Rabu, 21 Januari 2009

The President USA : Barack Obama


Proses pemilihan presiden di Amerika adalah sebuah drama politik yang melelahkan, lahir dari sejarah 200-an tahun, dan menjadi “buku panduan” bagi pemilihan presiden negara-negara lainnya. Dan hasilnya, mau tak mau diakui, akan berpengaruh bagi hidup banyak warga bangsa lainnya (antara lain: perang, terorisme, krisis finansial & teknologi yang berasal dari AS ). Namun ada yang membedakan proses tahun ini dibandingkan periode-periode sebelumnya. Tahun ini, pemilihan presiden Amerika Serikat menjadi semakin populer dan ikut diperhatikan oleh banyak orang dari berbagai golongan dan kelas: dari warga anak kecil di Kenya sampai tante-tante di Tegal, dari Hawai sampai Munich . Pemicunya adalah kandidat bernama Barack Obama. Obama bagi banyak golongan adalah simbol sekaligus cermin dan juga fenomena.
Obama adalah manusia abu-abu, lahir dan besar dalam persimpangan budaya yang membuatnya kesulitan mencari jatidiri di awal masa hidupnya. Anak dari seorang Kenya berkulit hitam legam dan ibu Amerika berkulit seputih susu, dibesarkan secara sederhana dalam budaya kulit putih namun memilih untuk mengidentifikasi dirinya sebagai seorang laki-laki kulit hitam. Sejak kecil hanya bermimpi menjadi pemain basket profesional di NBA, dan berlabuh menjadi politisi papan atas. Sebuah biografi yang tak lazim bagi seorang kandidat presiden Amerika (dimana kecurigaan dan luka akibat politik diskriminasi warna kulit dimasa lalu belum hilang sama sekali), sekaligus biografi yang menginspirasi banyak orang.

Keabu-abuan ini sempat menjadikan Obama sebagai sasaran tembak lawan politiknya, dari tuduhan Obama adalah muslim, Obama tidak lahir di tanah Amerika sampai Obama adalah sosialis. Namun kejelian Obama dalam memanfaatkan biografi dirinya sebagai bukti kehebatan demokrasi di AS (Obama sering mengungkapkan: “apa yang bisa saya capai hanya bisa terjadi di negara ini, tidak di manapun”), kemampuannya memahami keinginan publik serta memformulasikan mantra perubahan dalam cara berpolitik membuatnya bisa mengarungi kerasnya jagat politik di AS. Muncul sebagai kandidat terpilih dari Partai Demokrat dengan terlebih dahulu merontokkan mesin politik kelas kakap milik dinasti Clinton, setelah pertarungan panjang dan melelahkan selama 8 bulan.

Kampanye melawan kandidat Partai Republik, John McCain, jelas bukan hal yang mudah baginya. McCain adalah figur pahlawan AS, seorang veteran perang dari keturunan pembesar Angkatan laut AS (ayah dan kakek McCain adalah admiral), pernah mendekam dipenjara Vietkong dan menerima siksaan komunis Vietnam selama lima tahun. Obama yang relatif jauh lebih muda (47 tahun, Mc Cain 72 tahun) dan minim pengalaman politik (McCain telah menjadi anggota konggres AS sejak 26 tahun lalu). Namun sekali lagi Barack Obama berhasil melalui tantangan didepannya.
Strategi kampanye Obama sejak awal telah mengubah peta dan strategi politik di AS. Kemampuannya mengeksploitasi teknologi dengan memaksimalkan potensi internet dan telepon selular sebagai basis jaringan kampanyenya menjadikannya sebagai kandidat dengan total sumbangan kampanye terbesar sepanjang masa ( 600-an Juta Dolar). Organisasi lapangan yang rapih, efisien dan tanpa lelah menjadikan Obama sebagai kandidat dengan perolehan suara terbesar sepanjang masa. Ia mampu mengubah daerah yang secara tradisional selalu berpihak pada partai musuhnya mengubah haluan. Kemampuannya menampilkan citra pembaharu menginspirasi kaum muda serta menjadikan McCain layaknya tokoh tua yang mulai pikun. Kelihaiannya mengeksploitasi krisis finansial dan kemerosotan ekonomi AS di dunia menjadi senjata yang mematikan yang melumpuhkan John McCain. Pembawaan yang kalem dan matang juga membuat pengalaman dan status pahlawan yang disandang McCain seolah lenyap begitu saja.
Rakyat Amerika telah memilih dan mempercayai seorang presiden kulit hitam pertama dalam sejarah mereka. Barack Obama menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat, menjadi pemimpin negara adidaya tunggal yang sedang dirongrong krisis ekonomi dan perang yang tak berkesudahan. Obama mengakhiri kampanye panjangnya selama 22 bulan sebagai pemenang. Seorang tokoh yang lahir dalam persimpangan budaya dunia telah muncul, dan dunia akan menantikan sejauh apa pencapaiannya.

