup dan satunya biarkan terbuka. Ambil teko yang berisi air dan tuangkan ke kedua gelas tersebut. Apa yang terjadi? Gelas yang tertutup tentu tidak kemasukkan air, airnya tumpah ke mana-mana, sementara gelas yang terbuka akan mudah diisi air. Apa yang dapat Anda pelajari dari peristiwa ini? Thomas Robert Dewar (1864 - 1930), pernah mengatakan bahwa "Minds are like parachutes, they only function when open" (Pikiran kita seperti parasut, akan berguna jika terbuka). Jadi jika pikiran kita diibaratkan sebagai gelas yang tertutup tadi, tentunya akan susah menerima masukan dari orang lain. Lord Kevin, Presiden Royal Society pada tahun 1895 mengatakan bahwa "Heavier-than-air flying machines are impossible."( Sesuatu yang lebih berat dari mesin pesawat udara tidaklah mungkin terbang). Lord menunjukkan sikap yang tertutup, tidak mau mengakui hal yang bersifat ilmiah. Namun tidak berapa lama dari ucapan Lord Kevin, Wright bersaudara membuktikan bahwa pesawat terbang benar-benar bisa terbang. Charles H. Duell, seorang komisaris, kantor paten Amerika pada tahun 1899 mengatakan bahwa "Everything that can be invented has been invented." (Segala sesuatu yang bisa ditemukan telah ditemukan). Duell beranggapan bahwa tidak akan ada penemuan baru setelah tahun 1899. Ucapan ini sangatlah keliru karena di setiap penemuan baru maka akan selalu ada penemuan baru lainnya. Pada saat orang sedang asyik mendengarkan musik lewat radio atau tape recorder, tiba-tiba Sony menghentakkan dunia dengan penemuan walkman! Ya sejak saat itu semua orang bisa mendengarkan musik sambil jogging sekalipun lewat walkman. Jika walkman kini sudah dianggap tidak praktis lagi karena ukurannya tergolong besar, maka sekarang orang bisa mendengarkan musik lewat mp3 atau mp4 player yang sudah terintegrasi dengan handphone! Mungkin Anda mempunyai teman yang sangat percaya diri. Saking percaya dirinya, teman Anda ini sulit sekali menerima pendapat orang lain. Apa yang ada di pikirannya adalah dirinya selalu yang paling benar. Dirinyalah yang selalu bekerja paling hebat memajukan perusahaan, orang lain hanyalah "numpang hidup". Orang seperti ini dapat dikategorikan sebagai orang yang berpikiran tertutup. Orang yang pikirannya tertutup akan sulit sekali maju. Dia akan selalu melihat dirinya adalah segalanya, hampir tidak pernah merasakan akan kelemahan dalam dirinya. Orang berpikiran tertutup akan sulit sekali memberi apresiasi ke orang lain. Jika ada orang lain datang dengan masukan yang bagus, pasti akan dilihat dari sisi negatifnya. Orang yang senantiasa berpikiran negatif akan melahirkan perilaku yang negatif pula. Kent Ruth mengatakan bahwa "Men can live without air a few minutes, without water for about two weeks, without food for about two months - and without a new thought for years on end." (Seseorang bisa bertahan tanpa udara hanya beberapa menit, tanpa air bisa bertahan dalam 2 minggu, tanpa makanan bisa bertahan 2 bulan dan tanpa pemikiran baru selama bertahun-tahun tidak akan lama bertahan). Maka itu kita harus sadar, kita tidak mungkin hidup tanpa bantuan orang lain. Semakin banyak bergaul dengan orang lain akan mengajari kita lebih menghargai orang lain. Ada kisah menarik mengenai harmoni kehidupan antara manusia dan binatang buas. Biksu-biksu di Ranchaburi Thailand melihat kenyataan bahwa di sekeliling mereka dihuni oleh harimau-harimau gunung nan buas. Namun biksu-biksu ini berpikiran positif untuk dapat hidup rukun dengan harimau-harimau liar tersebut. Biksu-biksu yakin seandainya harimau-harimau tadi diperlukan dengan kasih sayang mereka juga tidak akan memangsa manusia. Tahun demi tahun mereka mulai memelihara anak harimau dengan penuh kasih sayang, lambat laun semakin banyaklah harimau-harimau piaraan para biksu. Harimau-harimau yang ganas karena diperlakukan lemah lembut akhirnya tunduk ke biksu-biksu ini. Mereka dielus-elus dan diajak bermain-main laksana kita bermain-main dengan kucing kesayangan. Hingga kini kuil mereka diberi nama Tiger temple. Akhirnya malah Tiger temple menjadi obyek pariwisata yang mendatangkan pemasukan yang lumayan. Turis-turis pun berkesempatan berfoto bersama dengan harimau-harimau yang semula buas ini.Semakin terbuka pikiran kita akan membuat kita semakin maju karena kita bisa menerima masukan dari orang lain. Masukan dari orang lain sangatlah penting karena orang lain bisa melihat sisi yang tidak bisa kita lihat. Menjadi orang berpikiran terbuka akan melatih kita untuk selalu mencari terobosan-terobosan baru yang tidak pernah kita lakukan sebelumnya. Ingat jika kita hanya melakukan hal-hal yang sama dilakukan orang lain kita akan menjadi orang rata-rata. Orang yang sukses menjadi berbeda dari orang rata-rata karena orang sukses melakukan sesuatu yang berbeda dari orang kebanyakan. Liem Swie King, penemu " King smash" mengatakan bahwa dia bisa menjadi atlet bulu tangkis sukses di masanya bahkan bisa mengalahkan Rudy Hartono hanya karena dia menambah terus porsi latihannya dibandingkan rekan-rekan atlet bulutangkis lainnya. King jelas tidak mau hanya menjadi pemain bulutangkis rata-rata. Menjadi orang yang berpikiran terbuka menjadikan kita tidak takut akan suatu tantangan dan selalu bisa beradaptasi dengan lingkungan baru sekalipun! Salam never give-up.

