Jumat, 26 Juni 2009

”Bertekunlah Memberitakan Injil dan Turutlah Menderita bagi Injil”

1.Surat 2 Timoteus adalah salah satu dari “Surat Penggembalaan” (1 & 2 Timoteus dan Titus), yang dituliskan oleh Rasul Paulus. Oleh karena isinya berupa penggembalaan dan bimbingan kepada Timoteus dan Titus untuk melayani jemaat, disebutlah ketiga surat tersebut ”Surat Penggembalaan. Surat 2 Timoteus ini dituliskan rasul Paulus ketika dia berada dalam penjara di kota Roma (kl. 66 M). Waktunya telah dekat untuk kematian rasul Paulus, Roma akan menjatuhkan hukuman mati baginya. Dalam penjara itu rasul Paulus sangat menderita, dia tidak bebas dan tangannya dirantai (1:16) dan diperlakukan sebagai seorang penjahat. Dalam keadaan seperti itu, dia merindukan teman sepelayanannya terlebih merindukan Timoteus yang telah dianggapnya sebagai anak. Oleh karena itu melalui suratnya ini Paulus berpesan supaya Timoteus datang untuk mengunjunginya dalam penjara itu supaya rasul Paulus dapat memberikan bimbingan kepada Timoteus. Timoteuslah yang dianggap rasul Paulus yang akan menggantikannya dalam pelayanan yang telah dimulainya itu. Bimbingan sangat perlu diberikan kepada Timoteus karena dia masih sangat muda yang sangat perlu dimotifasi dan dibimbing supaya lebih bersemangat untuk memberitakan Injil, terlebih untuk menghadap para pengajar-pengajar sesat yang mencoba mempengaruhi Timoteus.
Ayah Timoteus adalah orang Yunani dan ibunya seorang Yahudi, dia berasal dari Listra (Ul 16:1). Sejak dari kecilnya Timoteus telah menerima pengajaran kitab suci dari ibu serta neneknya. Timoteus mengenal berita Injil keselamatan dari Paulus di Listra dan Paulus mengajaknya untuk membantunya memberitakan Injil dimulai dari perjalanan pemberitaan Injil yang kedua. Dalam beberapa suratnya, rasul Paulus menyebutkan nama Timoteus. Paulus menganggap bahwa Timoteuslah yang dapat sehati dan sepikir dengannya dalam pemberitaan Injil ( 2 Kor 1:1; Fil 1:1; Kol 1:1; 1 Tes 1:1; Filemon 1). Dalam perikop ini Paulus mengingatkan serta menasehatkan supaya Timoteus tetap semangat dan bertekun dalam pemberitaan Injil dan tetap memegang nasehat serta meniru teladan Paulus sebagai kasih karunia yang telah diberikan Allah padanya.

2.Paulus melihat penghayatan iman yang tulus (iman yang tidak munafik) ada pada diri Timoteus (ayat 5). Dalam hal ini dia telah mewarisi ketekunan dari ibunya, Eunike dan neneknya, Lois. Merekalah yang telah mendidik Timoteus sejak kecil di dalam pengajaran kitab suci ( 2 Tim 3:14-15) dan setelah mereka menjadi Kristen tetap mendampinginya secara tulus di dalam iman kepada Kristus (bd. Kis 16:1-2). Ada kemungkinan perangai yang halus serta agak penakut dimiliki oleh Timoteus mengingat dia dididik oleh dua orang wanita tanpa adanya pengaruh seorang pria. Oleh karena hal-hal tersebutlah Paulus mengingatkan Timoteus supaya mengobarkan karunia Allah yang ada padanya oleh penumpangan tangan Paulus (ayat 6). Artinya Paulus mengingatkan Timoteus tentang iman yang tulus, yang hidup di dalam diri Timoteus. Iman sejati bukanlah sesuatu yang statis melainkan suatu kekuatan, karena iman itu memungkinkan kasih karunia Allah bekerja dengan leluasa dalam hidup seseorang. Yang dimaksud karunia Allah di sini bukanlah salah satu karunia Roh sebagaimana tertulis dalam 1 Kor 12:7-10 atau Roma 12: 6-8, melainkan karunia dalam arti yang lebih luas, yakni kuasa Roh yang diperlukan untuk melakukan tugas pelayanan (bd. 1 Tim 4:14). Karunia Allah tersebut telah diterima Timoteus melalui penumpangan tangan Paulus atasnya (ordinasi). Kuasa Roh itu selanjutnya tidak bekerja secara otomatis melainkan harus dipelihara dan dikobarkan melalui iman. Mengapa harus dikobarkan ? Karena Allah memberikan bukanlah roh ketakutan tetapi Roh keberanian/kekuatan, kasih dan ketertiban (ayat 7). Dalam tugas pelayanan pemberitaan Injil dan sebagai pengikut Kristus, Allah mengaruniakan ”keberanian/kekuatan” yang adalah karunia Roh untuk memberitakan Injil keselamatan disetiap tempat dan waktu.
Dalam diri pengikut Kristus ada keberanian dan kekuatan untuk memberitakan injil, kekuatan untuk menyelesaikan masalah, keberanian dan kekuatan untuk menanggung beban berat, kekuatan untuk tetap tegak berdiri mengahadapi situasi yang menakutkan serta kekuatan untuk mempertahankan iman. Kasih adalah karunia Roh yang diperlukan untuk menghadapi beragam karakter manusia dan situasi/kondisi suatu masyarakat. Ketertiban adalah karunia Roh untuk menghadapi ketakutan dan kekwatiran, sikap masa bodoh dan tidak perduli pada Kristus dan Injil. Ketertiban berasal dari kata ”sofronismos”. Kata ini dapat diterjemahkan dengan ”ketertiban, kedisplinan diri, kesucian”. Jadi dapat kita artikan kedisplinan dan pengendalian diri dalam mengahadapi berbagai situasi/keadaan dan hawa nafsu. Hanya Kristuslah yang dapat memberikan kita kemampuan untuk mendisplinkan diri atau mengendalikan diri, yang akan memelihara kita sedemikian rupa sehingga kita tidak hanyut serta lepas kendali. Tidak seorangpun dapat mengendalikan orang lain bila dia tidak dapat mengendalikan dirinya. Jadi ”Sofronismos” adalah kemampuan mengendalikan diri yang diberikan Allah, yang menjadikan seseorang mampu mengendalikan orang lain dengan baik sebab yang menjadi awal dari segalanya adalah bahwa ia seorang pelayan Kristus dan pengendali dirinya sendiri (dapat mengendalikan dirinya).