Barack Hussein Obama II (ejaan Inggris: [bəˈrɑːk hʊˈseɪn oʊˈbɑːmə]; lahir di Honolulu, Hawaii, 4 Agustus 1961; umur 47 tahun) adalah Presiden Amerika Serikat yang sekarang menjabat dan merupakan Presiden Amerika Serikat yang ke-44. Barack menjabat sejak 20 Januari 2009 menggantikan George Walker Bush. Sebelumnya ia merupakan Senator Junior dari Illinois dan kemudian menang dalam Pemilu Presiden 2008 pada 4 November 2008.
Obama adalah keturunan Afrika-Amerika pertama yang menjabat Presiden Amerika Serikat setelah sebelumnya merupakan keturunan Afrika-Amerika pertama yang dicalonkan oleh sebuah partai politik besar Amerika untuk menjadi presiden.[1] Lulusan Universitas Columbia dan Sekolah Hukum Universitas Harvard; di sana ia menjabat sebagai presiden Harvard Law Review, Obama bekerja sebagai koordinator masyarakat dan menjabat sebagai pengacara hak sipil sebelum menjadi Senat Illinois selama tiga kali mulai 1997 hingga 2004. Ia mengajar hukum konstitusional di Sekolah Hukum Universitas Chicago sejak 1992 hingga 2004. Setelah kegagalan meraih kursi di Dewan Perwakilan AS tahun 2000, ia mengumumkan kampanyenya untuk Senat AS bulan Januari 2003. Setelah kemenangan Maret 2004, Obama menyampaikan key notenya pada Konvensi Nasional Demokrat Juli 2004. Ia terpilih sebagai Senat pada November 2004 dengan 70 persen suara.

Sebagai anggota minoritas Demokrat di Kongres ke-109, ia membantu membuat undang-undang yang mengatur senjata konvensional dan mempromosikan akuntabilitas publik dalam penggunaan dana federal. Ia juga melakukan perjalanan resmi ke Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika. Selama Kongres ke-110, ia membantu membuat UU mengenai lobi dan kecurangan pemilihan, perubahan iklim, terorisme nuklir, dan perawatan bagi personil militer AS yang pulang. Obama mengumumkan kampanye presidennya pada Februari 2007, dan dicalonkan pada Konvensi Nasional Demokrat 2008 dengan senator Delaware, Joe Biden sebagai pasangan kampanye. Dan Pada tanggal 4 November 2008 Barack Obama sukses mengalahkan rivalnya senator John Mccain dari partai republik dan menjadi presiden amerika ke 44 dan orang kulit hitam pertama sebagai presiden Amerika serikat.

Barack Obama lahir di Honolulu, Hawaii, dari pasangan Barack Hussein Obama, Sr., seorang Kenya dari Nyang’oma Kogelo, Distrik Siaya, Kenya, dan Ann Dunham, seorang Amerika Serikat dari Wichita, Kansas. Orangtuanya bertemu ketika bersekolah di Universitas Hawaii, tempat ayahnya belajar dengan status sebagai murid asing. Keduanya berpisah ketika Obama berusia dua tahun dan akhirnya bercerai. Ayah Obama kembali ke Kenya dan melihat anaknya untuk terakhir kalinya sebelum meninggal dalam sebuah kecelakaan lalu lintas tahun 1982.Setelah bercerai, Dunham menikahi Lolo Soetoro, dan keluarganya pindah ke Indonesia tahun 1967. Obama kemudian bersekolah di sekolah lokal di Jakarta hingga ia berusia 10 tahun. Saat ini Obama masih dapat berbicara bahasa Indonesia dengan tingkat dasar.
Ia kembali ke Honolulu untuk tinggal bersama kakek dan neneknya dan belajar di Sekolah Punahou sejak kelas lima tahun 1971 hingga lulus SMA pada 1979. Ibu Obama kembali ke Hawaii tahun 1972 selama beberapa tahun dan kemudian ke Indonesia untuk menyelesaikan kerja lapangan untuk disertasi doktoral. Ia meninggal karena kanker rahim tahun 1995. Sebagai seorang dewasa, Obama mengakui bahwa ketika SMA ia menggunakan mariyuana, kokain, dan alkohol, yang ia jelaskan pada Forum Sipil Presiden 2008 sebagai kesalahan moralnya yang terbesar. Setelah SMA, Obama pindah ke Los Angeles lalu ia belajar di Perguruan Tinggi Occidental selama dua tahun. Ia kemudian dipindahkan ke Universitas Columbia di New York City, dan kemudian ia lulus dalam bidang pengetahuan politik dengan kelebihan pada hubungan internasional. Obama lulus dengan B.A. dari Columbia tahun 1983, kemudian bekerja selama setahun di Business International Corporation dan kemudian di New York Public Interest Research Group.

Barack Obama dibesarkan oleh ibunya, Ann Dunham.
Setelah empat tahun di New York City, Obama pindah ke Chicago, lalu ia menjabat sebagai direktur Developing Communities Project (DCP), sebuah perkumpulan masyarakat berbasis gereja yang sebenarnya terdiri dari delapan paroki Katolik di South Side, Chicago, dan bekerja di sana selama tiga tahun mulai Juni 1985 hingga Mei 1988. Selama menjabat sebagai direktur DCP, stafnya bertambah dari satu menjadi tiga belas pendapatan per tahunnya meningkat dari $70.000 menjadi $400.000, dengan keberhasilan meliputi membantu membuat program pelatihan kerja, program pelatihan persiapan perguruan tinggi, dan organisasi hak penjual di Altgeld Gardens, Chicago. Obama juga bekerja sebagai konsultan dan instruktur untuk Gamaliel Foundation, sebuah institut perkumpulan masyarakat. Di pertengahan 1988, ia untuk pertama kalinya mengunjungi Eropa selama tiga minggu dan lima minggu di Kenya, dan ia banyak bertemu saudara Kenya-nya untuk pertama kalinya. Obama masuk Sekolah Hukum Universitas Harvard pada 1988. Pada akhir tahun pertamanya, ia dipilih, menurut kelasnya dan kompetisi menulis, sebagai editor Harvard Law Review. Bulan Februari 1990, di tahun keduanya, ia terpilih menjadi presiden Law Review, sebuah posisi sukarela penuh waktu yang berguna sebagai pimpinan editor dan pemantau 80 editor Law Review. Pemilihan Obama sebagai presiden Law Review berkulit hitam pertama diketahui secara luas dan diikuti oleh beberapa profil yang panjang. Pada musim panas, ia kembali ke Chicago untuk bekerja sebagai associate musim panas di firma hukum Sidley & Austin tahun 1989 dan Hopkins & Sutter tahun 1990. Setelah lulus dengan magna cum laude Juris Doctor (J.D.) dari Harvard tahun 1991, ia kembali ke Chicago. Publisitas dari pemilihannya sebagai presiden Harvard Law Review berkulit hitam pertama membawanya pada kontrak penerbitan dan pembuatan buku mengenai hubungan ras. Dalam usaha untuk merekrutnya ke fakultas mereka, Sekolah Hukum Universitas Chicago menyediakan Obama beasiswa dan kantor untuk membuat bukunya. Ia awalnya berencana menyelesaikan buku tersebut dalam satu tahun, tapi ternyata membutuhkan waktu yang lebih lama setelah buku ini berubah menjadi memoir pribadi. Untuk bekerja tanpa gangguan, Obama dan istrinya, Michelle, berlibur ke Bali dan ia menulis bukunya selama beberapa bulan. Manuskrip tersebut akhirnya diterbitkan pada pertengahan 1995 dengan judul Dreams from My Father. Obama memimpin Project Vote Illinois mulai April hingga Oktober 1992, dengan registrasi pemilih dnegan sepuluh staf dan tujuh ratus sukarelawan; tujuannya berhasil dengan mendaftarkan 150.000 dari 400.000 orang Afrika-Amerika di negara bagian itu, sehingaga Crain's Chicago Business menempatkan Obama dalam daftar "40 under Forty" tahun 1993.

Barack Obama dan Maya Soetoro dengan ibunya Ann Dunham dan kakeknya Stanley Dunham di Hawaii (awal 1970-an).
Berawal tahun 1992, Obama mengajarkan hukum konstitusional di Sekolah Hukum Universitas Chicago selama dua belas tahun, menjadi yang pertama dikelompokkan sebagai Penceramah sejak 1992 hingga 1996, dan kemudian sebagai Penceramah Senior sejak 1996 hingga 2004. Ia juga, tahun 1993, bergabung dengan Davis, Miner, Barnhill & Galland, sebuah firma hukum dengan dua belas pengacara yang berpengalaman dalam litigasi hak-hak sipil dan pembangunan ekonomi masyarakat, dan ia adalah seorang associate selama tiga tahun sejak 1993 hingga 1996, kemudian of counsel mulai 1996 hingga 2004, dengan lisensi hukumnya berakhir tahun 2002. Obama adalah anggota pendiri dewan direktur Public Allies tahun 1992, mengundurkan diri sebelum istrinya, Michelle, menjadi direktor eksekutif pendiri Public Allies Chicago di awal 1993. Ia menjabat dari 1993 hingga 3008 pada dewan direktur Woods Fund of Chicago, yang pada 1985 telah menjadi yayasan pertama yang mendanai Developing Communities Project, dan juga sejak 1994 hingga 2002 pada dewan direktur The Joyce Foundation. Obama bekerja pada dewan direktur Chicago Annenberg Challenge pada 1995-2002, sebagai presiden pendiri dan pimpinan dewan direktur sejak 1995-1999. Ia juga bekerja pada dewan direktur Chicago Lawyers' Committee for Civil Rights Under Law, Center for Neighborhood Technology, dan Lugenia Burns Hope Center.

Posisi politik
Sebuah metode yang digunakan pakar politik untuk memperluas ideologi adalah membandingkan peringkat tahunan oleh Americans for Democratic Action (ADA) dengan peringkat menurut American Conservative Union (ACU).[105] Berdasarkan tahun-tahunnya di Kongres, Obama memiliki peringkat konservatif rata-rata seumur hidup sebesar 7.67% dari ACU, dan peringkat liberal rata-rata seumur hidup 90% dari ADA.
Obama adalah penentang awal kebijakan terhadap Irak oleh administrasi Bush. Tanggal 2 Oktober 2002, Presiden George W. Bush dan Kongres menyetujui resolusi bersama yang mencetuskan Perang Irak, Obama menyampaikan kampanye anti-Perang Irak pertamanya di Chicago di Federal Plaza, menentang perang. Tanggal 16 Maret 2003, Presiden Bush memberikan ultimatum 48 jam kepada Saddam Hussein untuk meninggalkan Irak sebelum invasi ke Irak oleh AS, Obama mengadakan kampanye anti-Perang Irak terbesarnya di Chicago di Daley Plaza dan mengatakan pada kerumunan orang bahwa "belum terlambat" untuk menghentikan perang.

Obama menyatakan bahwa bila ia terpilih ia akan melakukan pemotongan pengeluaran negara sebanyak puluhan milyar dolar, menghentikan investasi terhadap sistem pertahanan misil yang "tak terbukti", tidak "mempersenjatai" angkasa, "pengembangan perlahan Sistem Pertempuran Masa Depan," dan berusaha menghapus seluruh senjata nuklir. Obama menyerukan pengakhiran pembuatan senjata nuklir baru, mengurangi stok nuklir AS, melakukan pelarangan global pada pembuatan bahan misil, dan melakukan negosiasi dengan Rusia untuk membawa misil balistik antarbenua keluar dari status waspada tinggi.
Bulan November 2006, Obama mengumumkan "penarikan tentara AS dari Irak" dan pembukaan dialog diplomatik dengan Suriah dan Iran.[114] Dalam pidato Maret 2007 pada American Israel Public Affairs Committee, sebuah lobi pro-Israel, ia mengatakan bahwa cara utama untuk mencegah Iran membuat senjata nuklir adalah melalui pembicaraan dan diplomasi, meskipun ia tidak mencabut aksi militer. Obama telah menandakan bahwa ia akan melakukan "diplomasi presiden langsung" dengan Iran tanpa prasyarat. Mengenai strateginya dalam memberantas terorisme global bulan Agustus 2007, Obama mengatakan "itu adalah kegagalan besar dalam mengambil langkah" terhadap pertemuan pimpinan al-Qaeda 2005 yang dikonfirmasikan intelijen AS yang dilakukan di Wilayah Kesukuan Federal Pakistan. Ia mengatakan bahwa sebagai presiden ia tak akan mengabaikan kesempatan itu, bahkan tanpa dukungan pemerintah Pakistan.
Bulan Desember 2005, di kolom opini Washington Post, dan kampanye koalisi Save Darfur pada April 2006, Obama meminta aksi yang lebih keras untuk menentang genosida di Darfur, Sudan. Ia telah mendivestasikan $180.000 milik pribadi dalam bentuk saham di Sudan, dan telah melakukan divestasi dari perusahaan yang beroperasi di Iran. Dalam Foreign Affairs keluaran Juli-Agustus 2007, Obama mengumumkan pembelajaran kebijakan luar negeri setelah Perang Irak dan pembaruan militer Amerika, kepemimpinan diplomatik dan moral di dunia. Mengatakan "kami tak dapat mundur dari dunia ataupun mencoba memecahnya menjadi beberapa bagian," katanya kepada orang Amerika untuk "memimpin dunia, menurut keyakinan dan percontohan."
Mengenai urusan ekonomi, pada April 2005, ia mempertahankan kebijakan kesejahteraan sosial New Deal oleh Franklin D. Roosevelt dan menetapkan keanggotaan pribadi untuk Social Security. Setelah Badai Katrina, Obama berpidato menentang perlakuan pemerintah terhadap masyarakat kelas ekonomi berkembang, meminta kedua partai politik mengambil langkah untuk mengembalikan jaring keselamatan sosial bagi orang miskin. Sebelum mengumumkan kampanye presidennya, Obama mengatakan ia mendukung perawatan kesehatan universal di Amerika Serikat. Obama berencana memberi penghargaan pada guru karena jasanya dari sistem merit pay tradisional, menjamin persatuan bahwa perubahan dapat dilakukan melalui proses penawaran kolektif.