Change Your Question, Change Yoour Life


Salah satu teknik pemecahan masalah (problem solving) yang relatif sederhana tapi ampuh adalah dengan mengajukan pertanyaan memakai 5W+1H, yaitu Why, What, Where, When, Who dan How. Dengan lima kata tanya ini maka kita akan berusaha menyelidiki atau memecahkan suatu masalah secara menyeluruh dari segala aspek. Ada juga cara yang lebih ampuh yaitu dengan teknik 5W (Five Why's) yaitu dengan bertanya lima kali why secara bertingkat mengapa suatu peristiwa terjadi, sehingga akan ditemukan alasan utama atau penyebab dasar (root cause) terjadinya sesuatu (bukan hanya sekedar symptom atau gejala).
Kedua teknik bertanya ini dipakai oleh para manajer, sejarawan, peneliti, ilmuwan atau siapapun untuk memecahkan berbagai persoalan dan terbukti cukup efektif untuk menemukan solusi.
Tetapi di dalam pengembangan pribadi, agar hidup kita bertumbuh, semakin berkualitas, dan memiliki tanggungjawab, maka kita perlu memilih pertanyaan-pertanyaan yang tepat, khususnya kepada diri sendiri (self talk) dan juga kepada orang lain.
Marilah kita perhatikan beberapa contoh pertanyaan berikut ini :
"Mengapa anak buahku susah diatur ?""Mengapa hal ini terjadi padaku ?""Mengapa susah sekali menjual produk ini ?" Pertanyaan-pertanyaan diatas akan membuat kita merasa tidak baik (feel bad), tak berdaya dan seolah-olah memposisikan diri kita sebagai korban keadaan. Pertanyaan-pertanyaan ini memiliki 'aura' negatif yang pada gilirannya akan menghadirkan sikap negatif pula buat kita. Berikutnya mari kita ucapkan beberapa pertanyaan yang lain di bawah ini :"Kapan harga produk kita bisa lebih bersaing ?""Kapan saya dapat menemukan orang-orang yang berkualitas ?""Kapan ia dapat lebih menghargai posisiku ?" Pertanyaan-pertanyaan ini juga tak lebih baik karena akan memberikan kesan seolah-olah kita hanya bisa menunggu, menunda atau pasrah pada keadaan. Walaupun saya yakin Anda tidak bermaksud untuk menunggu atau menunda, tapi itulah yang kita tangkap dari pertanyaan-pertanyaan ini. Dan mari kita simak satu jenis pertanyaan lagi berikut ini :"Siapa yang menyebabkan masalah ini ?""Siapa yang bisa lebih baik dari saya ?""Siapa yang bisa menjelaskan visi perusahaan ?" Sekali lagi, mari kita rasakan. Tanpa kita sadari bahwa dengan pertanyaan-pertanyaan ini sesungguhnya kita telah mencari 'kambing hitam', tidak mau introspeksi dan melemparkan tanggung jawab kepada pihak lain. Apa arti ini semua ?" Kita perlu hati-hati dalam membuat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang salah akan membuat kita merasa tak berdaya, pesimis, pasrah pada keadaan, semakin lari dari tanggungjawab dan menyalahkan orang lain, yang pada akhirnya akan membuat kita semakin jauh dari kesuksesan. Kemudian marilah kita berpaling kepada pertanyaan-pertanyaan berikut :"Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaiki situasi ?""Bagaimanakah caranya agar penjualan saya bulan ini bisa meningkat 10% ?""Apa benefit tambahan yang bisa saya tawarkan kepada customer ?""Bagaimana caranya agar saya lebih kreatif ?""Apa yang bisa saya kerjakan agar team ini menang ?""Bagaimana caranya agar prestasi saya bisa lebih baik ?" Sekarang bagaimana rasanya ? Saya yakin dengan memakai kata "Apa" dan "Bagaimana", Anda akan merasa lebih enak (feel good), lebih berdaya, dan lebih bertanggungjawab dibandingkan tiga jenis pertanyaan sebelumnya yang menggunakan kata "Mengapa", "Kapan" dan "Siapa".
John G. Miller dalam bukunya "The Question Behind The Question", memberikan tips agar pertanyaan-pertanyaan Anda lebih berbobot sehingga bisa membuat Anda bertumbuh, lebih bertanggungjawab dan mampu mengubah kehidupan Anda ke arah lebih baik. Inilah tips nya :
Mulai pertanyaan dengan "Apa" atau "Bagaimana", bukan "Mengapa", "Kapan" atau "Siapa".
Pertanyaan diusahakan mengandung kata "Saya", bukan "Mereka", "Kamu" atau "Kami"
Berfokus kepada tindakan, misalnya mengandung kata-kata "melakukan", "mencapai", "membuat" atau yang sejenisnya.
Tips diatas bukan berarti kita tidak boleh membuat pertanyaan dengan memakai kata-kata "Mengapa", "Kapan" atau "Siapa". Tentu saja boleh-boleh saja menggunakan ketiga kata itu untuk menggali gagasan, melakukan analisis, memecahkan masalah atau melakukan tindak lanjut. Tetapi untuk melakukan perubahan dan tindakan yang positif, maka yang terbaik adalah memulai dengan "Apa" atau "Bagaimana", memakai kata ganti orang pertama ("Saya") dan action oriented. Marilah mulai saat ini kita mengubah pertanyaan-pertanyaan kita dengan memakai formula diatas. Dengan mengubah pertanyaan, maka hidup Anda anda berubah. Wish You Luck.

Awal Dari Kebahagiaan

Ketenangan yang diinginkan
Namun tak pernah berusaha
Hanya ada kepahitan yang dimiliki
Mungkinkah bisa bahagia ?
Ancaman, gerutuan, kekecewaan, kemarahan, dll adalah sisi dimana kita merasa bahwa kenyataan tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Pelampiasan demi pelampiasan terjadi karena ketidaksenangan dengan apa yang terjadi dala hidup ini, namun tak pernah kunjung selesai malahan semakin terjerumus dalam lubang ketidakbahagiaan.
Normal sebagai manusia ada perasaan emosi jika kenyataan tak seindah harapan namun sampai kapan kita akan berenang dalam kolam emosi ? Mungkin beberapa orang tak menyadari hal itu dan menganggap hal itu adalah bagian dari naluri kita sebagai manusia. Semakin kita berlarut-larut dalam ketidaksenangan akan apa yang terjadi maka kualitas hidup kita akan semakin menurun.
Ibarat sebuah beras yang bagus diperoleh dari padi yang berkualitas pula, maka jika ingin memiliki kualitas hidup yang bahagia maka hati kita harus bersih. Bersih dari rasa kekecewaan yan berlarut-larut, jangan izinkan dia untuk tinggal lebih lama lagi di dalam hati kita. Katakan kepadanya, ” Aku telah memaafkanmu, pergilah”. Maafkanlah luka lama yang terjadi, sembuhkanlah dirimu karena siapa lagi yang peduli dengan dirimu selain Anda sendiri.
Hidup adalah indah jika kita dapat memahami apa yang terjadi dalam hidup ini, ibarat sebuah roda, hidup kita selalu berputar, ada suka dan duka yang silih bergantian tinggal bagaimana cara Anda untuk mengolahnya agar duka tetap dapat dinikmati. So, keep smile up.
Salam hangat

Sekolah Kehidupan

Ada keinginan untuk melangkah lebih jauh
Namun ujian akan selalu datang menghadang
Bukan untuk lari
Tapi untuk dihadapi
Semakin dihindari maka diri tak akan maju
Semakin dihadapi akan semakinpuas diri ini
Hambatan datang untuk menguji kemampuan kita
Bukan menghancurkan kita
Seorang ibu bertutur bahwa hidup ini adalah sekolah kehidupan. Akan ada banyak tugas atau PR yang harus kita kerjakan setiap hari. Ketika ada suatu masalah besar maka itulah saatnya untuk ujian kenaikan kelas. Semakin tinggi kelas kita maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran kita pada lingkungan sekitar.
Bukan untuk dihindari namun untuk dihadapi, jika setiap ada ujian kita menghindarinya, lantas kapan kita akan naik kelas ? ada suatu harapan baru ketika kita berada di kelas yang lebih atas. Kita akan semakin arif dalam menghadapi kerasnya hidup.
Jika kita dapat merenungkan dan mempraktekan sekolah kehidupan seperti yang dituturkan oleh ibu itu maka kita akan semakin kuat dan bahagia dalam menghadapi hidup. Jadikan diri kita semakin kuat dalam menghadapi ujian dengan membuat semua tugas atau PR yang diberikan kepada kita.
Salam hangat