3.Berdasarkan karunia Allah yang telah dicurahkan atas Timoteus dan yang telah memperlengkapinya dengan keberanian/kekuatan, kasih dan pengendalian diri, Timoteus diingatkan Paulus untuk tidak mundur dalam pelayanannya. Godaan untuk merasa malu akan dan karena kesaksian akan Tuhan senantiasa ada, karena menurut 1 Kor 1 : 23 : ”kita memberitakan Kristus yang telah disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Jahudi suatu kebodohan”. Orang yang memberitakan Kristus semacam ini akan dicemooh dan ini akan membuat dia enggan untuk bersaksi tentang Kristus. Orang yang takut untuk menerima cercaan dan cemooh karena Kristus juga akan takut untuk dipandang sebagai pendukung orang yang memikul salib Kristus. Ia akan menjauhi orang yang berada dalam penjara karena kesaksian akan Kristus. Hal tersebut telah dialami Paulus (lih. 2 Tim 1 : 15-16). Oleh karena itu Paulus menasehati Timoteus untuk tidak malu bersaksi tentang Kristus. Orang yang menjadi pengikut dan saksi Kristus pasti akan menderita oleh karena kesaksian itu (Fil 1:29-30). Timoteus tidak perlu memikul penderitaan itu dengan kekuatannya sendiri. Ia dimampukan untuk hal tersebut oleh karena kekuatan Allah (ayat 7). Kekuatan Allah yang diberikan kepada Timoteus untuk memampukan dia menderita bagi Injil (ayat 8) mempunyai dasar-dasar yang kuat, yakni : 1. dasar keselamatan : Dialah yang menyelamatkan kita (ayat 8). Kekuatan itu didasarkan atas keselamatan yang telah dicapai Kristus dengan kematian dan kebangkitanNya. Keselamatan itulah sumber yang tiada habis-habisnya, yang daripadanya terus menerus mengalir kekuatan untuk orang percaya (bd. Ef 1:19-20; Fil 3:10-11). 2. dasar panggilan : Dia yang memanggil kita dengan panggilan kudus (ayat 8). Keselamatan itu diperoleh bukan dengan perbuatan baik seorang manusia karena celakalah kita kalau keselamatan itu didasarkan atas perbuatan-perbuatan baik kita (bd. Tit 3:5); itu didasarkan atas maksud dan kasih karuniaNya sendiri. Mendahului perbuatan-perbuatan kita, Allah telah mengaruniakan kasih karunia itu kepada kita di dalam Kristus Jesus sebelum permulaan zaman, artinya sebelum dunia dijadikan Allah sudah merencanakan keselamatan kita berdasarkan kasih karuniaNya di dalam Jesus Kristus (bd. Ef 1:4; Tit 1:2) dan kemudian memanggil kita dengan panggilan kudus yaitu lewat pemberitaan Injil. Karena kasih karunia Allah mengatur keselamatan kita sebelum perbuatan-perbuatan kita muncul maka keselamatan kita terjamin penuh.
Kasih karunia Allah yang mengatur keselamatan kita sebelum permulaan zaman (ayat 9) sekarang dinyatakan dengan kedatangan Juru Selamat kita Yesus Kristus. Tadinya kasih karunia itu tersembunyi bagi pengetahuan manusia, pada zaman Perjanjian Lama mulai diungkapkan dan dengan kedatangan Yesus, artinya : dengan hidup, perbuatan dan ajaran Yesus, kasih karunia itu direalisasikan dan dinyatakan dengan jelas. Yesus adalah Juru Selamat kita. Karya keselamatanNya berwujud mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. Hidup baru tercapai setelah kuasa dan maut dikalahkan dengan kematian dan kebangkitan Kristus (Roma 8:3; 1 Kor 15:54-57). Pengalahan kuasa maut mendatangkan hidup baru yang berwujud hidup yang tidak dapat binasa.. Tetapi peniadaan maut itu baru ada di dalam Kristus dan kita mendapat bagian dalam hidup baru itu hanya ”oleh Injil”, artinya: bila Injil diberitakan kepada kita dan kita menerimanya dengan iman maka hidup baru menjadi kenyataan bagi kita. Dan untuk Injil inilah Paulus ditetapkan sebagai pemberita, rasul dan guru. Injil telah menjadikan