Bulan September 2007, ia menyalahkan kelompok-kelompok lobi karena menghina kode pajak AS. Rencananya adalah menghapus pajak bagi warga negara senior dengan pendapatan kurang dari $50.000 per tahun, melakukan pemotongan pajak pendapatan bagi warga berpendapatan $250.000 juga pemotongan pajak keuntungan dan dividen kapital, menutup hutang pajak perusahaan, mengangkat pendapatan pajak Social Security, melarang suaka pajak lepas pantai, dan menyempurnakan pengisian pengembalian pajak pendapatan dengan mengisi terlebih dahulu upah dan informasi bank yang telah dikumpulkan oleh IRS. Mengumumkan rencana energi kampanye presidennya pada Oktober 2007, Obama merencanakan sistem lelang cap and trade untuk melarang emisi karbon dan program investasi sepuluh tahun pada sumber energi baru untuk mengurangi ketergantungan AS terhadap minyak impor. Obama mengatakan bahwa semua kredit polusi harus dijual, tanpa penuaan kredit untuk perusahaan minyak dan gas, dan pengeluaran pendapatan yang diperoleh dari biaya pembangunan energi dan transisi ekonomi.
Obama telah mendorong Demokrat untuk menggaet para evangelis dan kelompok agama lainnya. Bulan Desember 2006, ia bergabung dengan Sen. Sam Brownback (R-KS) pada "Pertemuan Global mengenai AIDS dan Gereja" yang diorganisir oleh pemimpin gereja Kay dan Rick Warren. Bersama dengan Warren dan Brownback, Obama melakukan tes HIV, sebagaimana yang dilakukannya di Kenya kurang dari empat bulan sebelumnya. Ia meminta "orang-orang melakukan hal yang sama" dan tidak malu melakukannya. Dengan 8.000 anggota United Church of Christ pada Juni 2007, Obama meminta pemimpin Kristen berhaluan kanan (fundamentalis) untuk "memahami apa yang memisahkan kita."

Barack Obama dan istrinya Michelle Obama.
Obama bertemu istrinya, Michelle Robinson, bulan Juni 1989 ketika ia bekerja sebagai asosiat musim panas untuk firma hukum Sidley & Austin di Chicago. Sebagai penasehat Obama selama tiga bulan di firma itu, Robinson bergabung dengannya dalam kelompok sosial, tapi menolak permintaan awalnya untuk berkencan. Mereka mulai berkencan pada musim panas itu, bertunangan tahun 1991, dan menikah tanggal 3 Oktober 1992. Anak pertama mereka, Malia Ann, lahir tahun 1998, diikuti oleh anak kedua, Natasha ("Sasha"), tahun 2001.
Menyetujui pembuatan buku, keluarga ini pindah tahun 2005 dari sebuah kondominium di Hyde Park, Chicago ke rumah mereka senilai $1.6 juta di Kenwood, Chicago. Pembelian tanah dan penjualannya ke Obama oleh istri si pembangun dan temannya Tony Rezko menarik perhatian media karena dakwaan dan keyakinan Rezko terhadap hukuman korupsi politik yang tidak berhubungan dengan Obama.
Bulan Desember 2007, majalah Money memperkirakan kekayaan keluarga Obama mencapai $1.3 juta. Pembayaran pajak mereka tahun 2007 memperlihatkan pendapatan rumah tangga sekitar $4.2 juta dari sekitar $1 juta pada 2006 dan $1.6 juta pada 2005 yang kebanyakan berupa hasil penjualan bukunya.

Dalam wawancara tahun 2006, Obama menjelaskan keragaman keluarganya. "Michelle akan memberitahukan bahwa ketika kami bersama untuk Natal atau Hari Pengucapan Syukur, rasanya seperti PBB kecil," katanya. "Saya mempunyai saudara yang mirip seperti Bernie Mac, dan saya juga mempunyai saudara yang mirip Margaret Thatcher." Obama memiliki tujuh saudara tiri dari keluarga ayah Kenya, enam orang, dan seorang adik tiri, Maya Soetoro-Ng, anak dari ibunya dan suami keduanya dari Indonesia. Ibu Obama lahir dari orangtua ibunya di Kansas, Madelyn Dunham hingga kematiannya pada 2 November 2008, sebelum pemilihan presiden. Dalam buku Dreams from My Father, Obama mengaitkan sejarah keluarga ibunya dengan pendahulu orang Indian dan saudara jauh Jefferson Davis, presiden Konfederasi selatan pada Perang Saudara Amerika.
Obama bermain basket, sebuah olahraga yang diikutinya sebagai anggota tim SMA-nya. Sebelum mengumumkan pencalonan presidennya, ia memulai usaha untuk berhenti merokok.
Obama adalah seorang Kristen yang pandangan religiusnya telah berkembang di masa dewasanya. Dalam buku The Audacity of Hope, Obama menulis bahwa "ia tidak dibesarkan dalam keluarga religius." Ia menjelaskan ibunya, dibesarkan oleh orangtua non-religius (yang dijelaskan Obama sebagai "Metodis dan Baptis yang non-praktik") yang terpisah dari agama, "dalam beberapa hal adalah orang yang sangat spiritual yang pernah kukenal." Ia menggambarkan ayahnya sebagai "seorang Muslim", tapi "mengakui ateis" ketika orangtuanya bertemu, dan ayah tirinya sebagai "seseorang yang melihat agama tidak terlalu berguna." Dalam buku tersebut, Obama menjelaskan bagaimana, melalui bekerja dengan gereja hitam sebagai koordinator masyarakat ketika masih berusia 20 tahunan, ia mulai memahami "kekuatan tradisi religius Afrika-Amerika untuk melakukan perubahan sosial." Ia dibaptis di Trinity United Church of Christ tahun 1988.

Budaya dan pandangan politik
Dengan ayah Kenya dan ibu Amerika, kehidupannya di Honolulu dan Jakarta, dan pendidikannya di Ivy League, kehidupan awal Obama sangat berbeda dengan politikus Afrika-Amerika yang mengawali karir mereka pada 1960-an melalui partisipasi pada gerakan hak-hak sipil. Mengenai pertanyaan tentang apakah ia "cukup hitam," Obama menanggapi pada National Association of Black Journalists pada Agustus 2007 bahwa debat ini tidak mengenai penampilan fisiknya atau catatannya mengenai masalah pemilih berkulit hitam. Obama mengatakan bahwa "kami masih terjebak bila Anda berpihak pada orang berkulit putih maka pasti ada yang salah."
Mengikuti pidato awal John F. Kennedy, Obama menghargai masa mudanya dalam pidato kampanye Oktober 2007: "Saya takkan berada di sini bila, kesempatan tidak diberikan pada generasi yang baru."
Banyak komentator menyebutkan pernyataan internasional Obama sebagai faktor menentukan untuk pandangan publiknya. Tidak hanya beberapa pemungutan suara yang memperlihatkan dukungan kuat kepadanya di negara lain, tapi Obama juga membuat hubungan dengan politisi luar negeri dan pimpinan negara terpilih bahkan sebelum pencalonan presidennya, terutama dengan Perdana Menteri Tony Blair, yang dijumpainya di London pada tahun 2005, dengan pimpinan Partai Demokrat Italia Walter Veltroni, yang mengunjungi kantor Senat Obama tahun 2005, dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, yang juga mengunjunginya di Washington tahun 2006. Sukses buat Obama.

Tidak ada komentar: