Minggu, 14 Desember 2008

NATAL: SEPUTAR BETLEHEM


Nama Betlehem berasal dari kata Ibrani Beth-Lehm atau kata Gerika Baithleem yang berarti 'kota roti' atau 'tempat makanan.' Betlehem dalam pengertian modern dihubungkan dengan arti kata Lehm yang oleh orang Asiria diidentikkan dengan dewa mereka, yakni Lakhmu. Bagi mereka nama itu menunjuk pada arti 'rumah Lakhmu.' Meski demikian, bukan berarti makna nama dalam pemahaman Yahudi diadopsi dari pengertian ini. Boleh jadi karena pengaruh bahasa Semit yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Sejarah Betlehem
Betlehem pada zaman para Patriakh hanya merupakan sebuah dusun kecil. Akan tetapi lama-kelamaan desa sepi ini berubah menjadi kota yang amat terkenal sampai saat ini. Ketenarannya berhubungan dengan Raja Daud. Ia, bahkan juga nenek moyangnya, dilahirkan di kota ini. Yang lebih menarik lagi, Betlehem merupakan tempat kelahiran Juruselamat yang dijanjikan Allah (Mikha 5:1-2). Kota ini adalah kota inkarnasi Allah/sang Firman yang menjadi manusia.

Menurut para ahli Alkitab, nama kota ini berasal dari nama seorang anak laki-laki Salma, yang bernama Betlehem (1 Tawarikh 2:51,54). Bila orang Timur Tengah tempo dulu membangun kota, maka selalu diberi nama seperti anaknya. Keturunan Betlehem makin lama makin berkembang sehingga tempat pemukiman mereka diberi nama Betlehem untuk mengenang leluhur mereka.

Sayang, riwayat hidup Betlehem sendiri tidak tercatat secara rinci. Karakternya tidak diketahui. Keistimewaannya dalam Alkitab tidak ditonjolkan. Tetapi namanya diabadikan menjadi nama kota itu. Jadi bukan ketenaran sang pemilik nama yang lebih menonjol, tetapi sebagai nama kota, Betlehem telah menggemparkan para sejarawan dan orang-orang percaya.

Kota Dengan Banyak Nama
Kota ini terletak di Palestina, dekat perkuburan Rahel, istri Yakub. Betlehem dulu dikenal sebagai daerah Efrata (Kejadian 35:19, 48:7). Selain itu sering disebut juga Betlehem-Efrata (Mikha 5:2); Betlehem Yehuda (1 Samuel 17:12); Betlehem Yudea (Matius 2:1) atau Kota Daud (Lukas 2:4; Yohanes 7:42).

Geografi Umum

Letak Kota
Betlehem terletak kurang lebih 8 km ke arah selatan Yerusalem. Kota ini lebih tinggi dari Yerusalem, kurang lebih 760 m di atas permukaan laut. Kota Betlehem terletak di atas punggung gunung yang berbatu gamping dan berupa suatu cekungan setengah bola. Pinggiran kota ini lebih tinggi dari pusat kota. Kemungkinan besar Daud menggubah Mazmur 23 sembari menikmati panorama kota ini yang sangat mempesona.

Iklim dan Pertanian
Pada musim panas suhu di Betlehem kurang lebih 32 derajat Celcius, sedangkan pada musim dingin kurang lebih 14 derajat Celcius. Walaupun daerah ini berbatu-batu, tetapi merupakan penghasil gandum yang berkualitas, baik bagi penduduk Betlehem sendiri maupun bagi tetangga-tetangga sekitarnya. Memang sejak dahulu Betlehem terkenal sebagai gudang roti. Ingat saja pada zaman Boas dan Rut. Peristiwa romantis itu terjadi di ladang jelai Boas. (Bacalah kitab Rut).

Selain itu di sana sini terdapat kebun anggur dan buah zaitun yang selalu memberikan hasil yang menggembirakan.

Industri
Saat ini, Betlehem merupakan salah satu penghasil mebel indah yang menguasai pasaran di Israel. Selain itu juga merupakan tempat penghasil plastik, makaroni, dan peralatan tenun, serta sandang yang dibuat oleh para wanita bagi konsumsi Israel. Para wanita ini membuat atau menjahit pakaian nasional yang digunakan oleh para prajurit Israel, sebagai pakaian seragam militer.

Rumah yang Indah
Betlehem tidak terlalu besar, tetapi memiliki banyak pintu gerbang. Setiap orang bisa masuk dari berbagai penjuru kota. Ini melambangkan kebebasan bagi penghuninya, karena tidak harus bergerak dengan kaku melalui satu pintu gerbang saja. Keunikan yang lain adalah ukuran rumah-rumah di kota ini pada umumnya kecil tetapi tampak menarik dan indah dipandang mata. Kebanyakan perumahan penduduk di Betlehem dibuat sedemikian rupa sehingga walaupun kecil, namun cukup untuk menampung seluruh anggota keluarga karena dibangun bertingkat.

Peristiwa-peristiwa Penting

Hubungan dengan Alkitab
Betlehem menjadi termasyhur sebagai tempat kelahiran Raja Daud dan Yesus Kristus. Raja Daud adalah seorang raja yang memerintah atas Israel selama 40 tahun di Yerusalem. Yang menarik, ketika ia menjadi raja, Daud diurapi oleh Samuel di tempat ini. Betlehem juga merupakan tempat kelahiran nenek moyang Raja Daud.

Di kemudian hari, Nabi Mikha menubuatkan bahwa sang Mesias, yakni Yesus Kristus akan dilahirkan pula di Betlehem (Mikha 5:1). Mesias adalah figur seorang raja yang akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Mesias yang dijanjikan itu lahir di Betlehem, seperti apa yang tertulis dalam Matius 2:1,5.

Betlehem juga merupakan tempat asal beberapa tokoh Alkitab. Salah seorang hakim Israel berasal dari kota ini, yaitu Ebzam (Hakim-hakim 12:8). Elimelekh dan keluarganya berasal dari Betlehem. Ketika terjadi kelaparan di Israel, ia dan keluarganya mengungsi ke Moab untuk bertahan hidup, tetapi akhirnya ia hanya menemui malapetaka. Ia dan kedua anak laki-lakinya meninggal di sana. Naomi, istri Elimelekh, bersama menantunya Rut kembali ke Betlehem.

Selanjutnya Rut, wanita Moab, ditebus oleh Boas menjadi istrinya (Rut 1:1-2; 4:8-10). Raja Daud dan Yesus Kristus merupakan keturunan dari keluarga Boas. Salah seorang panglima perang Raja Daud juga berasal dari Betlehem, yakni Elhanan bin Dodo (2 Samuel 23:23-24). Setelah Rehabeam, anak Salomo menjadi raja di Israel, ia memperkuat Betlehem menjadi salah satu kota benteng untuk menghadang musuh, dengan menempatkan pasukan, peralatan perang, dan keperluan lain di kota ini (2 Tawarikh 11:6-12).

Keadaan Politik
Daud sangat mencintai kota ini, bukit-bukit Yudea yang mengelilinginya merupakan panorama yang indah. Selain itu kota ini juga terkenal dengan sejarahnya dan sumur-sumurnya yang dalam.

Pada Perjanjian Lama, di Betlehem-Efrata terdapat satu jalan utama yang menghubungkan Hebron dan Mesir (Yeremia 41:17-18). Jalan ini digunakan untuk perdagangan, urusan-urusan politik dan kepentingan umum lainnya.

Ketika Yesus lahir di Betlehem terjadi beberapa hal, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Orang Majus datang dari Timur untuk menyembah dan memberikan persembahan kepada Yesus. Selain itu para gembala dengan sukacita juga datang menyembah Yesus. Namun Raja Herodes yang licik dan kejam, setelah mendengar informasi tentang kelahiran Yesus justru berusaha membunuh Yesus dengan menghabisi semua anak yang berumur di bawah dua tahun (Matius 2:16-18).

Restorasi Betlehem
Hadrianus, seorang kaisar Romawi menghancurkan kota Betlehem pada 132 M. Orang-orang Yahudi dipaksa meninggalkan kota ini sehingga untuk sementara kota ini menjadi sunyi tanpa penghuni. Tetapi kemudian Helena, ibu dari Konstantinus, sang kaisar Kristen pertama, membangun kembali kota Betlehem pada tahun 325 M dan mendirikan gereja Kelahiran Kristus di kota ini. Peremajaan kota dilakukan kembali oleh kaisar Yustinus pada 527-565 M.

Pada tahun 1887 di El-Armana, 1500 km sebelah selatan Kairo, ditemukan surat-surat penting. Surat-surat itu mengindikasikan bahwa dahulu pernah terjadi hubungan diplomatik antara Mesir dan Yerusalem pada abad ke-14 SM. Dalam dokumen tersebut dikatakan bahwa Betlehem merupakan salah satu distrik 'Ursalim,' nama kuno dari Yerusalem.

Kondisi Modern
Pada masa kini Betlehem termasuk salah satu kota yang mendapat kunjungan wisatawan terbesar di Israel. Karena reputasinya yang baik, kota ini disebut kota internasional. Pada tahun 1949, Betlehem masih termasuk wilayah Yordania, tetapi kemudian direbut oleh tentara Israel dan menjadi wilayahnya sejak tahun 1967.

Kota yang kini bernama Bait-Lahm yang berarti 'kota daging' ini, adalah kota kebanggaan orang-orang percaya sepanjang zaman. Bukan karena daging, roti, makanan, atau mebelnya, tetapi karena Betlehem merupakan tempat unik di mana Yesus Kristus dilahirkan sebagai manusia.

Kota Betlehem memang cukup terkenal, tetapi yang seharusnya jauh lebih terkenal ialah Yesus Kristus sang Juruselamat yang telah lahir di kota ini.

SETITIK KASIH DI BALIK KANDANG NATAL


Santo Fransiskus Asisi dipercaya sebagai pencetus dibuatnya dekorasi kandang Natal yang pertama kali. Pada zaman dahulu, orang-orang sepertinya tidak dapat memahami atau membayangkan kondisi sewaktu Yesus lahir. Mereka tak dapat membayangkan bagaimana kelahiran Yesus 'dihadiri' oleh kawanan ternak, para gembala, dan Tiga Raja dari Timur.

Pada tahun 1223, St. Fransiskus membuat dekorasi kandang Natal yang pertama di Gereja Greccio, dekat Asisi, Italy. Pada mulanya ia hanya meletakkan tiga tokoh Natal, Yesus, Maria, dan Yosef, dalam kandang Natal itu. Namun pada tahun-tahun selanjutnya, ia menambahkan tokoh-tokoh lain, seperti para gembala, hewan-hewan ternak, Tiga Raja dari Timur, dan malaikat. Tak lama kemudian, tradisi itu tersebar luas ke seluruh Eropa.

Selanjutnya, dekorasi kandang Natal itu mendapat polesan modernitas seperti yang kita jumpai saat ini. Banyak pabrik yang membuat dekorasi kandang Natal itu dalam bentuk satu set yang indah, anak-anak sekolah menambahkan bintang yang dilapisi kertas aluminium foil agar tampak mengkilat, dll.

Dekorasi kandang Natal itu pada mulanya dibuat untuk menolong kita melihat kembali suasana kelahiran Yesus sekitar 2000 tahun yang lalu. Namun agaknya sekarang orang meletakkan dekorasi kandang Natal hanya untuk mempercantik dekorasi Natal. Orang bahkan sering kali lupa akan makna dibalik kesederhanaan itu. Yesus tidak lahir di tengah-tengah gemerlapnya dunia atau di tengah orang-orang yang memang sengaja menantikan kehadiran-Nya.

Dia hadir di tengah ketidaksadaran kita. Dia menghembuskan nafas kasih lewat kesederhanaan yang jarang sekali, bahkan tak pernah, tersentuh oleh kita. Namun kasih itu begitu kuat hingga membekas dalam di sanubari kita yang telah hidup di alam modern. Ya, mungkin kita perlu meletakkan dekorasi kandang Natal itu dalam hati kita masing-masing, agar kita tak akan lupa bahwa Yesus hadir dengan begitu sederhana dan tanpa kita sadari telah menguatkan hati kita.

Ketika Allah Melawat Kita


KETERPISAHAN, keterasingan, ketidakbebasan, keterpenjaraan, ketiadaan harapan adalah kondisi-kondisi yang secara realistik membuat manusia mengalami penderitaan yang amat dalam. Seseorang yang dipisahkan dari lingkungan keluarganya; yang diasingkan dari negeri yang dicintainya; yang kehilangan pengharapan masa depan adalah mereka yang menapaki kehidupan dengan penuh penderitaan.

Realitas penderitaan seperti itu pada gilirannya dapat mengancam kehidupan manusia. Apalagi jika seseorang terus-menerus dicekam rasa putus asa dan tidak mendapatkan penghiburan, penguatan, atau pendampingan dari pihak lain. Hari-hari ini tatkala gereja-gereja dan umat Kristen memasuki Natal, 25 Desember 2003, ada aspek penting yang dapat digarisbawahi dalam konteks mengatasi realisme penderitaan.

Peristiwa Natal, hari kelahiran Yesus Kristus, sejatinya memberi perspektif dan kelahiran dalam arti yang biasa. Natal bukan peringatan hari ulang tahun atau peringatan hari kelahiran dalam arti yang biasa. Natal adalah peristiwa yang di dalamnya Allah melawat manusia. Allah membebaskan dan memberdayakan manusia. Amatlah tepat ketika dalam Injil Lukas, Zakaria dengan kekuatan Roh Kudus melantunkan pujian. "Terpujilah Tuhan, Allah Israel sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan Bagi-Nya" (Lukas 1:68)

Pujian Zakaria ini mengungkapkan pokok-pokok yang amat penting dan mendasar dalam konteks kehidupan manusia "Allah melawat umat-Nya." Itu berarti bahwa Allah tidak tinggal diam terhadap umat-Nya. Allah tidak membiarkan umat-Nya berjalan sendiri menapaki jalan penderitaan. Allah concern, Allah peduli, Allah prihatin terhadap umat-Nya. Kata 'melawat' mengandung arti 'mengunjungi', menjenguk mereka yang dilanda kesulitan.

Melawat, berarti melihat secara langsung, tidak hanya memantau dari jauh, menunggu laporan. Melawat adalah cheking on the spot. Melawat juga berarti ungkapan adanya sikap solidaritas, adanya upaya membina komunikasi/relasi yang lebih baik dengan orang lain. Dalam pujian Zakaria, Allah tidak sekadar melawat tapi Ia juga membawa kelepasan bagi umat yang tengah mengalami penderitan, mereka yang dirundung pesimisme didatangi Allah dan dibebaskan dari pemasalahan yang mereka hadapi. Inilah suatu kabar kesukaan bagi manusia.

Allah Sang Pembebas yang melawat umat-Nya adalah yang melepaskan umat dari musuh serta orang-orang yang membenci mereka. Inilah rahmat Allah yang sejak lama dijanjikan, bahkan telah diucapkan sejak zaman Abraham. Muara dari semua tindakan pembebasan Allah itu adalah seluruh umat dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya (Luk, 1:74,75). Kata 'melepaskan' mengacu pada pengertian membebaskan umat manusia yang terbelenggu oleh rantai-rantai dosa, yang terpenjara oleh berbagai hal, umat yang berada dalam cengkeraman keputus-asaan sehingga mereka bisa menghirup udara baru yang dipenuhi masa depan ceria.

* * *

Allah yang dipuji oleh Zakaria dalam nyanyian pujiannya ini adalah Allah yang bertindak dalam sejarah. Allah yang bergerak, Allah yang benar-benar prihatin dengan pergumulan hidup manusia. Allah bukanlah hanya kuasa transenden, kuasa yang melihat dari 'atas'. Dia juga terlibat dalam sejarah manusia: Dia adalah Immanuel, Allah beserta kita, Dia Immanen, Dia tinggal bersama kita.

Itulah sebabnya juga Yesaya menyatakan: "Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang Putra telah diberikan untuk kita" (Yes, 9:5a). Anak Allah lahir untuk seluruh umat manusia dan dunia, bukan untuk sekelompok orang. Bahkan menurut Yesaya di bawah kuasa-Nya damai dan sejahtera terwujud senantiasa karena kekuasaan itu ia dasarkan pada keadilan dan kebenaran. Anak yang lahir disebut Yesus Kristus, yang kelahirannya diperingati setiap kita merayakan Natal. Allah itulah yang kita panggil Bapa dalam Yesus Kristus, Allah yang telah datang ke dalam dunia, melawat kita serta membebaskan kita umat manusia.

Dunia yang dihidupi manusia sekarang ini bukan lagi sebuah dunia yang ramah dan damai. Dunia telah dipenuhi kekerasan, amuk, dendam, bom yang menimbulkan ketakutan dan distorsi dalam kehidupan umat manusia. Sebuah etik global yang digagas Hans Kung sejak 1993 yang di dalamnya perdamaian, penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia mendapat tempat utama, belum juga mewujud. Di tengah-tengah ancaman terhadap kemanusiaan, Allah datang melawat manusia.

Allah dari tempat yang tinggi, yang Kudus dan Agung, datang melawat kita yang sedang bergumul di tengah dunia. Seorang anak telah lahir untuk kita, seorang Putra telah diberikan untuk kita. Kehadiran Allah ini adalah kehadiran yang memberdayakan manusia, karena manusia dalam dirinya sendiri tidak mampu melakukan apa pun. Jika Allah malawat kita, berarti dia hadir di tengah degup pergumulan kita, Dia tinggal bersama kita, Dia solider dengan kita.

Lawatan Allah ini harus mendorong kita untuk makin mengungkapkan solidaritas kita dengan mereka yang lemah dan menderita, dengan mereka yang tercecer di pinggir-pinggir kehidupan. Pembangunan yang kita laksanakan, hendaknya juga mencerminkan solidaritas kita dengan mereka yang miskin dan papa.

Natal sekaligus adalah peneguhan janji Allah, bahwa ia akan menyelamatkan manusia. Mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut akan diterangi oleh Dia, sehingga kita semua diarahkan kepada jalan damai sejahtera. Sediakah kita disinari oleh terang itu, dan terbukakah hati kita untuk menerima lawatan Allah itu? Perayaan Natal yang di dalamnya Allah memberdayakan kita, melalui kelahiran anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus, kiranya memacu kita untuk tampil dengan berani dalam memberdayakan manusia sambil meninggalkan sikap memperdayakan orang lain.

Natal seharusnya memacu kita untuk mengembangkan sikap inklusif, tepaselira, tenggang rasa, penuh kerukunan, tanggung jawab, senasib sepenanggungan, dan membuka diri bagi 'intervensi' Allah. Sehingga Ia membebaskan jalan-jalan gelap kita menjadi jalan-jalan terang yang bermakna bagi orang banyak. Dengan pengembangan sikap positif seperti itu, kekristenan di Indonesia mampu memberi kontribusi positif bagi bangsa. Sehingga ia dapat berperan sebagai pilar-pilar penyangga bagi sebuah Indonesia yang utuh, kukuh, teguh cerdas, adil, dan bersatu dalam masyarakat majemuk Indonesia. (Media Indonesia, 241203)

YESUS TIDAK MINTA HADIAH NATAL


Hari Natal menjelang. Kesibukan di sana-sini mulai terasa. Sibuk membuat kue, membeli kartu Natal untuk dikirim kepada teman, membuat dekorasi Natal, atau mulai berpikir-pikir hadiah apa yang akan kita dapat pada Natal kali ini, ya? Sebuah buku tentang cerita Natal? Baju baru, atau ... sepotong kue Natal yang hmm ... nikmaaat!!

Natal memang selalu dinanti-nanti. Pada bulan Oktober kita mungkin merasa betapa waktu berjalan cepat sekali. Tak terasa, kurang dua bulan kita akan merayakan Natal. Bulan November. Ups! Satu bulan lagi! Desember ... kita mulai menghitung hari. Kesibukan semakin meningkat. Kita mulai mempersiapkan acara keluarga. Mulai membuat kue-kue kering untuk tamu-tamu yang datang. Mengumpulkan resep untuk jamuan Natal. Mempersiapkan pernik-pernik Natal yang dapat dipasang di pohon Natal. Semua kesibukan Natal itu kita kerjakan dengan senang hati. Seolah Natal adalah segalanya. Ya, Natal harus istimewa!

Tapi tunggu ... Mungkin ada yang terlewatkan. Apakah kesibukan-kesibukan itu Anda kerjakan hanya untuk membuat Natal menjadi istimewa? Apakah Anda merasa Natal tak ubahnya seperti hari ulang tahun Anda? Segala sesuatunya harus baru, segalanya harus sempurna. Mungkin Anda lupa bahwa Natal itu milik Yesus. Hari ulang tahun Yesus. Mungkin Anda lupa bahwa Yesus lahir tidak di sebuah hotel mewah yang gemerlap. Yesus tidak lahir dengan sambutan meriah. Tidak seperti kelahiran Anda yang barangkali sudah dinanti-nanti oleh orangtua dan saudara-saudara Anda dan sudah dipersiapkan segala sesuatunya.

Tidak. Yesus datang dengan begitu sederhana. Bahkan Dia ditolak! Ibu Maria berkali-kali harus menanggung sakit hati dan kecewa ditolak di beberapa penginapan. Barangkali ia pun ingin berteriak kepada semua orang bahwa bayi yang dikandungnya adalah Mesias. Tapi siapa yang peduli? Akhirnya, terpaksa Yesus harus lahir di sebuah kandang yang dekil, bau, dan kotor. Mungkin bila kita hidup saat itu, kita pun enggan menjenguknya. Karena Yesus yang lahir di kandang pasti bau! Atau mungkin kita berpikir, Ah ... buat apa menengok bayi yang miskin? Apa bedanya Yesus dengan bayi-bayi para tunawisma itu? Sama saja, kan? Toh Dia terlahir dari seorang keluarga muda yang miskin.

Yah, begitulah kelahiran Yesus. Dia hadir tanpa meminta perhatian seluruh kota. Hanya orang-orang yang berhati tuluslah yang Tuhan undang untuk menjenguk-Nya. Dia pun tidak meminta tempat yang mewah untuk alas tidur-Nya. Yesus tidak minta apa-apa dari kita. Dia hanya minta ketulusan dan kebersihan hati kita. Tidak. Yesus tidak minta dibuatkan pohon Natal yang gemerlapan, kue Natal yang nikmat, atau mungkin sepotong baju Natal yang indah.

Yesus hanya meminta agar kita mau membuka hati kepada-Nya. Dia meminta kita berbagi kebahagiaan Natal dengan semua orang, entah yang seiman dengan kita atau tidak, yang sewarna kulit dengan kita atau tidak. Yesus akan terlelap dalam timangan kebersihan dan kelembutan hati kita. Dia akan tersenyum karena nyanyian hati kita yang telah berbagi kasih dengan sesama. Yesus tidak minta kado Natal macam-macam.

25 DESEMBER HARI ULANG TAHUN YESUS?

Setiap orang tentunya punya hari ulang tahun. Demikian pula Yesus. Seluruh dunia memperingati hari kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember. Tapi benarkah Yesus lahir tepat pada tanggal 25 Desember?

Tak ada yang tahu tentang hal ini. Tapi kita yakin Yesus lahir di dunia ini. Hal itu tak perlu diragukan lagi karena Santo Lukas dalam Perjanjian Baru menceritakan bahwa Yesus lahir pada zaman kekaisaran Romawi. Namun ia tidak memberikan tanggal atau pun bulan yang tepat akan kelahiran Yesus. Hal itu barangkali disebabkan orang zaman dahulu tidak terlalu peduli akan hari kelahiran, seperti orang zaman sekarang.

Ada sejarah tersendiri mengapa 25 Desember diperingati sebagai hari Raya Natal. Di gereja wilayah timur orang memperingati hari Baptis Yesus dan juga hari kelahirannya pada tanggal 6 Januari. Orang-orang kristiani di Rusia dan beberapa negara lain juga memperingati hari Natal pada tanggal itu. Sedangkan orang-orang di Armenia memperingati hari Natal pada tanggal 19 Januari. Namun di belahan dunia lain, banyak orang merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember.

Perayaan Natal di bulan Desember itu merujuk kembali pada tradisi perayaan di zaman Kekaisaran Romawi. Orang-orang Romawi merayakan festival Saturnalia di bulan Desember.

Dahulu, sewaktu Santo Agustinus datang ke Inggris untuk mewartakan Injil, Paus Gregory mengusulkan padanya agar tetap merayakan perayaan penyembahan berhala tetapi menambahkan arti baru sebagai perayaan kristiani. Maka festival Yuletide yang jatuh di pertengahan musim dingin, yang dirayakan oleh orang-orang Skandinavia kuno, diubah menjadi hari raya kelahiran Yesus.

Namun tampaknya ada kebetulan-kebetulan yang aneh. Banyak negara di Eropa memiliki hari libur dan perayaan-perayaan di bulan Desember. Hal yang aneh? Sepertinya tidak. Karena Desember adalah bulan terakhir di penghujung tahun. Di beberapa belahan dunia, matahari di bulan Desember lebih sedikit memancarkan sinarnya. Suasana sehari-hari terasa lebih gelap dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Karenanya orang-orang mengadakan perayaan untuk membuat mereka gembira dan bersemangat. Dalam kepercayaan kuno orang-orang berharap dapat membawa sinar dan kehidupan musim semi dengan mengadakan perayaan khusus.

Kelahiran Yesus di dunia yang bagaikan cahaya dari Allah bagi dunia. Cahaya itu mengusir kegelapan dan memusnahkan kejahatan untuk selama-lamanya.

Tradisi Natal yang kita laksanakan pada masa kini sebenarnya diwarisi dari perayaan-perayaan jauh sebelum tanggal 25 Desember ditetapkan sebagai peringatan kelahiran Yesus. Memberikan kado, melaksanakan jamuan istimewa, menghias rumah, menyalakan lilin, semuanya itu berasal dari tradisi masa lalu. Karena tradisi itu sangat kuat, maka para pemimpin kristiani zaman dahulu mempertahankannya.

Tradisi Natal kita sekarang memang masih bercampur dengan tradisi masa lalu yang masih mempercayai kekuatan adikodrati. Namun dengan kelahiran Yesus, semuanya itu memiliki makna baru yang dapat menghangatkan hati kita.

Pohon Natal

Pohon Natal atau disebut juga pohon terang, masih berdiri kokoh dalam rumah-rumah ibadah, mal-mal atau super market, kantor-kantor, di sudut-sudut jalan dan rumah-rumah pribadi. Suasana Natal yang sebenarnya sudah lewat, masih terasa hangat dan demamnya, antara lain dalam pohon-pohon Natal yang masih berkelap-kelip di mana-mana itu.

Ada baiknya pohon Natal yang sudah menjadi sangat terbiasa kita saksikan setiap bulan Desember bahkan sebagian sudah mulai dipasang di bulan November dan baru disimpan lagi di bulan Januari. Kita renungkan arti dan maknanya dengan sedikit menengok kembali ke belakang, sejak tradisi memasang pohon Natal pada perayaan-perayaan Natal, dimulai.

Umumnya diyakini bahwa pohon Natal pertama kali muncul di Jerman. Kebiasaan memasang pohon Natal dimulai oleh Boniface, misionaris Inggris ke Jerman pada abad ke-8. Diceritakan bahwa Boniface menggantikan pohon-pohon oak yang dipersembahkan kepada dewa Odin dengan pohon cemara yang berhiaskan kebesaran bayi Yesus Kristus. Kemudian Marthen Luther memperkenalkan "lampu" Natal berupa lilin-lilin pada pohon cemara tersebut.

Konon Pangeran Albert yang menikah dengan Ratu Victoria dari Inggris, memperkenalkan kebiasaan tersebut ke Inggris dan imigran Jerman memperkenalkan tradisi tersebut ke Amerika dan meluas ke seluruh dunia.

Makna
Tradisi pohon Natal ini punya makna bahwa Yesus Kristus yang disebut dalam Lukas 1: 78 sebagai "Surya Pagi" dan Yohanes 8:12 sebagai "Terang Dunia", kelahirannya datang membawa terang bagi dunia ini. Menurut tradisi, pilihan merayakan Natal 25 Desember, bersangkut-paut pula dengan Yesus Kristus sebagai Terang Dunia.

Sebagaimana yang kita ketahui dari sejarah, manusia di Timur Tengah, khususnya di Mesir, sebelum datangnya agama samawi, sudah memuja matahari sebagai dewa utama. Penyembahan terhadap dewa matahari di Mesir dan Persia umumnya dilaksanakan pada musim dingin di bulan Desember, ketika matahari dalam jarak paling jauh dari katulistiwa.

Di Eropa Selatan maupun Eropa Utara perayaan yang sama dilakukan dalam masyarakat pra-Kristen, untuk membujuk dewa-dewa matahari, mengembalikan matahari yang "bersembunyi" selama musim dingin. Dalam masyarakat Romawi kuno, pesta Saturnalia dikenal sebagai perayaan untuk menghormati dewa Saturnus, dewa pertanian. Musim dingin merupakan ancaman dari sang dewa yang kalau terus menyimpan matahari, akan membuat tumbuhan tak bisa tumbuh lagi di musim semi.

Di Eropa Utara, pertengahan bulan Desember merupakan masa yang sangat kritis. Siang hari menjadi semakin pendek. Matahari semakin melemah dan menjauh. Masyarakat membuat api unggun untuk membuat dewa musim dingin yang seolah mati mendapat kekuatannya dan membawanya kembali kepada kehidupan.

Gagasan pokok dalam festival-festival di sekitar bulan Desember tersebut adalah kembalinya terang setelah bersembunyi begitu lama selama musim dingin. Itu sebabnya dengan mudah gereja-gereja bersepakat memilih tanggal 25 Desember sebagai perayaan kelahiran Yesus Kristus, sang Terang Dunia, yang lahir untuk memberikan harapan baru bagi kehidupan di dunia. Tahun 440 bapa-bapa gereja memutuskan bahwa tanggal 25 Desember, yang merupakan tanggal pesta Solis dan Saturnalia, walaupun sedikit bergeser, karena pesta Solis dan pesta Saturnalia biasanya dirayakan tanggal 21 Desember.

Di Indonesia dan di seluruh dunia, gereja telah memilih dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal, kelahiran Tuhan Yesus, sang Terang Dunia. Pilihan tanggal tersebut di Eropa sangat tepat dan sejalan dengan tradisi masyarakat pra-Kristen, sehingga dengan mudah mereka melakukan transformasi perayaan tradisi lama itu dengan isi dan makna kelahiran Yesus Kristus sebagai terang dunia, sang pemberi kehidupan baru.

Pohon Natal adalah pohon pengharapan akan masa depan yang tak akan pernah pudar. Tradisi itu telah lama melekat dalam hati setiap orang, bukan hanya orang-orang Kristen tetapi juga sahabat-sahabat yang bukan Kristiani. Memang ada juga sisi negatif dari tradisi itu yaitu pengrusakan lingkungan karena "pembantian" dan "pengkerdilan" banyak pohon cemara sebagai "pohon Terang". Bahkan pohon plastik atau kertaspun tak sedikit turut mengotori lingkungan kita.

Sudah sejak tahun 1992 saya tidak memasang pohon Natal di rumah karena alasan kepedulian pada lingkungan. Tahun 2003 saya membeli lagi pohon Natal tiruan karena desakan putri saya yang berusia 4 tahun. Saya merenungkan ulang makna memasang pohon itu di rumah dan memutuskan untuk membelinya kembali serta memasangnya di rumah. Pohon Natal itu ternyata membawa suka-cita kepada putri saya. Apakah saya mengingkari atau mengkhianati komitmen saya? Tidak!

Artifisial
Pohon artifisial tersebut akan kami simpan selama mungkin supaya dapat "reuse" sebagai salah satu prinsip hidup peduli lingkungan, sampai putri kami dewasa. Tetapi semakin saya renungkan, semakin sadar pula saya bahwa tradisi pohon Natal itu sudah menjadi salah satu napas dari perayaan Natal karena Yesus Kristus sang Terang Dunia yang dimaknainya.

Di waktu kecil, saya selalu menantikan saat-saat ketika kebahagiaan Natal dibagi kepada anak-anak dari pohon Natal, berupa ketupat. Di kampung saya di Kalumpang, Mamuju, Sulawesi Selatan, ada tradisi memberi "buah" pada pohon Natal di gereja berupa ketupat yang digantungkan oleh para orangtua (umumnya kaum ibu) sebelum ibadah Natal dimulai. Setelah ibadah Natal usai, anak-anak akan mendapatkan ketupat Natal yang dipetik dari pohon Natal itu. Ketupat itu adalah simbol kehidupan yang dibagikan untuk kebahagiaan anak-anak.

Di kota-kota besar, pembagian hadiah-hadiah yang diletakkan di pohon Natal merupakan saat yang paling membahagiakan anak-anak.

Memang pohon Natal adalah pohon pengharapan, pohon yang seharusnya membawa kebahagiaan bagi anak-anak dan bagi siapa saja. Sebab pohon Natal merupakan simbol dari Yesus Kristus sendiri, Terang Dunia dan Sumber Kehidupan Baru dan Abadi. Jutaan orang Kristen dari abad ke abad telah mendapatkan kegembiraan dan suka-cita hidup melalui pohon Natal. Ribuan pasangan yang berselisih merayakan saat-saat rujuk di bawah pohon Natal. Ribuan orang yang mengalami keresahan hidup, perselisihan, kekecewaan dan macam-macam pergumulan lainnya, mendapatkan pemulihannya di bawah pohon Natal, simbol dari Sang Terang Dunia, penyembuh dan pemulih sejati.

Biarlah pohon Natal terus berdiri dan membagi semaraknya seperti Tuhan Yesus Kristus yang disimbolkannya

NATAL: APAKAH ORANG MAJUS MENGANUT ASTROLOGI?


Astrologi dikutuk oleh Alkitab dan dianggap sebagai penyembahan berhala. Namun dalam Matius 2:2 pemberitahuan kelahiran Yesus Kristus kepada orang Majus justru disampaikan melalui penampakan bintang. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Untuk menjawabnya, pertama kita harus mencari tahu definisi astrologi. Kamus menerangkan kata ini sebagai kepercayaan takhyul yang didasarkan kepada pergerakan atau posisi planet dan bintang. Fenomena alam tersebut dianggap sebagai peringatan akan kehendak Allah. Namun entah bagaimana para penganut astrologi dapat menafsirkan fenomena alam tersebut ke dalam pesan yang mengandung peringatan atau menuntut suatu tindakan pencegahan atas peristiwa yang akan terjadi.

Apalagi saat ini horoskop banyak diminati orang. Astrologi dapat melihat bagaimana bintang tertentu dapat mempengaruhi garis kehidupan seseorang. Dari sana juga bisa dilihat baik tidaknya keberuntungan seseorang dalam selang waktu tertentu.

Sebelum kekristenan berkembang, tidak jarang orang beribadah dengan menggabungkan astrologi dengan acara-acara ibadah yang sifatnya ritual. Di lingkungan bangsa Israel, praktek semacam ini dianggap penyembahan berhala dan pelakunya akan dilempari batu sampai mati (Ulangan 17:2-7).

Dalam kasus bintang Natal pada kelahiran Kristus, tidak ada satu pun unsur yang berkaitan dengan astrologi. Bintang yang dilihat orang Majus dari Timur merupakan sebuah pemberitahuan bahwa bayi Yesus telah lahir. Kita mengetahui waktunya dari pernyataan Herodes yang disampaikan kepada pasukannya yang dikirim ke Betlehem, "Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdaya oleh orang-orang Majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur 2 tahun ke bawah sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang Majus itu" (Matius 2:16).

Oleh karena bintang itu tampak jelas waktu Yesus lahir, dan inilah tanda yang disediakan bagi orang Majus yang berjalan selama lebih dari satu tahun menuju Yerusalem. Semua itu diberitahukan orang-orang Majus kepada raja Herodes. Saat itu bintang tersebut bukan lagi merupakan tanda akan terjadinya sesuatu melainkan pemberitahuan bahwa sesuatu telah benar-benar terjadi.

Kedua, tak ada penyembahan yang salah alamat maupun unsur takdir dalam perjalanan orang Majus. Semua itu merupakan tanda yang disediakan Allah bagi orang Majus untuk memberitahukan bahwa seorang Raja telah lahir. Karena mereka mengerti bahwa Dia telah ditetapkan untuk memerintah seluruh dunia, termasuk negeri tempat tinggalnya (mungkin Persia, di mana orang majus waktu itu sangat aktif). Bagi mereka, merupakan suatu kehormatan untuk melihat bayi yang dikirim Allah dan ditetapkan menjadi Raja orang Yahudi serta seluruh dunia.

Ketiga, rasanya dapat dipahami jika Kitab Suci menggunakan banyak cara dalam menyampaikan pesan Allah. Termasuk tanda-tanda alam seperti matahari, bulan, dan bintang. Sebagai contoh dalam Injil Matius dikatakan, "Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang dari awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya" (Matius 24:30).

Itulah sebabnya tidak salah jika Allah menggunakan tanda-tanda alam seperti matahari, bulan, dan bintang untuk menyampaikan pesan kepada orang majus.Itulah kemurahan Allah bagi mereka. Namun pada hari raya Pentakosta Rasul Petrus mengutip Yoel 2:28-32 sebagai referensi bagi tanda kedatangan Yesus kedua kali. Ia berkata, "Dan aku akan mengadakan mukjizat-mukjizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu" (Kisah Para Rasul 2:19-20). Manifestasi dari pemberitahuan tentang sesuatu tidak ada dalam astrologi.

"Seperti apakah bintang itu tampak kepada orang-orang Majus?" Ada yang memperkirakan bahwa kejadian itu bukan sesuatu yang biasa sebagaimana layaknya planet atau bintang. Kemungkinan besar terjadi kombinasi warna yang tampak mencolok dan khas. Sementara bintang pada umumnya dapat diidentifikasi karena tak ada sesuatu yang khusus, namun bintang yang satu ini agak berbeda.

Cahayanya terlihat begitu nyata di atas Betlehem sehingga orang-orang bijaksana itu dapat memperkirakan di mana bayi Yesus berada. Hal itu sesuai dengan Firman Tuhan dalam Matius 2:9, "Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada." Bintang tersebut merupakan tanda ilahi yang sengaja dikirim Allah untuk membimbing orang-orang Majus datang kepada Yesus.

Kapan Yesus Lahir?


Sejak pertengahan bulan November, suasana Natal sudah mulai dihembuskan oleh pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar. Pada saat itu gereja sendiri mungkin baru membentuk panitia Natal. Seakan tidak mau kehilangan waktu, dunia bisnis, melalui dekorasi pohon cemara bersalju, rusa, dan kereta salju serta bingkisan hadiah memberikan dorongan psikologis kepada calon pembeli untuk segera berbelanja. Suasana serba putih yang diciptakan dari tahun ke tahun itu juga membentuk citra bahwa Kristus lahir di musim dingin yang bersalju di kota kecil bernama Betlehem.
Pemandangan demikian jelas tidak sesuai dengan gambaran yang dilukiskan oleh Lukas mengenai peristiwa besar itu. Injil ini menulis, "Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam" (Lukas 2:8). Sejak zaman Alkitab sampai sekarang, gembala di Betlehem meninggalkan padang penggembalaan di musim dingin dengan berlindung di gua-gua yang disebut Grotto yang banyak terdapat di sekitar Betlehem. Karena malam yang dingin itu, dalam bulan Desember, apalagi tanggal 25 tidak akan ada gembala-gembala yang berada di padang bersama domba- domba. Biasanya mereka menggiring kawanan domba mereka ke padang setelah hari raya Paskah sampai hujan pertama atau salju tipis di awal Oktober. Ini berarti peristiwa kelahiran Yesus terjadi dalam selang waktu di antara Paskah di awal April sampai awal Oktober. Usaha untuk mendapatkan tanggal dan bulan kelahiran-Nya yang tepat ternyata tidak membuahkan hasil yang memuaskan, sehingga tanggal 25 Desember tetap dipakai sebagai patokan. Alasan yang dikemukakan biasanya, "Tidak ada seorang pun tahu kapan Ia lahir. Karena sudah ada yang menetapkan lebih dulu 25 Desember, maka kita pakai saja, yang penting kita memberikan satu hari dalam satu tahun untuk merayakan kelahiran-Nya." Bagi orang yang memiliki sikap kritis dalam mencari kebenaran sejarah, jawaban ini tentu belum cukup memuaskan. Penyelidikan di lingkungan Kristen selama ini dilakukan dengan melupakan suatu prinsip penting dalam kehidupan Yesus bahwa Ia datang untuk menggenapi Taurat dan bukan meniadakannya (Matius 5:17). Hal ini berarti semua kejadian penting dalam kehidupan Kristus sudah dinubuatkan oleh Taurat Musa. Dalam hal ini, Hukum Taurat merupakan tolok ukur untuk menunjukkan siapa Mesias yang sesungguhnya akan datang.
Tujuh Hari Raya Tuhan
Hukum Taurat dalam Imamat 23 menetapkan 7 hari raya untuk diperingati dan dirayakan pada waktu tertentu setiap tahun. Hari- hari raya tersebut meliputi Paskah, Roti Tidak Beragi, Buah Sulung, Pentakosta, Sangkakala, Pendamaian, dan Tabernakel. Orang Kristen secara keliru menyangka bahwa semuanya itu adalah hari-hari raya Israel. Firman Tuhan mengatakan, "Hari-hari raya Tuhan yang kamu maklumkan untuk dikuduskan, semuanya itu adalah hari-hari raya-Ku" (KJV). Semuanya itu adalah hari-hari raya TUHAN. Setiap hari raya mengungkapkan satu segi kehidupan Yesus, yaitu Firman Tuhan yang untuk sementara waktu datang ke planet bumi dalam wujud manusia. Bahwa 7 hari raya tersebut merupakan nubuatan tentang Mesias yang semuanya digenapi secara utuh oleh Yesus dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Paskah (Pesach): Yesus adalah domba Paskah kita. Inilah hari kematian-Nya.
2. Roti tidak Beragi (Hag HaMatzah): Yesus adalah Roti Hidup, Roti tidak Beragi yang turun dari surga. Ia tidak berdosa karena ragi menyatakan dosa.
3. Buah Sulung (Sfirat Haomer): Yesus adalah Buah Sulung kebangkitan dari kematian.
4. Pentakosta (Shavuof): Yesus adalah Pembaptis dengan Roh Kudus.
5. Sangkakala (Rosh HaShanah): Yesus adalah Mempelai Pria yang menjemput Mempelai Perempuan (Gereja) dalam Pengangkatan Gereja (rapture).
6. Pendamaian (Yom Kippur): Yesus adalah Mesias orang Yahudi yang datang kedua kalinya.
7. Tabernakel (Sukot): Yesus akan memerintah sebagai Raja Damai dalam Kerajaan 1000 Tahun.
Dalam 7 hari raya tersebut, semua segi kehidupan Yesus yang penting sudah dan akan diungkapkan. Kematian dan kebangkitan-Nya telah dinubuatkan dalam Taurat. Pengangkatan Gereja dan Kedatangan-Nya yang kedua telah dinubuatkan dalam 7 Hari Raya itu, tetapi adakah petunjuk tentang hari kelahiran-Nya? Tentu saja, pada hari raya yang ke-7 yaitu hari raya Tabernakel. Hal ini membentuk suatu pola, kalau hari raya pertama menunjuk pada kematian-Nya, maka hari raya terakhir menunjuk pada kelahiran-Nya; kalau hari raya ke-6 menunjuk pada kedatangan-Nya yang kedua, maka pada hari raya ke-7 menunjuk pada kedatangan-Nya yang pertama.
Hari raya Tabernakel merupakan hari raya yang paling meriah di antara ke-7 hari raya dan disebut juga sebagai Festival Cahaya. Saat itu Bait Suci bagaikan bermandikan cahaya, di Serambi Wanita dipasang 4 kandil pada empat penjuru seakan-akan ingin menerangi bangsa-bangsa. Ini merupakan petunjuk bahwa Terang Dunia itu sedang datang menerangi bangsa-bangsa yang masih berada dalam kegelapan dosa. Hari raya Tabernakel juga merupakan suatu masa raya yang penuh sukacita. Dalam suasana itulah, malaikat datang kepada para gembala di padang bersama kawanan domba mereka dan berkata, "Jangan takut karena sesungguhnya aku memberitakan kesukaan besar bagi seluruh bangsa" (Lukas 2:10). Bagaimana perhitungan tanggalnya? Injil Lukas 1:5 mencatat bahwa Zakaria, suami Elisabet, kakak ipar Maria ibu Yesus, menjadi imam dari rombongan Abia. Menurut 1Tawarikh 24:10 rombongan Abia mendapat urutan ke-8 dalam tugas di Bait Suci. Tiap rombongan bertugas rutin satu minggu, dua kali dalam setahun.
Jadwal tugas imam ditetapkan menurut kalender keagamaan yang dimulai dengan bulan Nisan yaitu pertengahan Maret. Jadi Zakaria bertugas pada pertengahan Mei. Tetapi karena hari raya Shavuot (Pentakosta) jatuh pada akhir Mei dan semua imam diminta bertugas bersama, Zakaria harus menetap di Bait Suci untuk tambahan dua minggu. Akibatnya ia baru pulang ke rumah untuk menemui isterinya pada awal minggu kedua bulan Juni.
Elisabet mulai hamil pertengahan Juni (Lukas 1:24). Pada saat Elisabet hamil 6 bulan, malaikat Gabriel datang kepada Maria, yaitu pertengahan Desember. Maria mulai mengandung saat itu (Lukas 1:36). Walaupun Yesus dikandung dari Roh Kudus (Lukas 1:35), Yesus dilahirkan pada akhir bulan September atau awal Oktober dan saat itulah orang Yahudi merayakan hari raya Tabernakel (Honorof, R.A., 1997, "The Return of the Messiah").
Hari raya Tabernakel setiap tahun pada tanggal 15 bulan Tishri dan dirayakan selama satu minggu. Ini berarti menurut ketentuan Taurat tanggal kelahiran Yeshua HaMashiach (Yesus Kristus) jatuh pada tanggal 15 Tishri menurut kalender Yahudi. Menurut kalender international (Gregorian), pada tahun 1998 tanggal 15 Tishri jatuh pada 5 Oktober; sedangkan pada tahun 1999 jatuh pada 25 September. Pada tahun 2000 jatuh pada 14 Oktober, sedangkan pada tahun 2001 jatuh pada 2 Oktober 2001 lalu.
Kalau begitu, mengapa dunia merayakan kelahiran Yesus pada 25 Desember? Kelahiran Yesus tidak pernah dirayakan sampai tahun 336. Kelahiran-Nya mulai dirayakan setelah kaisar Roma yang bernama Konstantin (285-337) menyatakan diri menjadi pemeluk agama Nasrani. Sudah menjadi tradisi setiap 25 Desember penduduk kota Roma merayakan pesta besar yang disebut Saturnalia Romawi untuk menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi utara setelah mencapai garis balik selatan. Ketika siang hari menjadi lebih panjang, dewa matahari dianggap telah lahir kembali dan mereka bergembira-ria sambil tukar-menukar hadiah.
Ketetapan untuk mengkonversikan 25 Desember menjadi hari raya Nasrani dengan menjadikannya sebagai hari kelahiran Yesus dilakukan oleh Paus Julius I pada pertengahan abad 4 di kota Roma (Worldwide Church of God, 1985 "The Plain Truth About Christmas"). Ketetapan tersebut tidak dapat diterima oleh gereja-gereja di Yerusalem yang menolaknya sampai abad 6 (Wagner, C. 1995 "Bridges for Peace"). Setelah itu secara tidak resmi umat Nasrani menerima 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, walaupun banyak yang mengetahui bahwa itu bukan tanggal yang sesungguhnya.
Bagaimana Perhitungan Tahunnya?
Kelahiran Yesus jelas harus terjadi sebelum kematian Raja Herodes Agung yang ingin membunuhnya dengan memerintahkan pembunuhan semua bayi berumur di bawah 2 tahun di Betlehem (Matius 2:16). Flavius Josephus (37-100), sejarawan Yahudi abad pertama, mengatakan bahwa sesaat sebelum Herodes meninggal telah terjadi gerhana bulan yang menurut para pakar perbintangan terjadi pada 13 Maret tahun 4 sebelum Masehi (Antiquities of the Jews, XVII, vi, 167). Dengan mengacu pada taksiran Herodes bahwa bayi yang baru lahir itu tidak lebih dari 2 tahun usianya, maka taksiran intelektual tahun kelahiran Yesus sekitar tahun 4-5 sebelum Masehi.
Kekeliruan penetapan tahun 1 tarikh Masehi oleh imam Italia Dionysius Exiguus yang hidup di abad 6 mengakibatkan kelahiran Yesus tidak terjadi pada tahun 0 (nol) Masehi, Anno Domini (op cit, 1985). Ini berarti 2000 tahun sebelum Yesus lahir adalah tahun 1996; sedangkan tahun 2000 kemarin yang dihebohkan dengan "kutu mileniumnya" tidak lain adalah tahun 2004 setelah Kristus lahir.

Hari Natal

PENDAHULUAN
Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Tradisi ini diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Yesus). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus, namun kebanyakan orang Kristen memperingati Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal.
SEJARAH DAN PERAYAAN NATAL DI MASA LALU
Kisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada. Catatan pertama peringatan hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal. Pada akhir tahun 300-an Masehi agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi. Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an . Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula. Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.
PERAYAAN KEAGAMAAN
Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Xmas mulai pada hari Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. Untuk merayakan masa Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran daun-daunan itu pada Hari Natal. Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Kebanyakan gereja juga mengadakan perayaan pada hari Natal. Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal.
TUKAR MENUKAR KADO
Kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman pada hari khusus di musim dingin kemungkinan bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan akhir tahun. Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh yang bukan keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak lama setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukar-menukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah untuk anak-anak.
MALAM NATAL 24 Desember , Hari libur keagamaan dan sekuler
Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus, Maria, Yosef, gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal. Orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy (semacam minuman beralkohol) atau rum. Menurut kisahnya, pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement Moore di tahun 1832.
Dulu, anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki besar di atas perapian. Santa turun dari cerobong asap dan meninggalkan permen dan hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak. Kini, tradisi itu tetap diteruskan, namun kaus kakinya digantikan oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki. Xmas juga secara tradisi merupakan saat untuk berhenti bertengkar. Hari Raya Natal (Pesta Natal) 25 Desember Hari ini merupakan hari libur keagamaan maupun sekuler. Umat Kristiani merayakan peringatan kelahiran Yesus dari Nazareth.
SEJARAH NATAL
Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kisah Natal berasal dari Perjanjian Baru dari Alkitab. Seorang malaikat menampakkan diri pada para gembala dan memberitahu mereka bahwa Sang Juru Selamat telah lahir ke dalam keluarga Maria dan Yusuf di sebuah kandang domba di Betlehem. Tiga orang bijak dari Timur, yang disebut para majus, mengikuti bintang istimewa yang menuntun mereka kepada bayi Yesus, yang mereka sembah dan beri hadiah emas, kemenyan dan mur.
PERAYAAN NATAL
Karena sebetulnya Natal merupakan hari raya keagamaan, hari tersebut bukan merupakan hari libur resmi. Namun, karena kebanyakan orang Amerika Serikat adalah orang Kristen, hari itu adalah hari di saat kebanyakan bisnis tutup dan hari di mana paling banyak pekerja, termasuk karyawan pemerintah, diliburkan. Pulang ke rumah (termasuk pulang kampung) merupakan kebiasaan yang sangat dihormati. Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, kebanyakan kebiasaan di saat Xmas juga dilakukan oleh orang-orang yang tidak relijius atau tidak memeluk agama Kristen. Biasanya, umat Kristiani merayakan Xmas menurut tradisi gereja mereka masing-masing.
Ada berbagai macam ibadah keagamaan di gereja yang dilakukan oleh keluarga-keluarga sebelum mereka keliling untuk mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman.
Natal menurut tradisi Amerika:
Tukar menukar kado
Mengirim kartu ucapan kepada sanak-saudara dan teman-teman. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Lagu-lagu Natal, yang disebut carol, dinyanyikan dan didengarkan selama masa liburan. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Menghias rumah. Kebanyakan orang Amerika menghias pohon Natal, yaitu pohon cemara atau pohon buatan, di rumah-rumah mereka. Lampu-lampu dan lingkaran daun-daunan dari pohon empat musim, mistletoe dan ucapan Selamat Natal diletakkan di dalam dan di luar banyak rumah. Menjadi populer sejak tahun 1800-an.
Makan Malam Natal, seringkali dengan kalkun. Selain itu, banyak yang mengadakan pesta perjamuan persis sebelum dan sesudah Natal.
Santa Claus. Tokoh ini berasal dari kisah lama tentang seorang Santo Kristiani bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama Odin. Para imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika Serikat. Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama Belanda untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas. Sekalipun asalnya dari mitologi Norwegia sebelum ajaran Kristen, Santa Claus baru menjadi tokoh yang kita kenal sekarang di Amerika Serikat. Orang Amerika memberikannya janggut berwarna putih, mendandaninya dengan baju merah dan menjadikannya seorang tua yang riang dengan pipi yang merah dan sinar di matanya. Santa Claus adalah tokoh mitos yang dikatakan tinggal di Kutub Utara, di mana beliau membuat mainan sepanjang tahun.
Amal. Natal juga merupakan saat di mana orang Amerika menunjukkan kemurahan hati kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang dikirimkan ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus untuk membantu fakir miskin.
Xmas secara tradisi merupakan saat untuk menghentikan segala macam pertempuran dan pertikaian.

Perjuangan Hidup


Dikisahkan, ada seekor anjing yang masih muda dan terkenal dengan keangkuhannya. Dia merasa dirinya gagah, berani, gesit, dan cepat dalam berlari serta pandai dalam memburu mangsa sasarannya.

Suatu siang yang terik, si anjing yang terbangun dari tidur nyenaknya memutuskan hari ini dia ingin berburu dan menyantap binatang kesukaannya yakni seekor kelinci putih yang masih muda. Hem...air liurnya segera menetes membayangkan nikmatnya daging hasil buruannya. Saat berlari-lari kecil untuk memulai hari perburuannya, tidak lama kemudian, dia melihat seekor tikus berlari melintas di depannya. Dengan iseng, dikejarnya si tikus, ditangkap dengan kuku kakinya yang tajam, tikus yang ketakutan dipermainkan dengan gembira dan setelah puas bermain, si tikus pun dilepas diiringi suara raungan si anjing untuk menakut-nakutinya.

Setelah melihat tikus yang lari ketakutan, ekor si anjing kembali melambai santai. Dia melanjutkan perjalannya sambil mewaspadai setiap gerakan di sekelilingnya, tekadnya kuat untuk mencari kelinci walaupun perutnya terasa makin melilit karena kelaparan. Setelah cukup lama waktu berlalu, akhirnya dia berhasil menemukan si kelinci dan segera terjadilah kejar kejaran yang seru di antara mereka.

Kelinci yang ketakutan mengerahkan segenap tenaga dan kekuatannya berusaha menyelamatkan diri. Tanpa mempedulikan lagi segala rasa sakit akibat luka-luka di sekujur tubuhnya akibat dari menerjang dan menerobos setiap semak berduri yang dilaluinya. Hingga tiba-tiba dilihatnya sebuah lubang di tepi tebing segera dilemparkan tubuhnya masuk ke lubang gelap itu. Si anjing yang kehilangan jejak sibuk menggonggong dan mengais di sekitar lubang tetapi tubuh dan kakinya tidak cukup panjang untuk meraih kelinci di dalam lubang.

Di saat yang bersamaan, anjing melihat seekor ayam di sekitar situ. Dengan segera ditangkap dan dijadikanlah mangsa. Anjing yang kelaparan tidak lagi memperdulikan apa yang menjadi makanannya. Seekor anjing tua yang menyaksikan semua ulah si anjing muda menertawakannya. "Hahaha.... Anak muda jika semua penghuni hutan tahu, apakah Kamu tidak malu? Kesombongan dan kehebatan larimu ternyata dikalahkan oleh kelinci. Taukah Kau, kenapa seekor kelinci bisa mengalahkanmu?" Sambil tertunduk malu si anjing muda menggelengkan kepala, "Karena kelinci berlari demi mempertahankan hidupnya. Sedangkan Kamu berlari untuk sekedar mengejar kesenangan dan memenuhi rasa laparmu. Kalian sama-sama berlari tetapi mempunyai motivasi yang sangat berbeda. Maka tidak heran si kelinci berhasil lolos dari kejaranmu karena kelinci berjuang untuk hidupnya."

Pembaca yang budiman,

Seperti saat kelinci di hadapan pada kondisi terpepet dikejar oleh anjing dengan segenap tenaga si kelinci berjuang penuh totalitas sehingga bisa lolos dari kematian. Demikian pula perjuangan manusia di kehidupan ini, sering kita dihadapkan pada kondisi terjepit, stagnan, mundur. Kalau mental kita tidak kuat maka cenderung berhenti berusaha akhirnya yang ada tinggal depresi dan keputusaasaan yang berkepanjangan.

Dalam menghadapi krisis apa pun sedapat mungkin kita harus tanggap, responsif, proaktif, dan berani menghadapi kenyataan itu. Dengan determinasi yang tinggi dan keberanian, kita akan mampu keluar dari krisis dan sekaligus tampil sebagai pemenang.

Jiwa Besar Berkat Besar


Alkisah, seorang anak yang mengalami cacat tubuh dari lahir. Kondisi fisiknya sejak kecil hingga saat berusia 15 tahun ini sangatlah lemah. Berjalan pun harus menggunakan penyangga tubuh bahkan kursi roda selalu dipersiapkan disekitarnya bila tubuhnya tidak lagi memiliki kekuatan untuk melakukan aktivitas.

Walaupun begitu, si pemuda kecil itu tidak pernah menampakkan raut muka yang sedih. Senyuman selalu menyungging di setiap kata-kata yang terlontar dari bibirnya. Mereka sekeluarga saling menyayangi dan bergantian memberi dukungan baik fisik maupun semangat.

Di suatu senja, saat berdua menikmati matahari kembali keperaduan, si kakak membuka pembicaraan, "Dik, kita berandai-andai nih, kalau bisa atau kalau boleh memilih atau kalau ada yang Kamu inginkan dan ada yang mau memberi. Apa yang ingin Kamu rubah di kehidupanmu sekarang?"

Sambil tersenyum santai si adik menjawab "Tidak ada." "Jangan buru-buru menjawab. Pikir baik-baik dulu. Jika Kamu diperbolehkan merubah, apapun itu, apa yang ingin Kamu rubah?" Si kakak penasaran mengulang pertanyaan yang sama. "Tidak ada kaaak! Tidak ada yang ingin aku rubah. Dan mengapa aku harus merubahnya?" Tanyanya balik.

"Kamu tidak ingin bisa berjalan sendiri? Kamu tidak ingin terlepas dari tongkat penyanggamu dan kursi roda itu?" balas si kakak dengan nada sengit. "Akh tidak mau. Dengan tongkat penyangga dan kursi roda ini, aku tidak perlu capek berjalan dan mengantri dimana pun. Hehehe. Kakak sendiri tahu kan, aku sudah bisa bermain bola dari kursi roda dan teman-temanku juga senang bermain denganku. Pokoknya tidak ada apapun yang ingin aku rubah!" serunya nyaring.

Setelah berdiam beberapa saat, si adik meneruskan bicaranya, "Kak, jangan marah dulu ya. Sungguh kak, tidak ada yang ingin aku rubah di kehidupanku sekarang, karena aku tahu dan sadar, aku tidak mungkin bisa merubah kondisi tubuhku yang lemah ini. Tetapi aku bahagia dan sangat bersyukur yaitu memiliki ayah, ibu, dan kakak yang sangat mencintaiku. Memiliki keluarga dan teman-teman yang baik, telah lebih dari cukup dari yang bisa aku harapkan. Dan aku tidak ingin merubah semua ini dan menggantikannya dengan apapun." Segera si kakak berbalik dan memeluk adiknya sambil berbisik sayang "Terima kasih dik, kakak selalu menyayangimu."

Pembaca yang budiman,

Banyak orang menderita kehidupannya karena tidak mampu menikmati apa yang telah diperolehnya. Tetapi selalu mencari dan menginginkan sesuatu di luar jangkauannya, merasa sukses itu ada di sana bukan berada di sini.

Maka berbahagialah orang yang mampu menerima keadaan hari ini apa adanya, tanpa mengerutu, mengeluh, dan tanpa kasihan pada diri sendiri. Mampu menerima keadaan yang tidak bisa dirubah dengan iklas dan rasa syukur itulah jiwa besar yang harus kita kembangkan di dalam mengarungi kehidupan ini agar kita tetap mantap dan tegar dalam menatap hari depan.

Kita tersenyum saat kita maju dan sukses itu adalah hal biasa namun bisa tetap tersenyum di saat kita di rundung ketidakberuntungan, itu barulah luar biasa! Itulah kekayaan hidup. Itulah pemenang sejati!

Melompati Rintangan-rintangan Anda


Alkisah, Seorang pria juara lompat gawang yang memperolah banyak medali pada saat masih di Universitas. Sangat jarang ada yang bisa mengalahkannya. Dia menjadi lambang keanggunan, kegesitan, dan cara mengatur kaki secara cepat. Dia mempunyai banyak teman yang mengaguminya karena kecakapan atletisnya, dan seorang bos telah memberinya sebuah pekerjaan sebagai seorang salesman pada perusahaan asuransinya.
Tahun-tahun berlalu. Ia menikah dan sekarang mempunyai anak laki-laki berusia 5 tahun. Namun ia, entah mengapa, tidak pernah mengalami kemajuan dalam bidangnya sebagai seorang salesman. Ia menyenangkan, mudah berteman, tetapi hanya dapat menjual sejumlah kecil asuransi selama setahun. Tampaknya ia tidak mempunyai keberanian, pertahanan, atau hasrat yang lebih besar untuk meraih “kesempurnaan” seperti yang pernah ia capai saat lomba lompat gawang. Ketakutan bahwa ia tidak akan menjadi salesman yang sempurna menguasai dirinya, mengubah citra dirinya. Ia menjadi mudah frustasi ketika ditolak oleh pelanggannya. Ia lupa bahwa ia telah mengatasi kesalahan-kesalahan dalam gawang rintangan dengan berlatih di ketekunan saat dia di Universitas.
Suatu hari pada saat reuni kelas di Universitas, ia bertemu dengan teman sekelasnya dulu. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama di halaman. Beberapa mahasiswa sedang berlatih melompati gawang-gawang rintangan. Teman-temannya membujuk dia untuk memperlihatkan sisa kehebatannya dulu. Ia minum satu dua teguk air dari gelasnya, membawa sepaang sepatu karet dan buru-buru melompati gawang-gawang rintangan sambil mengingat betapa hebatnya ia dulu. Ia tergelincir dan kakinya keseleo. Selama 1 bulan ia digips dan hal tersebut membuatnya berpikir, dan berintrospeksi diri.
Ia mengingat-ingat kembali bahwa ia dulu menjadi juara karena latihan yang terus menerus, dengan mengatasi kegagalan-kegagalan. Sekarang ia sadar dirinya telah tua untuk lomba lompat gawang. Namun ia ingat ketika masih mahasiswa ia memiliki percaya diri dan tahu betul kemampuannya. Ia juga ingat keberanian, harga diri, penerimaan dirinya. Ia ingat bahwa ia punya “panduan batin” (sense of direction) yang jelas ketika melompati gawang-gawang rintanan menuju cita-cita. Tiba-tiba ia sadar bahwa tidak ada alasan di bumi ini yang membuatnya tak bisa lagi menjadi seorang juara salesman. Mengapa ia tidak melompati rintangan-rintangan dalam pekerjaannya, mengapa ia tidak dapat berbuat lebih baik ? Ia tahu bahwa ketakutan dan rasa kurang percaya diri mengalahkannya dari menjadi seorang juara.
Ketika ia sudah lebih baik, ia mendekati penjualan asuransi dengan pengertian yang sama, kegigihan yang sama sebagaimana ia pernah terapkan ketika lompat gawang rintangan. Ia mencari akal bagaimana mendekati pelanggan dan mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin. Dalam waktu kurang dari 1 tahun ia menjadi salesman top-flight, menambah jumlah pendapatannya dan ia juga hidup sangat bahagia.
Pesan :
Kita juga dapat melompati rintangan-rintangan ketegangan dan stress dengan mencegah kegagalan-kegagalan masa lalu yang menghambat kita. Kita harus mendekati cita-cita kita sekarang dengan kepercayaan, dengan keyakinan pada diri sendiri, sehingga kita dapat bangkit mengatasi kegagalan-kegagalan, ketahuilah kita dapat mengatasi problem hidup. Terutama saat-saat seperti sekarang dimaan kita mengalami krisis global, terjadi banyak pengurangan karyawan, likuidasi dan merger perusahaan, yang akan banyak berdampak pada perekonomian kita. Tetaplah optimis dan percayalah bahwa : “Di setiap krisis pasti ada peluang yang lebih besar”

Kekuatan Pikiran

Disuatu sore yang indah, disebuah kebun binatang yang terkenal di kota, terlihat lah seorang anak bersama ayahnya sedang berjalan dengan riangnya menelusuri kebun binatang tersebut. Sang anak dengan ceria, tak henti-hentinya bertanya mengenai berbagai macam binatang yang ada di kebun binatang tersebut kepada sang ayah.

Tak lama kemudian, berhentilah mereka disebuah kandang singa. Terlihat didalamnya seekor singa jantan yang begitu gagahnya, sedang memperlihatkan wibawanya. Sang singa pun mengaum begitu melihat sang ayah dan anak berhenti di kandangnya.

Tanpa perasaan takut, sang anak pun terus melihat dan mencermati sang singa, dan berkatalah dia kepada sang ayah,

"Ayah, singa adalah raja hutan, begitu hebatnya suaranya sehingga siapapun takut untuk berhadapan dengan nya apabila di hutan, namun kenapa begitu saya melihat singa di kebun binatang ini tidak ada perasaan takut sama sekali, bisakah ayah menjelaskannya pada ku?" Tanya sang anak,

"Benar sekali apa yang engkau katakan anakku, dan tahu kah mengapa kita bisa begitu takut melihat singa dihutan, namun tidak apabila di kebun binatang?" tanya sang ayah

"Jawabannya adalah pikiran, kekuatan pikiran manusia mampu menciptakan kondisi ketakutan ataupun ceria bagi kita" lanjut sang ayah

" Kenapa begitu ayah?" tanya sang anak selanjutnya

"Begini anak ku, ketika kita di hutan, karena pengaruh situasi disana, pikiran kita akan membawa kita kedalam keadaan dimana kita merasa takut, dan tidak berdaya, ditambah dengan suara singa, pikiran kita tidak dapat berpikir jernih sehingga ketakutan itu menjadi datang, namun sebaliknya dengan suasana ceria kebun binatang, keberanian pun akan selalu menyelimuti kita, atas dasar keadaan yang dibentuk oleh pikiran itu sendiri" Jelas sang ayah

"Ingatlah anakku, melihat kasus tadi, kita pun harus bisa selalu memelihara kekuatan pikiran kita untuk selalu ceria dan positif, bagaimanapun lingkungan kita berada, dengan kekuatan pikiran positif lah, keberanian akan selalu menyelimuti kita untuk menghadapi masalah apapun, jangan biarkan lingkungan ataupun masalah membuat pikiran kita menjadi tidak jernih, negatif ataupun pesimis, kendalikan lah pikiran kita menjadi kekuatan, apakah engkau mengerti? " tanya sang ayah sambil mengusap kepala anaknya. Sang anak pun tersenyum puas mendapatkan pengetahuan kehidupan dari ayahnya

~Pembaca yang bijaksana, Kekuatan pikiran dapat menciptakan kekuatan maupun kelemahan bagi kita, tergantung bagaimana kita mengendalikannya. Alangkah baiknya apabila kita terus melatih pikiran untuk baik, positif, dan penuh semangat untuk menghadapi semua masalah yang kita hadapin, dan tidak perduli bagaimanapun keadaan yang kita hadapi, Niscaya timbullah kekuatan bagi kita untuk dapat terus menjadi insan bijaksana dalam menghadapi masalah secara bijak, melalui kekuatan pikiran yang telah kita kendalikan ke arah positif dan benar. Mari menjadi manusia yang selalu berpikir positif dengan cara yang bijak ~