Paulus seorang pemberita (Yun: Keruks, yang mempunyai makna : a. Seorang pemberita yang membawa pengumuman seorang raja; b. Utusan untuk mengadakan gencatan senjata dan perdamaian; c. Orang yang dipekerjakan untuk menawarkan barang dan mengundang pembelinya). Dengan demikian orang Kristen adalah orang yang membawa berita kepada sesama manusia; orang yang membawa manusia ke dalam perdamaian dengan Allah; orang yang memanggil sesama manusia untuk menerima tawaran Allah yang berkelimpahan bagi mereka. Injil telah menjadikan Paulus seorang rasul (Yun : apostolos, yang berarti duta atau utusan). Seorang duta atau utusan tidak berbicara untuk dirinya sendiri tetapi untuk orang yang mengutusnya dan tidak hadir dengan wewenang pribadinya tetapi dengan wewenang yang mengutusnya. Jadi orang Kristen adalah duta atau utusan Allah, hadir untuk berbicara bagiNya dan menghadirkan Dia bagi manusia. Injil telah menjadikan Paulus sebagai guru. Perjalanan masih panjang dan berat serta berliku. Orang-orang yang menerima Kristus lewat pemberitaan Injil dan mengikut Yesus harus belajar mengenai makna dan displin kehidupan Kristen. Percikan pemberitaan Injil harus diikuti dengan nyala pengajaran Kristen yang baik dan mantap. Pemberita, Utusan dan Guru adalah trifungsi seorang Kristen yang melayani Tuhan dan GerejaNya. Paulus menderita oleh karena semuanya itu dan ia tidak malu menanggung semuanya itu (ayat 12) dan konsekuensi seperti itulah yang ia anjurkan kepada Timoteus (ayat 8). Dan Paulus tahu bahwa dengan kekuatannya sendiri ia tidak mampu untuk sampai akhir hayatnya, tetapi Paulus yakin bahwa Tuhan sendiri akan mengerjakan itu sampai pada kemenangan terakhir pada akhir zaman (bd. 1 Tes 5:24).
4. Pengikut Kristus hidup bukanlah hidup untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk yang lain yakni jemaat dan dunia. Demikian pula jemaat tidaklah hidup untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk yang lain, yaitu dunia (bd.Yoh 3:16; Yoh 17:13-23). Tindakan keselamatan Allah yang berlaku bukan saja dengan dan di dalam jemaat melainkan juga dengan dan untuk segenap umat manusia, untuk seluruh dunia ini. Oleh karena itu Allah memanggil dan memperlengkapi orang percaya, secara umum dan khusus, untuk memberitakan Injil Keselamatan itu. Gereja tidaklah ”klub agama” dan bukanlah ”ruang tunggu ke sorga”. Gereja adalah umat Allah (tidak di luar tetapi) ditengah-tengah peristiwa-peristiwa dunia atau ”komunitas dari dunia ini”. Orang percaya diutus ke dalam dunia ini untuk mengasihi, melayani, mengajar, berkhotbah, menyembuhkan dan membebaskan (bd. 1 Pet 2:9; Wah 22:2). Dan itu harus dilakukan dengan tekun dan bersedia menerima konsekuensinya oleh karena Allah yang telah menganugerahkan keselamatan itu. A m i n.
Pdt. Gom FH Tampubolon, S.Th
Pendeta HKI Resort Siantar IV
gomtampubolon@gmail.com; http//: gomtampubolon.blogspot.com

Bahan Bacaan :
1.Alkitab
2.Budiman, Dr.: ”Tafsir Alkitab, Surat-surat Pstoral – I & II Timoteus dan Titus”; BPK. Gunung Mulia; Jakarta; 2003
3.William Barclay : ”Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Surat 1 & 2 Timoteus, Titus dan Filemon” : BPK. Gunung Mulia, Jakarta: 2001
4.Diana Bergant, CSA & Robert J. Kerris, OFM (ed) : ”Tafsir Alkitab Perjanjian Baru”; Kanisius, Yogyakarta; 2002
5.RCH Lenski; ”The Intrepretation of St. Paul’s Epistle to the Collosians, to the Thesalonians, to Timothy, to Titus and Philemon”; Colombus, Ohio:Wartburg Press; 1946
Mattew Henry Commentary dalam http://www.sabda.org/sabda/ dan Biblework Software

Tidak ada komentar: